TS
annirobiah
Angkot
Quote:
"Medan tanpa angkot adalah bukan Medan"
Barangkali penikmat angkutan via aplikasi tidak mengamini perihal di atas. Medan tanpa angkot adalah Medan sejahtera, Medan tanpa kemacetan, Medan tanpa pelanggar lalu lintas, dan berbagai istilah lainnya. Tapi bagiku, Medan tanpa angkot bukanlah Medan.
Tadinya aku sempat berpikir bahwa Medan tanpa angkot berarti Medan bebas dari kemacetan sebelum akhirnya aku melihat secara langsung bahwa Medan tanpa angkot sama saja. Macet!
Kata mereka, "angkot adalah penambah sesak jalanan. Angkot pelanggar lalu lintas". But, hari ini, aku melihat secara langsung, saat angkot-angkot mogok beroperasi, saat jalanan lenggang oleh angkot, jalanan tetap saja macet. Macet! Pun tadi, mobil-mobil pribadi dan sepeda motor kulihat melanggar lalu lintas. Tidak tertib. Tidak patuh aturan berlalu lintas. So, asumsi bahwa angkot penambah sesak jalanan, angkot adalah pelanggar lalu lintas itu SALAH. Memang iya, tidak bisa dipungkiri juga beberapa oknum supir angkot ada yang ugal-ugalan di jalan raya, tikung sana-sini demi sewa. Tapi, itu tidak bisa di-judge ke seluruh angkutan kota atau angkot.
Angkutan via aplikasi juga tidak selamanya disukai masyarakat. Terlebih masyarakat kaum gaptek. Memang keberadaannya tak bisa dipungkiri juga mengingat kemajuan zaman. Ingin pergi ke sana ke mari tinggal pencet-pencet saja aplikasinya di hp. Tunggu di rumah saja, tak perlu ke simpang dan berpanas-hujan memanggil angkot yang kadang penuh sesak di dalamnya tapi tetap dipaksa masuk. Kita bisa milih angkutan yang kita inginkan entah itu mobil ber-AC atau sepeda motor agar lebih gesit. Tapi tidak selamanya kenyamanan yang ditawarkan itu disukai pengguna angkutan. Aku misalnya, lebih suka naik angkot daripada naik angkutan via aplikasi. Tingkat rasa nyaman setiap orang berbeda. Naik angkot mengajarkanku beberapa hal, bersabar salah satunya. Sabar kalau-kalau suatu saat tak terduga aku kesulitan bernapas karena angkot dimasuki oleh 16 orang sedang kapasitasnya 13 orang.
Aku menyukai angkot selain merasa nyaman juga karena di dalamnya terkadang aku mendapat inspirasi. Aku suka berkhayal di sana. Tentang aku dan kotaku, tentang lelaki yang terbang jauh ke pulau seberang, juga tentang aku dan masa depan yang kuidam-idamkan.
Di dalam angkot, aku dapat memperhatikan satu persatu, menerka-nerka pekerjaan para penumpang yang berada di sekitar. Kadang aku senyum ketika mendapat kebenaran dari terkaan itu saat ia turun lebih awal atau kadang hanya tertawa kecut ketika tidak sesuai dengan apa yang kupikirkan tentangnya. Pun, di dalam angkot aku bisa bertemu banyak orang, berkenalan dan akhirnya mendapat teman baru. Kadang ada satu hal yang aku merasa lucu yaitu ketika berkenalan dengan orang yang ternyata adalah satu almamater denganku. Bahkan satu kosan.
Hari ini, Medan lenggang dari angkot. "Mogok operasi", katanya. Menuntut pemerintah agar angkutan via aplikasi dilarang beroperasi. Entah terkabul entah tidak. Tapi kata mereka, "mogok tetap berlanjut jika keinginan itu tak dipenuhi". Lantas dalam hati aku bergumam, "Mak, keknya anakmu gak pulang minggu ini."
Barangkali penikmat angkutan via aplikasi tidak mengamini perihal di atas. Medan tanpa angkot adalah Medan sejahtera, Medan tanpa kemacetan, Medan tanpa pelanggar lalu lintas, dan berbagai istilah lainnya. Tapi bagiku, Medan tanpa angkot bukanlah Medan.
Tadinya aku sempat berpikir bahwa Medan tanpa angkot berarti Medan bebas dari kemacetan sebelum akhirnya aku melihat secara langsung bahwa Medan tanpa angkot sama saja. Macet!
Kata mereka, "angkot adalah penambah sesak jalanan. Angkot pelanggar lalu lintas". But, hari ini, aku melihat secara langsung, saat angkot-angkot mogok beroperasi, saat jalanan lenggang oleh angkot, jalanan tetap saja macet. Macet! Pun tadi, mobil-mobil pribadi dan sepeda motor kulihat melanggar lalu lintas. Tidak tertib. Tidak patuh aturan berlalu lintas. So, asumsi bahwa angkot penambah sesak jalanan, angkot adalah pelanggar lalu lintas itu SALAH. Memang iya, tidak bisa dipungkiri juga beberapa oknum supir angkot ada yang ugal-ugalan di jalan raya, tikung sana-sini demi sewa. Tapi, itu tidak bisa di-judge ke seluruh angkutan kota atau angkot.
Angkutan via aplikasi juga tidak selamanya disukai masyarakat. Terlebih masyarakat kaum gaptek. Memang keberadaannya tak bisa dipungkiri juga mengingat kemajuan zaman. Ingin pergi ke sana ke mari tinggal pencet-pencet saja aplikasinya di hp. Tunggu di rumah saja, tak perlu ke simpang dan berpanas-hujan memanggil angkot yang kadang penuh sesak di dalamnya tapi tetap dipaksa masuk. Kita bisa milih angkutan yang kita inginkan entah itu mobil ber-AC atau sepeda motor agar lebih gesit. Tapi tidak selamanya kenyamanan yang ditawarkan itu disukai pengguna angkutan. Aku misalnya, lebih suka naik angkot daripada naik angkutan via aplikasi. Tingkat rasa nyaman setiap orang berbeda. Naik angkot mengajarkanku beberapa hal, bersabar salah satunya. Sabar kalau-kalau suatu saat tak terduga aku kesulitan bernapas karena angkot dimasuki oleh 16 orang sedang kapasitasnya 13 orang.
Aku menyukai angkot selain merasa nyaman juga karena di dalamnya terkadang aku mendapat inspirasi. Aku suka berkhayal di sana. Tentang aku dan kotaku, tentang lelaki yang terbang jauh ke pulau seberang, juga tentang aku dan masa depan yang kuidam-idamkan.
Di dalam angkot, aku dapat memperhatikan satu persatu, menerka-nerka pekerjaan para penumpang yang berada di sekitar. Kadang aku senyum ketika mendapat kebenaran dari terkaan itu saat ia turun lebih awal atau kadang hanya tertawa kecut ketika tidak sesuai dengan apa yang kupikirkan tentangnya. Pun, di dalam angkot aku bisa bertemu banyak orang, berkenalan dan akhirnya mendapat teman baru. Kadang ada satu hal yang aku merasa lucu yaitu ketika berkenalan dengan orang yang ternyata adalah satu almamater denganku. Bahkan satu kosan.
Hari ini, Medan lenggang dari angkot. "Mogok operasi", katanya. Menuntut pemerintah agar angkutan via aplikasi dilarang beroperasi. Entah terkabul entah tidak. Tapi kata mereka, "mogok tetap berlanjut jika keinginan itu tak dipenuhi". Lantas dalam hati aku bergumam, "Mak, keknya anakmu gak pulang minggu ini."
anasabila memberi reputasi
1
1.9K
Kutip
13
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan