- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Love Choice


TS
apriandirhakim
Love Choice
Spoiler for Description:
Aisyah terjebak dalam situasi sulit melihat butik impian ibunya berada di ujung tanduk karena perampokan yang menimpa ibunya.
Naruninya tergerak untuk mencari siapa pelakunya dengan perlahan, yang mengarah ke lelaki asing yang berpapasan dengannya di Kampus.
Bersama Ismail, kakak tingkatnya yang Ia sukai, Aisyah meminta bantuan untuk mencaritahu siapa pelakunya.
Naruninya tergerak untuk mencari siapa pelakunya dengan perlahan, yang mengarah ke lelaki asing yang berpapasan dengannya di Kampus.
Bersama Ismail, kakak tingkatnya yang Ia sukai, Aisyah meminta bantuan untuk mencaritahu siapa pelakunya.
Assalamualaikum wr.wb, agan dan sista semua

Ane disini mau share cerita buatan ane, karena ane suka nulis cerita model gini tapi bingung mau dishare kemana, maka dengan ini ane nyatakan akan share di kaskus (sebenernya sebelumnya ada juga di wattpad ane)

Tapi karena ada satu dan lain hal, maka ane share juga dikaskus

Langsung aja deh yaa ceritanya,
Mohon kritik dan sarannya ya agan dan sista hehehe...

Spoiler for Klik:
Hari ini kampus sibuk sekali, membuat kaki ku pegal karena harus naik-turun tangga menemui para narasumber yang berada di ruangan berbeda.
BEM di kampus ku sedang melaksanakan kegiatan kemanusiaan untuk para korban di Palestina dan beberapa masalah yang ada di Indonesia.
Sebagai jurnalis di kampus, menjadi kewajiban bagiku, untuk memberitakan kegiatan ini ke se-antero kampus, bahkan sampai ke lingkungan luar.
"Ini kak, laporannya, semua narasumber di kampus sudah Aisyah wawancarai", ucapku sambil menyodorkan lembaran laporan pada Kak Ismail.
"Makasih yaa, kamu istirahat aja dulu, untuk yang lainnya teman-teman sudah mengejarkan", ucap Kak Ismail dengan senyum, lalu Ia membaca lembaran-lembaran yang aku berikan padanya .
"Rendi, tolong input hasil wawancara ini ke komputer ya, minta bantu Dewi juga, karena ini lumayan banyak", ucap Kak Ismail sedikit berteriak memanggil Rendi yang berada di bagian belakang ruangan.
"Oke, siap kak!", ucap Rendi sambil membawa laporan yang di berikan oleh Kak Ismail.
"Yasudah kak, saya pamit dulu, saya nanti sore juga ada kelas, kalau ada apa-apa hubungi saya saja", ucap ku pamit.
"Oke Aisyah", balas Ismail dengan anggukan kecil dan senyum.
Aku meninggalkan ruangan dan berjalan menelusuri lorong kampus, Aku hendak ke lantai bawah, tapi karena ruangan para Jurnalis berada di lantai atas paling pojok, sementara tangga hanya berada di bagian awal lorong membuat kaki ku makin pegal, "aduh jauh banget sih", gumam ku.
Langkah ku terhenti ketika berhadapan dengan seorang lelaki dengan tato di dada, Aku bisa melihat tato itu melalui kerah kaos bergambar iblis yang di kenakan lelaki tersebut.
"Permisi", ucapku dengan kepala menunduk tidak ingin berlama-lama menatap wajah lekaki tersebut.
"Iya", balas lelaki tersebut.
Ketika kaki ku melangkahkan ke kanan, lelaki tersebut bergerak ke kiri, begitu juga sebaliknya sehingga membuatku tidak bisa berjalan melewatinya.
"Permisi!", ucapku dengan nada sedikit membentak.
"Yee, selow dong, elu nya juga minggir gue mau ke kiri lu ngalangin gue, gue ke kanan lu juga ngalangin gue", ucap lelaki tersebut.
Aku menganga mendengarkan ucapan lelaki itu, apa maksudnya jadi semua ini salahku ? Sejak kapan perempuan bisa salah.
"Pradana", ucap lelaki itu sambil menjulurkan tangannya untuk berkenalan.
"Hah ?", ucapku bingung, bagaimana bisa tanpa sebab orang ini menjulurkan tangannya dan mengajak berkenalan. "Apa-apaan sih ini orang, emangnya siapa yang ngajak kenalan ?!", gumam ku.
Aku membalas juluran tangan lelaki tersebut dengan anggukan.
"Oh iya, maaf ya saya buru-buru", ucapku yang langsung melewati Pradana dengan sedikit berlari.
Pradana dengan posisi tangan masih menjulur hanya memperhatikan tingkahku melewatinya, tanpa mengubah posisi tubuhnya hanya lehernya yang bergerak mengikuti arah jalanku.
"Apa-apaan sih tuh orang, gak jelas, udah gaya ugal-ugalan, tatoan, kalau dia mahasiswa disini, bisa-bisanya sih nih kampus nerima !", gerutuku dalam hati sambil terus menuruni anak tangga.
Aku menuju parkiran, dan membawa motor Scoopy putih dengan helm bergambar doraemon animasi kesukaan ku.
-----
Aku menuju kafe langgananku, baru ingat kalau hari ini ada janji ngobrol-ngobrol bersama Gita dan Ratna di kafe yang tak jauh dari kampusku.
"Baru aja tadi ngobrol sama Kak Ismail, adem ayem, langsung ketemu berandalan gitu", ucapku sambil menyedot smoothy strawberry pada Gita dan Ratna yang daritadi duduk mendengarkan ocehanku.
"Di pikirin amat sih Syah, ya yang namanya ngelangkah terus hadep-hadepan terus gitu mah udah biasa, lebay deh", ucap Gita.
"Tau lu Syah, berlebihan banget lagian cuman gitu doang", timpal Ratna sambil mengunyah kentang goreng.
"Ih nyebelin banget sih kalian ! Kalau cuman masalah itu sih emang iya udah biasa, tapi masalahnya gak ada ujan gak ada angin, tuh orang mendadak julurin tangan terus ngajak kenalan !", ucapku dengan nada kesal.
"Hah ? Seriusan ?", ucap Gita dan Ratna serentak.
"Iya, se-ri-usan!", ucapku dengan penekanan di setiap hurufnya.
"Mimpi apa coba gue semalem", lanjutku.
"Yaudah gausah lu pikiran Syah, emang orang gak jelas berarti", ucap Ratna.
"Iya bener tuh kata Gita, mending sekarang pesen kentang lagi, udah abis nih", ucap Ratna sambil mulut terus mengunyah.
"Astaga Ratnaaaa, gue belom makan sama sekali ya itu kentang", ucap Gita.
"Tau lu Na, gimanasiii", sambungku.
"Abisnya lama sih lu pada, ngobrol mulu, kagak makan-makan", ucap Ratna tak berdosa.
"Yaa tapikan--"
Belum selesai aku berbicara, ponselku berdering.
"Hallo, assalamualaikum",
"Eh iya",
"Udah gak ada sih",
"Iya Aisyah ke sana",
"Walaikumsallam",
Setelah telpon di matikan, aku langsung merapikan barang-barangku, "eh gue duluan ya", ucapku pada Gita dan Ratna.
"Eh mau kemana ?", tanya Gita.
"Gue mau ke butik dulu, mendadak nyokap nelpon di suruh ke sana", ucapku.
"Ini makanan gimana ?", ucap Ratna yang baru saja kedatangan pesanan makanan baru.
"Abisin dah", balasku sambil menggendong tas.
"Assalamualaikum", ucapku pamitan.
"Walaikumsallam", balas mereka serempak.
Aku menuju parkiran dan memacu motorku melewati jalan raya yang sudah penuh sesak karena jam pulang kerja. "Ada apa sih Mama, tumben banget nelpon nyuruh ke butik", gumamku dalam hati.
Sesampainya di sana aku melihat butik yang sudah sangat ramai oleh orang-orang, "Ohhhhh pantes, butik lagi rame mangkannya nyuruh dateng", gumamku.
Selang beberapa langkah aku mendekat ke butik, aku melihat Mama dengan mata sembab seperti habis menangis, Ia berlari ke arahku lalu memelukku erat, tangispun pecah di pelukanku.
"Eh Mama kenapa ?! Ada apa Mah ?", tanyaku panik.
"Tas Mama di rampas Syahhhhh !!!", jawab Mama dengan tangisan yang makin meledak.
"Apa ?! Kok bisa Mah ?! Ceritain sama Aisyahhhh", ucapku kaget berbarengan dengar air mataku yang mulai menetes mendengar perkataan Mama.
"Mama abis dari bank, ambil uang, Mama simpan uang itu di tas jinjing Mama", ucap Mama.
"Terus pas Mama menuju ke parkiran dan mau buka pintu mobil tiba-tiba ada orang nodongin pisau ke Mama", lanjut Mama.
"Astagfirullah, tapi Mama gak apa-apa kan ? Mama gak luka kan ?", ucapku sambil memegang ke dua bahu Mama.
"Gak apa-apa Syah, Mama cuman syok, dan bingung. Soalnya uang itu, itu uang modal dan ke untungan toko ini", ucap Mama.
"Mama juga teriak minta tolong, tapi posisinya lagi sepi banget, gak ada siapa-siapa", lanjut Mama.
"Apa Mama inget ciri-cirinya orang itu ?", tanyaku.
"Mama cuman inget bajunya aja, warna hitam, terus gambar karikatur iblis gitu, badannya juga tatoan", ucap Mama.
"Hah ? Eh yaudah deh Mama istirahat aja dulu yaa, nanti Aisyah bantu buat laporan ke polisi", ucapku menenangkan Mama.
"Gak usah Syah, Mama gak mau nambah pikiran karena harus urus ke polisi", ucap Mama.
"Tapi Mah, itu uang kan buat ke langsungan butik ini ! Butik ini kan impian Mama dari dulu !", ucapku.
"Gak apa-apa Syah, biarkan saja, Mama sudah ikhlas, Mama hanya masih syok aja. Biarin aja uang 25juta itu, mungkin dia lebih butuh dari kita", ucap Mama.
"Yasudah kamu langsung pulang yaa Syah, Mama mau beresin butik dulu baru pulang ke rumah", lanjut Mama.
"Yaudah Mah, Mama hati-hati yaa pulangnya", ucapku.
"Assalamualaikum", lanjutku pamit sambil mencium punggung tangan Mama.
"Walaikumsallam", balas Mama sambil mengusap rambutku.
Aku pun berjalan kembali ke motor dan menuju rumah, sepanjang jalan aku kepikiran musibah yang menimpa Mama, kasian Mama. Badannya sudah lelah, di tambah musibah seperti ini, semoga Mama kuat dan sehat selalu yaa Allah.
Selain musibah itu, aku juga kepikiran ciri-ciri orang yang merampok Mama, berbaju hitam dengan gambar Iblis, dan badan penuh tato. "Praa...praa...Pradana!", Aku berusaha mengingat kembali kejadian tadi, orang aneh itu yang mengenalkan diri.
Bukan bermaksud berburuk sangka, tapi kalau di pikir pakai logika, ciri-cirinya hampir sama dan kejadiannya juga di ATM yang tak jauh dari kampus, tidak menutup kemungkinan bahwa manusia itu pelakunya !
Setelah setengah jalan aku hampir sampai ke rumah, aku mengerem mendadak lalu kemudian menepuk jidatku. "Astagfirullah, masih ada kelas !"
-----
Bersambung...
BEM di kampus ku sedang melaksanakan kegiatan kemanusiaan untuk para korban di Palestina dan beberapa masalah yang ada di Indonesia.
Sebagai jurnalis di kampus, menjadi kewajiban bagiku, untuk memberitakan kegiatan ini ke se-antero kampus, bahkan sampai ke lingkungan luar.
"Ini kak, laporannya, semua narasumber di kampus sudah Aisyah wawancarai", ucapku sambil menyodorkan lembaran laporan pada Kak Ismail.
"Makasih yaa, kamu istirahat aja dulu, untuk yang lainnya teman-teman sudah mengejarkan", ucap Kak Ismail dengan senyum, lalu Ia membaca lembaran-lembaran yang aku berikan padanya .
"Rendi, tolong input hasil wawancara ini ke komputer ya, minta bantu Dewi juga, karena ini lumayan banyak", ucap Kak Ismail sedikit berteriak memanggil Rendi yang berada di bagian belakang ruangan.
"Oke, siap kak!", ucap Rendi sambil membawa laporan yang di berikan oleh Kak Ismail.
"Yasudah kak, saya pamit dulu, saya nanti sore juga ada kelas, kalau ada apa-apa hubungi saya saja", ucap ku pamit.
"Oke Aisyah", balas Ismail dengan anggukan kecil dan senyum.
Aku meninggalkan ruangan dan berjalan menelusuri lorong kampus, Aku hendak ke lantai bawah, tapi karena ruangan para Jurnalis berada di lantai atas paling pojok, sementara tangga hanya berada di bagian awal lorong membuat kaki ku makin pegal, "aduh jauh banget sih", gumam ku.
Langkah ku terhenti ketika berhadapan dengan seorang lelaki dengan tato di dada, Aku bisa melihat tato itu melalui kerah kaos bergambar iblis yang di kenakan lelaki tersebut.
"Permisi", ucapku dengan kepala menunduk tidak ingin berlama-lama menatap wajah lekaki tersebut.
"Iya", balas lelaki tersebut.
Ketika kaki ku melangkahkan ke kanan, lelaki tersebut bergerak ke kiri, begitu juga sebaliknya sehingga membuatku tidak bisa berjalan melewatinya.
"Permisi!", ucapku dengan nada sedikit membentak.
"Yee, selow dong, elu nya juga minggir gue mau ke kiri lu ngalangin gue, gue ke kanan lu juga ngalangin gue", ucap lelaki tersebut.
Aku menganga mendengarkan ucapan lelaki itu, apa maksudnya jadi semua ini salahku ? Sejak kapan perempuan bisa salah.
"Pradana", ucap lelaki itu sambil menjulurkan tangannya untuk berkenalan.
"Hah ?", ucapku bingung, bagaimana bisa tanpa sebab orang ini menjulurkan tangannya dan mengajak berkenalan. "Apa-apaan sih ini orang, emangnya siapa yang ngajak kenalan ?!", gumam ku.
Aku membalas juluran tangan lelaki tersebut dengan anggukan.
"Oh iya, maaf ya saya buru-buru", ucapku yang langsung melewati Pradana dengan sedikit berlari.
Pradana dengan posisi tangan masih menjulur hanya memperhatikan tingkahku melewatinya, tanpa mengubah posisi tubuhnya hanya lehernya yang bergerak mengikuti arah jalanku.
"Apa-apaan sih tuh orang, gak jelas, udah gaya ugal-ugalan, tatoan, kalau dia mahasiswa disini, bisa-bisanya sih nih kampus nerima !", gerutuku dalam hati sambil terus menuruni anak tangga.
Aku menuju parkiran, dan membawa motor Scoopy putih dengan helm bergambar doraemon animasi kesukaan ku.
-----
Aku menuju kafe langgananku, baru ingat kalau hari ini ada janji ngobrol-ngobrol bersama Gita dan Ratna di kafe yang tak jauh dari kampusku.
"Baru aja tadi ngobrol sama Kak Ismail, adem ayem, langsung ketemu berandalan gitu", ucapku sambil menyedot smoothy strawberry pada Gita dan Ratna yang daritadi duduk mendengarkan ocehanku.
"Di pikirin amat sih Syah, ya yang namanya ngelangkah terus hadep-hadepan terus gitu mah udah biasa, lebay deh", ucap Gita.
"Tau lu Syah, berlebihan banget lagian cuman gitu doang", timpal Ratna sambil mengunyah kentang goreng.
"Ih nyebelin banget sih kalian ! Kalau cuman masalah itu sih emang iya udah biasa, tapi masalahnya gak ada ujan gak ada angin, tuh orang mendadak julurin tangan terus ngajak kenalan !", ucapku dengan nada kesal.
"Hah ? Seriusan ?", ucap Gita dan Ratna serentak.
"Iya, se-ri-usan!", ucapku dengan penekanan di setiap hurufnya.
"Mimpi apa coba gue semalem", lanjutku.
"Yaudah gausah lu pikiran Syah, emang orang gak jelas berarti", ucap Ratna.
"Iya bener tuh kata Gita, mending sekarang pesen kentang lagi, udah abis nih", ucap Ratna sambil mulut terus mengunyah.
"Astaga Ratnaaaa, gue belom makan sama sekali ya itu kentang", ucap Gita.
"Tau lu Na, gimanasiii", sambungku.
"Abisnya lama sih lu pada, ngobrol mulu, kagak makan-makan", ucap Ratna tak berdosa.
"Yaa tapikan--"
Belum selesai aku berbicara, ponselku berdering.
"Hallo, assalamualaikum",
"Eh iya",
"Udah gak ada sih",
"Iya Aisyah ke sana",
"Walaikumsallam",
Setelah telpon di matikan, aku langsung merapikan barang-barangku, "eh gue duluan ya", ucapku pada Gita dan Ratna.
"Eh mau kemana ?", tanya Gita.
"Gue mau ke butik dulu, mendadak nyokap nelpon di suruh ke sana", ucapku.
"Ini makanan gimana ?", ucap Ratna yang baru saja kedatangan pesanan makanan baru.
"Abisin dah", balasku sambil menggendong tas.
"Assalamualaikum", ucapku pamitan.
"Walaikumsallam", balas mereka serempak.
Aku menuju parkiran dan memacu motorku melewati jalan raya yang sudah penuh sesak karena jam pulang kerja. "Ada apa sih Mama, tumben banget nelpon nyuruh ke butik", gumamku dalam hati.
Sesampainya di sana aku melihat butik yang sudah sangat ramai oleh orang-orang, "Ohhhhh pantes, butik lagi rame mangkannya nyuruh dateng", gumamku.
Selang beberapa langkah aku mendekat ke butik, aku melihat Mama dengan mata sembab seperti habis menangis, Ia berlari ke arahku lalu memelukku erat, tangispun pecah di pelukanku.
"Eh Mama kenapa ?! Ada apa Mah ?", tanyaku panik.
"Tas Mama di rampas Syahhhhh !!!", jawab Mama dengan tangisan yang makin meledak.
"Apa ?! Kok bisa Mah ?! Ceritain sama Aisyahhhh", ucapku kaget berbarengan dengar air mataku yang mulai menetes mendengar perkataan Mama.
"Mama abis dari bank, ambil uang, Mama simpan uang itu di tas jinjing Mama", ucap Mama.
"Terus pas Mama menuju ke parkiran dan mau buka pintu mobil tiba-tiba ada orang nodongin pisau ke Mama", lanjut Mama.
"Astagfirullah, tapi Mama gak apa-apa kan ? Mama gak luka kan ?", ucapku sambil memegang ke dua bahu Mama.
"Gak apa-apa Syah, Mama cuman syok, dan bingung. Soalnya uang itu, itu uang modal dan ke untungan toko ini", ucap Mama.
"Mama juga teriak minta tolong, tapi posisinya lagi sepi banget, gak ada siapa-siapa", lanjut Mama.
"Apa Mama inget ciri-cirinya orang itu ?", tanyaku.
"Mama cuman inget bajunya aja, warna hitam, terus gambar karikatur iblis gitu, badannya juga tatoan", ucap Mama.
"Hah ? Eh yaudah deh Mama istirahat aja dulu yaa, nanti Aisyah bantu buat laporan ke polisi", ucapku menenangkan Mama.
"Gak usah Syah, Mama gak mau nambah pikiran karena harus urus ke polisi", ucap Mama.
"Tapi Mah, itu uang kan buat ke langsungan butik ini ! Butik ini kan impian Mama dari dulu !", ucapku.
"Gak apa-apa Syah, biarkan saja, Mama sudah ikhlas, Mama hanya masih syok aja. Biarin aja uang 25juta itu, mungkin dia lebih butuh dari kita", ucap Mama.
"Yasudah kamu langsung pulang yaa Syah, Mama mau beresin butik dulu baru pulang ke rumah", lanjut Mama.
"Yaudah Mah, Mama hati-hati yaa pulangnya", ucapku.
"Assalamualaikum", lanjutku pamit sambil mencium punggung tangan Mama.
"Walaikumsallam", balas Mama sambil mengusap rambutku.
Aku pun berjalan kembali ke motor dan menuju rumah, sepanjang jalan aku kepikiran musibah yang menimpa Mama, kasian Mama. Badannya sudah lelah, di tambah musibah seperti ini, semoga Mama kuat dan sehat selalu yaa Allah.
Selain musibah itu, aku juga kepikiran ciri-ciri orang yang merampok Mama, berbaju hitam dengan gambar Iblis, dan badan penuh tato. "Praa...praa...Pradana!", Aku berusaha mengingat kembali kejadian tadi, orang aneh itu yang mengenalkan diri.
Bukan bermaksud berburuk sangka, tapi kalau di pikir pakai logika, ciri-cirinya hampir sama dan kejadiannya juga di ATM yang tak jauh dari kampus, tidak menutup kemungkinan bahwa manusia itu pelakunya !
Setelah setengah jalan aku hampir sampai ke rumah, aku mengerem mendadak lalu kemudian menepuk jidatku. "Astagfirullah, masih ada kelas !"
-----
Bersambung...
Diubah oleh apriandirhakim 20-12-2017 22:19


anasabila memberi reputasi
1
2.7K
Kutip
29
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan