- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Ini Pahlawan Sepak Bola Indonesia yang Belum Kamu Tahu


TS
dentykusuma
Ini Pahlawan Sepak Bola Indonesia yang Belum Kamu Tahu

Quote:
SPORTOURISM— Bicara sepakbola Indonesia, mengobrolkan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dengan alpa mengulas Soeratin Sosrosoegondo, sejatinya hanyalah omong kosong. Dialah pendiri induk olahraga terpopuler di Indonesia itu.
Soeratin dilahirkan di Yogyakarta, 17 Desember 1898, dari keluarga berpendidikan. Ayahnya adalah seorang guru Kweekschool. Tidak heran bila riwayat pendidikan yang dijalani Soeratin cukup mentereng untuk ukuran seorang pribumi. Puncaknya, pada 1920 ia mendapat beasiswa untuk sekolah teknik ke Jerman setelah tamat dari Koningen Wilhelmina School di Jakarta.
Soeratin dilahirkan di Yogyakarta, 17 Desember 1898, dari keluarga berpendidikan. Ayahnya adalah seorang guru Kweekschool. Tidak heran bila riwayat pendidikan yang dijalani Soeratin cukup mentereng untuk ukuran seorang pribumi. Puncaknya, pada 1920 ia mendapat beasiswa untuk sekolah teknik ke Jerman setelah tamat dari Koningen Wilhelmina School di Jakarta.

Quote:
Namun kisahnya dengan sepakbola Indonesia dimulai 1928, ketika ia kembali ke Hindia Belanda setelah menyelesaikan pendidikan selama tujuh tahun di Sekolah Teknik Tinggi, Hecklenburg, Jerman.
Sebagai lulusan luar negeri, Soeratin tak perlu banyak waktu untuk mendapat pekerjaan yang layak setiba di tanah air. Ia diterima bekerja pada sebuah perusahaan bangunan Belanda, Sizten en Lausada, yang berpusat di Yogyakarta. Pada awal-awal masa kerjanya, Soeratin mendapat zona sangat nyaman, yang hanya bisa diimpikan pribumi lain. Ia langsung tercatat sebagai satu-satunya pribumi yang menduduki posisi penting di perusahaan, mengepalai banyak proyek. Sampai dua peristiwa kemudian menyeretnya keluar dari kursi goyang itu.
Bermula saat ia menikahi seorang gadis cantik bernama Raden Ayu Srie Woelan. Soeratin pun berkenalan dengan kakak Srie Woelan, yaitu Soetomo, atau lengkapnya Dr.Soetomo. Pria yang ‘membangunkan’ rakyat pribumi Hindia Belanda dengan mendirikan Boedi Oetomo, 20 tahun sebelumnya.
Pergaulan dengan Soetomo yang membawa Soeratin kepada peristiwa kedua, Kongres Pemuda ke II 1928 di Jakarta. Soekarno memilih menggunakan politik keras sebagai jalan perjuangannya. Suwardi memilih mendirikan Taman Siswa, dan Mas Marco menggunakan jalur media massa. Semua memilih jalurnya masing-masing untuk berjuang. Soeratin meneguhkan diri untuk mengambil sebuah jalur yang berbeda : sepakbola.
Sebagai seorang pemuda yang gemar bermain sepakbola, Soeratin menyadari sepenuhnya untuk mengimplementasikan apa yang sudah diputuskan dalam Sumpah Pemuda, dan ia melihat sepakbola sebagai wahana terbaik untuk menyemai nasionalisme di kalangan pemuda, sebagai tindakan menentang Belanda. Bagi Soeratin, sepakbola menyatukan pemuda di bawah satu cita-cita : Indonesia
Soeratin memulai mengejar cita-citanya. Pertemuan demi pertemuan dengan tokoh–tokoh sepakbola diadakan. Dimulai dari Solo, Yogyakarta dan Bandung. Namun di tengah perjalanan ini, Belanda mulai mencium gelagat Soeratin, hingga ia mengubah mode diplomasinya menjadi lebih sembunyi-sembunyi dan pribadi.
Sampai akhirnya ia tiba di Jakarta, mengadakan pertemuan di hotel kecil Binnenhof di Jalan Kramat 17, Jakarta dengan Soeri, ketua VIJ (Voetbalbond Indonesische Jakarta) dan para pengurus lainnya. Muncullah dukungan terhadap ide Soeratin tentang perlunya dibentuk sebuah organisasi persepakbolaan kebangsaan.
Gagasan tersebut mendapat dukungan para tokoh sepakbola di Bandung, Yogya dan Solo. Itu dimungkinkan lewat bantuan tokoh pergerakan nasional lain, seperti Daslam Hadiwasito, Amir Notopratomo, A Hamid, Soekarno (bukan Bung Karno), dan lain–lain.
Pada 9 April 1930, di gedung Hande Proyo (sekarang gedung Batik dekat Alun-alun Utara), Yogyakarta, berkumpullah para pemuka sepakbola pulau Jawa : VIJ diwakili Sjamsoedin – mahasiswa RHS; wakil Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB) Gatot; Persatuan Sepakbola Mataram (PSM) Yogyakarta diwakili Daslam Hadiwasito, A.Hamid, M. Amir Notopratomo; Vortenlandsche Voetbal Bond (VVB) Solo oleh Soekarno; Madioensche Voetbal Bond (MVB) oleh Kartodarmoedjo; Indonesische Voetbal Bond Magelang (IVBM) oleh E.A Mangindaan, Soerabajashe Indonesische Voetbal Bond (SIVB) diwakili Pamoedji. Dari pertemuan tersebut maka, lahirlah PSSI (Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia).
Padahal pada saat itu, organisasi sepakbola resmi pemerintah Hindia Belanda pun sudah didirikan, yaitu Nederlandsch-Indische Voetbal Bond, yang didirikan tahun 1919. Kompetisi amatir pun sudah beberapa kali digulirkan. Namun karena kesolidan dan kerja keras Soeratin dan kawan-kawan, PSSI tampil sebagai organisasi sepakbola yang jauh lebih kapabel daripada NIVB.
Soeratin dkk bergerak cepat menyusun program yang pada dasarnya ‘menentang’ berbagai kebijakan yang diambil pemerintah Belanda melalui NIVB. PSSI melahirkan “stridij program”, yakni program perjuangan seperti yang dilakukan oleh partai dan organisasi massa yang telah ada. Setiap bonden/perserikatan diwajibkan melakukan kompetisi internal untuk strata I dan II, selanjutnya di tingkatkan ke kejuaraan antar perserikatan yang disebut “Steden Tournooi” dimulai pada 1931 di Surakarta .
Kegiatan sepakbola kebangsaan yang digerakkan PSSI itu menggugah Susuhunan Paku Buwono X. Beliau melihat, semakin banyak rakyat bermain sepakbola di jalan–jalan dan berbagai tempat lain, seperti di alun–alun. Paku Buwono X kemudian mendirikan Stadion Sriwedari lengkap dengan lampu, sebagai apresiasi terhadap kebangkitan “Sepakbola Kebangsaan” yang digerakkan PSSI. Stadion itu diresmikan Oktober 1933. Dengan adanya stadion Sriwedari ini kegiatan persepakbolaan Surakarta semakin gencar.
Pemerintah Hindia Belanda pun kebakaran jenggot. Untuk menyaingi PSSI, maka pada tahun 1936 NIVB direformasi dan dipersolid. Namanya juga diganti menjadi Nederlandsch-Indische Voetbal Unie (NIVU). Tapi tak urung NIVU pun membuat beberapa kebijakan dan program yang bekerja sama dengan PSSI.
Namun interaksi buruk terjadi menjelang Piala Dunia 1938. Pada tahun 1938, atas nama Dutch East Indies, NIVU mengirimkan timnya ke Piala Dunia 1938. Para pemainnya bukanlah berasal dari PSSI melainkan dari NIVU, walaupun terdapat sembilan orang pemain pribumi atau Tionghoa.
Hal tersebut mengundang aksi protes Soeratin, karena beliau menginginkan adanya pertandingan antara tim NIVU dan PSSI terlebih dahulu, sesuai perjanjian kerja sama antara mereka. Perjanjian kerja sama yang disebut “Gentelemen’s Agreement” itu ditandatangani Soeratin (PSSI) dan Masterbroek (NIVU) pada 5 Januari 1937 di Yogyakarta.
Selain itu, Soeratin juga tidak menghendaki bendera yang dipakai adalah bendera NIVU (Belanda). Dalam kongres PSSI 1938 di Solo, Soeratin membatalkan secara sepihak perjanjian dengan NIVU tersebut.
Namun tak urung, tim Hindia Belanda atas nama NIVU berlaga di Piala Dunia 1938. Ditangani pelatih Johannes Mastenbroek, pemain kesebelasan Hindia Belanda tersebut adalah mereka yang bekerja di perusahaan-perusahaan Belanda. Tercatat nama Bing Mo Heng (kiper), Herman Zommers, Franz Meeng, Isaac Pattiwael, Frans Pede Hukom, Hans Taihattu, Pan Hong Tjien, Jack Sammuels, Suwarte Soedermandji, Anwar Sutan, dan kiri luar Achmad Nawir yang juga bertindak sebagai kapten.
Setelah Soeratin pensiun tahun 1942, yang ditandai dengan masuknya Jepang, PSSI sempat mengalami vakum. Pada 1950, setelah Indonresia merdeka, PSSI berubah menjadi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia.
**
PSSI era Soeratin menjadi sebuah cermin bagi kita sekarang. Bagaimana sepakbola adalah pemersatu, sebuah jalan untuk membentuk sebuah bangsa. Tujuan-tujuan didirikannya PSSI itulah yang harus diingat kembali siapa pun penikmat sepakbola tanah air. [ ]
Sebagai lulusan luar negeri, Soeratin tak perlu banyak waktu untuk mendapat pekerjaan yang layak setiba di tanah air. Ia diterima bekerja pada sebuah perusahaan bangunan Belanda, Sizten en Lausada, yang berpusat di Yogyakarta. Pada awal-awal masa kerjanya, Soeratin mendapat zona sangat nyaman, yang hanya bisa diimpikan pribumi lain. Ia langsung tercatat sebagai satu-satunya pribumi yang menduduki posisi penting di perusahaan, mengepalai banyak proyek. Sampai dua peristiwa kemudian menyeretnya keluar dari kursi goyang itu.
Bermula saat ia menikahi seorang gadis cantik bernama Raden Ayu Srie Woelan. Soeratin pun berkenalan dengan kakak Srie Woelan, yaitu Soetomo, atau lengkapnya Dr.Soetomo. Pria yang ‘membangunkan’ rakyat pribumi Hindia Belanda dengan mendirikan Boedi Oetomo, 20 tahun sebelumnya.
Pergaulan dengan Soetomo yang membawa Soeratin kepada peristiwa kedua, Kongres Pemuda ke II 1928 di Jakarta. Soekarno memilih menggunakan politik keras sebagai jalan perjuangannya. Suwardi memilih mendirikan Taman Siswa, dan Mas Marco menggunakan jalur media massa. Semua memilih jalurnya masing-masing untuk berjuang. Soeratin meneguhkan diri untuk mengambil sebuah jalur yang berbeda : sepakbola.
Sebagai seorang pemuda yang gemar bermain sepakbola, Soeratin menyadari sepenuhnya untuk mengimplementasikan apa yang sudah diputuskan dalam Sumpah Pemuda, dan ia melihat sepakbola sebagai wahana terbaik untuk menyemai nasionalisme di kalangan pemuda, sebagai tindakan menentang Belanda. Bagi Soeratin, sepakbola menyatukan pemuda di bawah satu cita-cita : Indonesia
Soeratin memulai mengejar cita-citanya. Pertemuan demi pertemuan dengan tokoh–tokoh sepakbola diadakan. Dimulai dari Solo, Yogyakarta dan Bandung. Namun di tengah perjalanan ini, Belanda mulai mencium gelagat Soeratin, hingga ia mengubah mode diplomasinya menjadi lebih sembunyi-sembunyi dan pribadi.
Sampai akhirnya ia tiba di Jakarta, mengadakan pertemuan di hotel kecil Binnenhof di Jalan Kramat 17, Jakarta dengan Soeri, ketua VIJ (Voetbalbond Indonesische Jakarta) dan para pengurus lainnya. Muncullah dukungan terhadap ide Soeratin tentang perlunya dibentuk sebuah organisasi persepakbolaan kebangsaan.
Gagasan tersebut mendapat dukungan para tokoh sepakbola di Bandung, Yogya dan Solo. Itu dimungkinkan lewat bantuan tokoh pergerakan nasional lain, seperti Daslam Hadiwasito, Amir Notopratomo, A Hamid, Soekarno (bukan Bung Karno), dan lain–lain.
Pada 9 April 1930, di gedung Hande Proyo (sekarang gedung Batik dekat Alun-alun Utara), Yogyakarta, berkumpullah para pemuka sepakbola pulau Jawa : VIJ diwakili Sjamsoedin – mahasiswa RHS; wakil Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB) Gatot; Persatuan Sepakbola Mataram (PSM) Yogyakarta diwakili Daslam Hadiwasito, A.Hamid, M. Amir Notopratomo; Vortenlandsche Voetbal Bond (VVB) Solo oleh Soekarno; Madioensche Voetbal Bond (MVB) oleh Kartodarmoedjo; Indonesische Voetbal Bond Magelang (IVBM) oleh E.A Mangindaan, Soerabajashe Indonesische Voetbal Bond (SIVB) diwakili Pamoedji. Dari pertemuan tersebut maka, lahirlah PSSI (Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia).
Padahal pada saat itu, organisasi sepakbola resmi pemerintah Hindia Belanda pun sudah didirikan, yaitu Nederlandsch-Indische Voetbal Bond, yang didirikan tahun 1919. Kompetisi amatir pun sudah beberapa kali digulirkan. Namun karena kesolidan dan kerja keras Soeratin dan kawan-kawan, PSSI tampil sebagai organisasi sepakbola yang jauh lebih kapabel daripada NIVB.
Soeratin dkk bergerak cepat menyusun program yang pada dasarnya ‘menentang’ berbagai kebijakan yang diambil pemerintah Belanda melalui NIVB. PSSI melahirkan “stridij program”, yakni program perjuangan seperti yang dilakukan oleh partai dan organisasi massa yang telah ada. Setiap bonden/perserikatan diwajibkan melakukan kompetisi internal untuk strata I dan II, selanjutnya di tingkatkan ke kejuaraan antar perserikatan yang disebut “Steden Tournooi” dimulai pada 1931 di Surakarta .
Kegiatan sepakbola kebangsaan yang digerakkan PSSI itu menggugah Susuhunan Paku Buwono X. Beliau melihat, semakin banyak rakyat bermain sepakbola di jalan–jalan dan berbagai tempat lain, seperti di alun–alun. Paku Buwono X kemudian mendirikan Stadion Sriwedari lengkap dengan lampu, sebagai apresiasi terhadap kebangkitan “Sepakbola Kebangsaan” yang digerakkan PSSI. Stadion itu diresmikan Oktober 1933. Dengan adanya stadion Sriwedari ini kegiatan persepakbolaan Surakarta semakin gencar.
Pemerintah Hindia Belanda pun kebakaran jenggot. Untuk menyaingi PSSI, maka pada tahun 1936 NIVB direformasi dan dipersolid. Namanya juga diganti menjadi Nederlandsch-Indische Voetbal Unie (NIVU). Tapi tak urung NIVU pun membuat beberapa kebijakan dan program yang bekerja sama dengan PSSI.
Namun interaksi buruk terjadi menjelang Piala Dunia 1938. Pada tahun 1938, atas nama Dutch East Indies, NIVU mengirimkan timnya ke Piala Dunia 1938. Para pemainnya bukanlah berasal dari PSSI melainkan dari NIVU, walaupun terdapat sembilan orang pemain pribumi atau Tionghoa.
Hal tersebut mengundang aksi protes Soeratin, karena beliau menginginkan adanya pertandingan antara tim NIVU dan PSSI terlebih dahulu, sesuai perjanjian kerja sama antara mereka. Perjanjian kerja sama yang disebut “Gentelemen’s Agreement” itu ditandatangani Soeratin (PSSI) dan Masterbroek (NIVU) pada 5 Januari 1937 di Yogyakarta.
Selain itu, Soeratin juga tidak menghendaki bendera yang dipakai adalah bendera NIVU (Belanda). Dalam kongres PSSI 1938 di Solo, Soeratin membatalkan secara sepihak perjanjian dengan NIVU tersebut.
Namun tak urung, tim Hindia Belanda atas nama NIVU berlaga di Piala Dunia 1938. Ditangani pelatih Johannes Mastenbroek, pemain kesebelasan Hindia Belanda tersebut adalah mereka yang bekerja di perusahaan-perusahaan Belanda. Tercatat nama Bing Mo Heng (kiper), Herman Zommers, Franz Meeng, Isaac Pattiwael, Frans Pede Hukom, Hans Taihattu, Pan Hong Tjien, Jack Sammuels, Suwarte Soedermandji, Anwar Sutan, dan kiri luar Achmad Nawir yang juga bertindak sebagai kapten.
Setelah Soeratin pensiun tahun 1942, yang ditandai dengan masuknya Jepang, PSSI sempat mengalami vakum. Pada 1950, setelah Indonresia merdeka, PSSI berubah menjadi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia.
**
PSSI era Soeratin menjadi sebuah cermin bagi kita sekarang. Bagaimana sepakbola adalah pemersatu, sebuah jalan untuk membentuk sebuah bangsa. Tujuan-tujuan didirikannya PSSI itulah yang harus diingat kembali siapa pun penikmat sepakbola tanah air. [ ]
0
2.1K
Kutip
9
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan