- Beranda
- Komunitas
- News
- Sejarah & Xenology
Aceh & Jogja adalah Jajahan Turki Ottoman ?


TS
dragonroar
Aceh & Jogja adalah Jajahan Turki Ottoman ?
Quote:
https://id.wikipedia.org/wiki/Eksped...aniyah_ke_Aceh
Ekspedisi Utsmaniyah ke Aceh dimulai sekitar tahun 1565 ketika Kesultanan Utsmaniyah berusaha mendukung Kesultanan Aceh dalam pertempurannya melawan Portugis di Malaka. Ekspedisi dilancarkan setelah dikirimnya duta oleh Sultan Alauddin al-Qahhar (1539–1571) kepada Suleiman Agung pada tahun 1564, dan kemungkinan seawal tahun 1562, meminta dukungan Turki terhadap Portugis.
Persekutuan Aceh-Turki Utsmani secara tak resmi sudah ada sejak tahun 1530-an. Sultan Alauddin al-Qahhar berkeinginan mengembangkan hubungan tersebut, untuk mencoba mengusir Portugis dari Malaka, dan memperluas kekuasaannya di Sumatera. Menurut Fernão Mendes Pinto, Sultan Aceh merekrut 300 prajurit Utsmaniyah, beberapa orang Abesinia dan Gujarat, serta 200 saudagar Malabar untuk menaklukkan Tano Batak pada tahun 1539.
Setelah tahun 1562, Aceh nampaknya sudah menerima bala bantuan Turki yang memungkinkannya menaklukkan Kerajaan Aru dan Johor pada tahun 1564.
Pengiriman duta ke Istanbul pada tahun 1564 dilakukan oleh Sultan Husain Ali Riayat Syah. Dalam suratnya kepada Porte Usmaniyah, Sultan Aceh menyebut penguasa Utsmaniyah sebagai Khalifah (penguasa) Islam.
Setelah mangkatnya Suleiman pada tahun 1566, anandanya Selim II memerintahkan pengiriman armada ke Aceh. Sejumlah prajurit, pembuat senjata, dan insinyur diangkut oleh armada tersebut, bersama dengan pasokan senjata dan amunisi yang melimpah. Armada pertama terdiri atas 15 dapur yang dilengkapi dengan artileri, namun dialihkan untuk memadamkan pemberontakan di Yaman. Akhirnya, hanya 2 kapal yang tiba antara tahun 1566–1567, namun sejumlah armada dan kapal lain menyusul. Ekspedisi itu dipimpin oleh Kurdoglu Hizir Reis. Orang Aceh membayar kapal tersebut dengan mutiara, berlian, dan rubi. Pada tahun 1568, Aceh menyerang Malaka, meskipun Turki tak nampak ikut serta secara langsung.
Usmaniyah mengajari Aceh bagaimana membuat meriam, yang pada akhirnya banyak diproduksi. Dari awal abad ke-17, Aceh dapat berbangga akan meriam perunggu ukuran sedang, dan sekitar 800 senjata lain seperti senapan putar bergagang dan arquebus.
Ekspedisi tersebut menyebabkan berkembangnya pertukaran antara Kesultanan Aceh dan Turki Utsmani dalam bidang militer, perdagangan, budaya, dan keagamaan. Penguasa Aceh berikutnya meneruskan pertukaran dengan Khilafah Turki Utsmani, dan kapal-kapal Aceh diizinkan mengibarkan bendera Utsmaniyah.
Hubungan antara Kesultanan Aceh dan Turki Utsmani menjadi ancaman besar bagi Portugis dan mencegah mereka mendirikan kedudukan dagang monopolistik di Samudera Hindia. Aceh merupakan saingan dagang utama Portugis, kemungkinan mengendalikan perdagangan rempah-rempah lebih banyak daripada Portugis, dan Portugis mencoba menghancurkan sumbu perdagangan Aceh-Turki-Venesia untuk keuntungan sendiri. Portugis berencana menyerang Laut Merah dan Aceh, namun gagal karena kurangnya tenaga manusia di Lautan Hindia.
Ketika diserang oleh Belanda pada tahun 1873, Aceh meminta perlindungan dengan persetujuannya yang sudah lebih dulu tercapai dengan Kesultanan Usmaniyah sebagai salah satu dependensinya, namun klaim itu ditolak oleh kuasa Barat yang takut bila kejadian masa lalu terulang. Armada yang dipersiapkan untuk membantu Aceh sendiri pada akhirnya dialihkan untuk menumpas pemberontakan Zaidiyah di wilayah Yaman.
Spoiler for Bendera Kesultanan Aceh:

Spoiler for Bendera NAD:
Spoiler for Bendera Ottoman:
Spoiler for Bendera Turki:
Ekspedisi Utsmaniyah ke Aceh dimulai sekitar tahun 1565 ketika Kesultanan Utsmaniyah berusaha mendukung Kesultanan Aceh dalam pertempurannya melawan Portugis di Malaka. Ekspedisi dilancarkan setelah dikirimnya duta oleh Sultan Alauddin al-Qahhar (1539–1571) kepada Suleiman Agung pada tahun 1564, dan kemungkinan seawal tahun 1562, meminta dukungan Turki terhadap Portugis.
Persekutuan Aceh-Turki Utsmani secara tak resmi sudah ada sejak tahun 1530-an. Sultan Alauddin al-Qahhar berkeinginan mengembangkan hubungan tersebut, untuk mencoba mengusir Portugis dari Malaka, dan memperluas kekuasaannya di Sumatera. Menurut Fernão Mendes Pinto, Sultan Aceh merekrut 300 prajurit Utsmaniyah, beberapa orang Abesinia dan Gujarat, serta 200 saudagar Malabar untuk menaklukkan Tano Batak pada tahun 1539.
Setelah tahun 1562, Aceh nampaknya sudah menerima bala bantuan Turki yang memungkinkannya menaklukkan Kerajaan Aru dan Johor pada tahun 1564.
Pengiriman duta ke Istanbul pada tahun 1564 dilakukan oleh Sultan Husain Ali Riayat Syah. Dalam suratnya kepada Porte Usmaniyah, Sultan Aceh menyebut penguasa Utsmaniyah sebagai Khalifah (penguasa) Islam.
Setelah mangkatnya Suleiman pada tahun 1566, anandanya Selim II memerintahkan pengiriman armada ke Aceh. Sejumlah prajurit, pembuat senjata, dan insinyur diangkut oleh armada tersebut, bersama dengan pasokan senjata dan amunisi yang melimpah. Armada pertama terdiri atas 15 dapur yang dilengkapi dengan artileri, namun dialihkan untuk memadamkan pemberontakan di Yaman. Akhirnya, hanya 2 kapal yang tiba antara tahun 1566–1567, namun sejumlah armada dan kapal lain menyusul. Ekspedisi itu dipimpin oleh Kurdoglu Hizir Reis. Orang Aceh membayar kapal tersebut dengan mutiara, berlian, dan rubi. Pada tahun 1568, Aceh menyerang Malaka, meskipun Turki tak nampak ikut serta secara langsung.
Usmaniyah mengajari Aceh bagaimana membuat meriam, yang pada akhirnya banyak diproduksi. Dari awal abad ke-17, Aceh dapat berbangga akan meriam perunggu ukuran sedang, dan sekitar 800 senjata lain seperti senapan putar bergagang dan arquebus.
Ekspedisi tersebut menyebabkan berkembangnya pertukaran antara Kesultanan Aceh dan Turki Utsmani dalam bidang militer, perdagangan, budaya, dan keagamaan. Penguasa Aceh berikutnya meneruskan pertukaran dengan Khilafah Turki Utsmani, dan kapal-kapal Aceh diizinkan mengibarkan bendera Utsmaniyah.
Hubungan antara Kesultanan Aceh dan Turki Utsmani menjadi ancaman besar bagi Portugis dan mencegah mereka mendirikan kedudukan dagang monopolistik di Samudera Hindia. Aceh merupakan saingan dagang utama Portugis, kemungkinan mengendalikan perdagangan rempah-rempah lebih banyak daripada Portugis, dan Portugis mencoba menghancurkan sumbu perdagangan Aceh-Turki-Venesia untuk keuntungan sendiri. Portugis berencana menyerang Laut Merah dan Aceh, namun gagal karena kurangnya tenaga manusia di Lautan Hindia.
Ketika diserang oleh Belanda pada tahun 1873, Aceh meminta perlindungan dengan persetujuannya yang sudah lebih dulu tercapai dengan Kesultanan Usmaniyah sebagai salah satu dependensinya, namun klaim itu ditolak oleh kuasa Barat yang takut bila kejadian masa lalu terulang. Armada yang dipersiapkan untuk membantu Aceh sendiri pada akhirnya dialihkan untuk menumpas pemberontakan Zaidiyah di wilayah Yaman.
Quote:
http://supriyonost.blogspot.co.id/20...ta-pernah.html
Sri Sultan: Kesultanan Yogyakarta Pernah Jadi Bagian Khilafah Turki Utsmani

Dalam sambutannya di pembukaan Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI di Yogyakarta, gubernur sekaligus sultan Kasultanan Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwana X menyampaikan bahwa keraton Yogyakarta dulunya pernah menjadi bagian dari Khilafah Turki Utsmani.
"Pada 1479, Sultan Turki mengukuhkan Raden Patah sebagai Khalifatullah ing Tanah Jawa, perwakilan kekhalifahan Islam (Turki) untuk Tanah Jawa, dengan penyerahan bendera Laa ilaha illallah berwarna ungu kehitaman terbuat dari kain kiswah ka’bah, dan bendera bertuliskan Muhammadarrasulullah berwarna hijau. Duplikatnya tersimpan di Kraton Yogyakarta sebagai pusaka, penanda keabsahan Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat wakil Kekhalifahan Turki,” ungkap Sri Sultan dalam sambutannya, Senin, 9 Februari 2015.
Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah, yang ikut hadir dalam acara pembukaan KUII VI yang berlangsung di Keraton Yogyakarta mengomentari pernyataan Sri Sultan.
"Sambutan sultan #NgarsoDalem dahsyat...dan harus dibaca atau ditonton langsung. Beliau sangat otoritatif menjelaskan bagaimana kesultanan Jogja pernah disahkan menjadi bagian dari Turki Utsmani," ujar politisi PKS ini melalui akun twitternya.
KUII ini dihadiri oleh para sultan Nusantara. Seperti misalnya, Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin dari Palembang. Jumlahnya sekitar 42 orang (sultan).
Selain itu, KUII Keenam ini dihadiri total sekira 700 peserta yang merupakan tokoh Muslim dari pelbagai lini. Yakni, para ulama, zuama, tokoh ormas, pengusaha, tokoh partai politik, dan cendekiawan. (Fimadani/MP)
Sri Sultan: Kesultanan Yogyakarta Pernah Jadi Bagian Khilafah Turki Utsmani

Spoiler for Bendera Mataram:
Dalam sambutannya di pembukaan Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI di Yogyakarta, gubernur sekaligus sultan Kasultanan Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwana X menyampaikan bahwa keraton Yogyakarta dulunya pernah menjadi bagian dari Khilafah Turki Utsmani.
"Pada 1479, Sultan Turki mengukuhkan Raden Patah sebagai Khalifatullah ing Tanah Jawa, perwakilan kekhalifahan Islam (Turki) untuk Tanah Jawa, dengan penyerahan bendera Laa ilaha illallah berwarna ungu kehitaman terbuat dari kain kiswah ka’bah, dan bendera bertuliskan Muhammadarrasulullah berwarna hijau. Duplikatnya tersimpan di Kraton Yogyakarta sebagai pusaka, penanda keabsahan Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat wakil Kekhalifahan Turki,” ungkap Sri Sultan dalam sambutannya, Senin, 9 Februari 2015.
Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah, yang ikut hadir dalam acara pembukaan KUII VI yang berlangsung di Keraton Yogyakarta mengomentari pernyataan Sri Sultan.
"Sambutan sultan #NgarsoDalem dahsyat...dan harus dibaca atau ditonton langsung. Beliau sangat otoritatif menjelaskan bagaimana kesultanan Jogja pernah disahkan menjadi bagian dari Turki Utsmani," ujar politisi PKS ini melalui akun twitternya.
KUII ini dihadiri oleh para sultan Nusantara. Seperti misalnya, Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin dari Palembang. Jumlahnya sekitar 42 orang (sultan).
Selain itu, KUII Keenam ini dihadiri total sekira 700 peserta yang merupakan tokoh Muslim dari pelbagai lini. Yakni, para ulama, zuama, tokoh ormas, pengusaha, tokoh partai politik, dan cendekiawan. (Fimadani/MP)
Diubah oleh dragonroar 11-12-2017 05:53






thelastday.1998 dan 4 lainnya memberi reputasi
1
66.3K
Kutip
370
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan