- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Jakarta Kebanjiran!! Tapi 10 Hal ini Yang Bikin Orang Suka Jakarta


TS
dewbukanembun
Jakarta Kebanjiran!! Tapi 10 Hal ini Yang Bikin Orang Suka Jakarta
Jakarta emang biangnya banjir kali yaa, pasalnye setiap tahun Jakarta emang langganan banjir banget. Tapi agan-agan juga perlu tau nih kali ada 10 alasan ini yang bikin orang jatuh hati sama Jakarta.
Nggak Percaya???? Liat nih gan, pasti manggut-manggut pas abis bacanya heuheuheu.

Tuhkan senyum-senyum sendiri bacanya, bener gak nih gan??
Mungkin Ini Alasan Agan Suka Jakarta
Nggak Percaya???? Liat nih gan, pasti manggut-manggut pas abis bacanya heuheuheu.

Inilah 10 Alasan Orang Menyukai Jakarta
Quote:
Quote:
SPORTOURISM - Apa yang melintas di benak saat mendengar Jakarta? Macet, polusi, banjir, dan masalah sosial? Untuk yang terakhir setidaknya semua kota di dunia mengalami hal yang sama.
Praha, ibukota Republik Czech memiliki banyak gelandangan yang mudah terlihat di sudut kota. Di Bronx, Texas, tidak semua barbershop ramah terhadap pengunjung kulit putih. Di Madrid, orang sulit sekali membedakan tukang copet dengan orang baik. Bagaimana dengan kemacetan? New York, Tokyo sampai Buenos Aires juga bermasalah.
Soal banjir, Beijing, New Delhi, atau Rio De Jenairo pun dihadiahi kiriman air saban tahun. Jakarta tidak sendirian. Kalau ada yang tidak kerasan tinggal di Jakarta, itu wajar. Bahkan dalam suatu periode gubjen Hindia Belanda pernah ‘kabur’ membangun tempat peristrahatan di Bogor, supaya jauh-jauh dari Stadhuis van Batavia (Balai Kota, kini Museum Fatahillah).
Mengulang musim lebaran seperti sekarang, Jakarta kosong. Sepi seperti gambaran kota mati. Penghuninya pada mudik ke kampung halaman masing-masing. Namun, percaya saja, itu hanya sepekan. Dan para pemudik akan kembali membuat sesak Jakarta, mungkin juga sekalian membawa karib-kerabat dari kampung. Pemprov DKI Jakarta dulu rutin menggelar operasi yustisi pasca lebaran, tujuannya mengurangi masalah sosial yang mungkin muncul dari pendatang baru yang belum jelas mau apa di Ibukota.
Akan tetapi Jokowi saat menjabat gubernur pernah lempar handuk soal ini, mengatakan selama puluhan tahun berlaku, operasi yustisi tidak menghasilkan apa-apa, kecuali kota makin penuh manusia.
Mengamini Jokowi, penggantinya Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok menyebut operasi yustisi mirip film kartun Tom & Jerry alias kucing-kucingan. Alhasil kucing selalu kalah. Ini hanya gambaran betapa pendatang senantiasa punya cara menghindar sekaligus bertahan hidup di Jakarta.
Barangkali adagium ‘rezeki mengalir di tempat yang banyak orang’ itu benar. Setelah 489 tahun Jakarta semakin gemuk. Jan Piterzoon Coen bahkan tidak pernah mengira daerah udik yang direbutnya bakal menjadi megapolitan.
Nah, di luar perasaan membenci, ini 10 alasan semua orang mencintai Jakarta.
1.Heterogen dan toleran

Sumber: www.google.com
Sejak awal Jakarta seperti ditakdirkan menjadi kota heterogen. Kalau pun ada suku Betawi, sejarawan justru menyebut Betawi lahir dari akulturasi suku-suku pendatang, seperti Bugis, Bali, Sunda, Manggarai dan sebagainya.
Pasca-kemerdekaan dan ditetapkan sebagai Ibukota Republik Indonesia, Jakarta makin dibanjiri pendatang. Fenomena ini membuat Jakarta semakin heterogen. Akibatnya, toleransi jadi kebutuhan yang pasti bagi tiap-tiap warganya. Bukti Jakarta sangat toleran dapat ditemukan dalam banyak hal. Contoh kecil, pasar tradisional.
Di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, para pedagang berasal dari pelbagai daerah di Indonesia. Sudah menjadi ciri umum pedagang ikan mayoritas suku Madura, pedagang bumbu masakan berasal dari Sumatera Barat, warung kelontongan dimiliki orang Sunda atau Aceh, dan lain-lain Dalam kehidupan beragama, penduduk Jakarta juga sangat toleran. Buktinya dapat dilihat dari banyaknya bangunan peribadatan yang letaknya berdekatan.
Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral, misal. Atau Masjid Al Muqarrabien yang bersebelahan dengan Gereja Masehi Injil di kawasan Tanjung Priok. Untuk yang terakhir ada cerita legendaris terkait sikap saling menghormati. Pada masa kerusuhan Tanjung Priok tahun 1980an, umat kristiani di kawasan itu bersatu menjaga Masjid Al Muqarrabien.
Sebaliknya, saat datang Natal, sampai sekarang para pemuda muslim bahu membahu menjaga keamanan misa. Speaker masjid juga sengaja ditempatkan menghadap ke arah yang berlawanan dari gereja, supaya tidak mengganggu jamaat yang sedang melakukan kebaktian.
2. Megapolitan yang ramah

Sumber: kompas.com
Di Tokyo, membantu lansia masuk ke dalam bus bisa dibilang pemandangan ajaib. Dan biasanya orang yang dibantu akan mengucapkan beribu maaf karena telah membuat waktu si penolong terbuang sia-sia.
Di Jakarta, meminta bantuan adalah hal umum, seperti menanyakan alamat, menumpang toilet di rumah warga atau mengangkat barang belanja ke dalam mobil angkutan kota.
3.Pasar tradisional

Sumber : www.google.com
Sekurang-kurangnya di setiap kecamatan di Jakarta punya pasar tradisonal. Apa lagi kurangnya belanja di pasar tradisional? Harga bisa ditawar dan kualitas barang yang bagus. Apalagi untuk buah-buahan dan kebutuhan makanan, tiada yang lebih baik dari belanja di pasar tradisional.
Program revitalisasi yang dijalankan Pemprov DKI Jakarta seyogyanya mampu meningkatkan kunjungan ke pasar tradisional. Sekarang saja tidak jarang menemukan mahasiswa asing maupun ekspatriat membeli bahan makanan di pasar tradisonal.
4.Pusat fesyen

Sumber : www.google.com
Generasi muda tentu tidak akan melewatkan JakCloth, bazaar pakaian yang diikuti ratusan vendor dari berbagai kota. Bukan satu, Jakarta punya seabrek pameran fesyen. Indonesia Craft and Fashion Expo, Jakarta Fashion Week, dan Jakarta Food and Fashion Festival merupakan pameran serupa yang rutin digelar di Ibukota.
Sederet acara tersebut menandakan Jakarta sebagai pusat mode di Indonesia. Seolah mengikuti takdir sebagai kota heterogen, fesyen di Jakarta berkembang dengan mengadaptasi corak yang sangat luas, meliputi batik, corak tenun dan fesyen dari negara luar.
5.Surga kuliner

Sumber: www.google.com
Pecenongan dikenal sebagai pusat kuliner Jakarta yang tertua, kemudian ada pusat jajanan di Jalan Sabang. Akan tetapi tren kuliner di Jakarta dan penyebarannya tak pernah berhenti. Kawasan Kelapa Gading yang relatif baru menjelma sebagai kawasan kuliner, menyusul kawasan Kemang, Tanjung Duren, Tebet, dan Senopati. Belakangan muncul food truck.
Sesuai namanya, truk dengan desain unik ini berkeliling satu tempat ke tempat lain. Penggemar food truck bisa memantau jadwal ‘mangkal’ melalui akun media sosial.
6.Surga Barang-Barang Murah

Sumber: media indonesia
Barang murah tidaklah bermakna negatif. Sentra grosir Tanah Abang sudah terkenal se Asia Tenggara. Tidak heran orang dari Sabah atau Singapura berburu baju di Tanah Abang. Maka ada cerita seorang turis Indonesia ke Singapura dan membeli cinderamata. Tetapi ia belakangan menemukan tulisan “Made in Indonesia”.
Pusat perburuan barang murah tak cuma Tanah Abang. Pasar Mester Jatinegara, Pasar Senen, Pasar Pagi di kawasan Kota hingga Pasar Ular di Plumpang adalah surge bagi pemburu barang dengan banderol murah.
7.Kiblat Musik, Model dan Film

Sumber: www.google.com
Dalam sebuah kesempatan, mantan vokalis Dewa 19, Ari Lasso mengatakan “Slank idola saya. Mereka yang membuat kami yakin untuk berangkat ke Jakarta dari Surabaya.” Banyak musisi dan penyanyi datang dari berbagai penjuru Indonesia. Tetapi tujuannya Jakarta.
Di masa jayanya, banyak musisi melakukan rekaman di studio Lokananta, Solo yang legendaris. Bagaimana pun, Jakarta tempat mengadu nasib. Hal ini berlaku juga untuk seni peran dan modeling. Jakarta bukan sebatas pusat karir para pemusik, karena di sinilah pertunjukan musik digelar, dari Rhoma Irama, Inul Daratista, Beyonce Knowles, Bon Jovi, sampai Djakarta Warehouse Project.
8.Ramai

Sumber: metrotvnews.com
Pertunjukan dan expo Jakarta punya semua pertunjukan dan pameran. Mobil antik, perangko, media sosial, outdoor traveling, buku, pendidikan, pernikahan sampai pameran pemakaman pun ada!
Walaupun yang terakhir terdengar tabu, namun ini membuktikan industri exhibition di Jakarta sangat menjanjikan. Setiap tahun Jakarta juga menggelar Jakarta Fair, pameran beromset trilyunan rupiah dan sudah ada sejak masa kolonial. Jakarta Fair bisa disebut sebagai rajanya pameran di Jakarta.
9.Leisure

Sumber: www.google.com
Ada banyak cara dan tempat mengisi waktu senggang di Jakarta.Bisa dengan mengunjungi perpustakaan atau museum, memanjakan diri di salon, berkunjung ke taman, nonton film, bergabung dengan komunitas sehobi atau santai di kafe.
Beberapa kafe bahkan sudah mengusung konsep yang memudahkan, seperti kafe bola dan kafe sekaligus perpustakaan.
10.Nightlife

Sumber: www.google.com
“Work hard, play hard,” slogan ini cocok buat warga Jakarta yang punya aktifitas padat. Bagi yang cocok, dentuman musik dari DJ Gears bisa mengobati kejenuhan sekaligus me-refresh isi kepala. Bagi yang kurang berselera, beberapa klub di Jakarta juga menyediakan lounge dengan suasana yang lebih tenang. (Lia Julia)
Praha, ibukota Republik Czech memiliki banyak gelandangan yang mudah terlihat di sudut kota. Di Bronx, Texas, tidak semua barbershop ramah terhadap pengunjung kulit putih. Di Madrid, orang sulit sekali membedakan tukang copet dengan orang baik. Bagaimana dengan kemacetan? New York, Tokyo sampai Buenos Aires juga bermasalah.
Soal banjir, Beijing, New Delhi, atau Rio De Jenairo pun dihadiahi kiriman air saban tahun. Jakarta tidak sendirian. Kalau ada yang tidak kerasan tinggal di Jakarta, itu wajar. Bahkan dalam suatu periode gubjen Hindia Belanda pernah ‘kabur’ membangun tempat peristrahatan di Bogor, supaya jauh-jauh dari Stadhuis van Batavia (Balai Kota, kini Museum Fatahillah).
Mengulang musim lebaran seperti sekarang, Jakarta kosong. Sepi seperti gambaran kota mati. Penghuninya pada mudik ke kampung halaman masing-masing. Namun, percaya saja, itu hanya sepekan. Dan para pemudik akan kembali membuat sesak Jakarta, mungkin juga sekalian membawa karib-kerabat dari kampung. Pemprov DKI Jakarta dulu rutin menggelar operasi yustisi pasca lebaran, tujuannya mengurangi masalah sosial yang mungkin muncul dari pendatang baru yang belum jelas mau apa di Ibukota.
Akan tetapi Jokowi saat menjabat gubernur pernah lempar handuk soal ini, mengatakan selama puluhan tahun berlaku, operasi yustisi tidak menghasilkan apa-apa, kecuali kota makin penuh manusia.
Mengamini Jokowi, penggantinya Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok menyebut operasi yustisi mirip film kartun Tom & Jerry alias kucing-kucingan. Alhasil kucing selalu kalah. Ini hanya gambaran betapa pendatang senantiasa punya cara menghindar sekaligus bertahan hidup di Jakarta.
Barangkali adagium ‘rezeki mengalir di tempat yang banyak orang’ itu benar. Setelah 489 tahun Jakarta semakin gemuk. Jan Piterzoon Coen bahkan tidak pernah mengira daerah udik yang direbutnya bakal menjadi megapolitan.
Nah, di luar perasaan membenci, ini 10 alasan semua orang mencintai Jakarta.
1.Heterogen dan toleran

Sumber: www.google.com
Sejak awal Jakarta seperti ditakdirkan menjadi kota heterogen. Kalau pun ada suku Betawi, sejarawan justru menyebut Betawi lahir dari akulturasi suku-suku pendatang, seperti Bugis, Bali, Sunda, Manggarai dan sebagainya.
Pasca-kemerdekaan dan ditetapkan sebagai Ibukota Republik Indonesia, Jakarta makin dibanjiri pendatang. Fenomena ini membuat Jakarta semakin heterogen. Akibatnya, toleransi jadi kebutuhan yang pasti bagi tiap-tiap warganya. Bukti Jakarta sangat toleran dapat ditemukan dalam banyak hal. Contoh kecil, pasar tradisional.
Di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, para pedagang berasal dari pelbagai daerah di Indonesia. Sudah menjadi ciri umum pedagang ikan mayoritas suku Madura, pedagang bumbu masakan berasal dari Sumatera Barat, warung kelontongan dimiliki orang Sunda atau Aceh, dan lain-lain Dalam kehidupan beragama, penduduk Jakarta juga sangat toleran. Buktinya dapat dilihat dari banyaknya bangunan peribadatan yang letaknya berdekatan.
Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral, misal. Atau Masjid Al Muqarrabien yang bersebelahan dengan Gereja Masehi Injil di kawasan Tanjung Priok. Untuk yang terakhir ada cerita legendaris terkait sikap saling menghormati. Pada masa kerusuhan Tanjung Priok tahun 1980an, umat kristiani di kawasan itu bersatu menjaga Masjid Al Muqarrabien.
Sebaliknya, saat datang Natal, sampai sekarang para pemuda muslim bahu membahu menjaga keamanan misa. Speaker masjid juga sengaja ditempatkan menghadap ke arah yang berlawanan dari gereja, supaya tidak mengganggu jamaat yang sedang melakukan kebaktian.
2. Megapolitan yang ramah

Sumber: kompas.com
Di Tokyo, membantu lansia masuk ke dalam bus bisa dibilang pemandangan ajaib. Dan biasanya orang yang dibantu akan mengucapkan beribu maaf karena telah membuat waktu si penolong terbuang sia-sia.
Di Jakarta, meminta bantuan adalah hal umum, seperti menanyakan alamat, menumpang toilet di rumah warga atau mengangkat barang belanja ke dalam mobil angkutan kota.
3.Pasar tradisional

Sumber : www.google.com
Sekurang-kurangnya di setiap kecamatan di Jakarta punya pasar tradisonal. Apa lagi kurangnya belanja di pasar tradisional? Harga bisa ditawar dan kualitas barang yang bagus. Apalagi untuk buah-buahan dan kebutuhan makanan, tiada yang lebih baik dari belanja di pasar tradisional.
Program revitalisasi yang dijalankan Pemprov DKI Jakarta seyogyanya mampu meningkatkan kunjungan ke pasar tradisional. Sekarang saja tidak jarang menemukan mahasiswa asing maupun ekspatriat membeli bahan makanan di pasar tradisonal.
4.Pusat fesyen

Sumber : www.google.com
Generasi muda tentu tidak akan melewatkan JakCloth, bazaar pakaian yang diikuti ratusan vendor dari berbagai kota. Bukan satu, Jakarta punya seabrek pameran fesyen. Indonesia Craft and Fashion Expo, Jakarta Fashion Week, dan Jakarta Food and Fashion Festival merupakan pameran serupa yang rutin digelar di Ibukota.
Sederet acara tersebut menandakan Jakarta sebagai pusat mode di Indonesia. Seolah mengikuti takdir sebagai kota heterogen, fesyen di Jakarta berkembang dengan mengadaptasi corak yang sangat luas, meliputi batik, corak tenun dan fesyen dari negara luar.
5.Surga kuliner

Sumber: www.google.com
Pecenongan dikenal sebagai pusat kuliner Jakarta yang tertua, kemudian ada pusat jajanan di Jalan Sabang. Akan tetapi tren kuliner di Jakarta dan penyebarannya tak pernah berhenti. Kawasan Kelapa Gading yang relatif baru menjelma sebagai kawasan kuliner, menyusul kawasan Kemang, Tanjung Duren, Tebet, dan Senopati. Belakangan muncul food truck.
Sesuai namanya, truk dengan desain unik ini berkeliling satu tempat ke tempat lain. Penggemar food truck bisa memantau jadwal ‘mangkal’ melalui akun media sosial.
6.Surga Barang-Barang Murah

Sumber: media indonesia
Barang murah tidaklah bermakna negatif. Sentra grosir Tanah Abang sudah terkenal se Asia Tenggara. Tidak heran orang dari Sabah atau Singapura berburu baju di Tanah Abang. Maka ada cerita seorang turis Indonesia ke Singapura dan membeli cinderamata. Tetapi ia belakangan menemukan tulisan “Made in Indonesia”.
Pusat perburuan barang murah tak cuma Tanah Abang. Pasar Mester Jatinegara, Pasar Senen, Pasar Pagi di kawasan Kota hingga Pasar Ular di Plumpang adalah surge bagi pemburu barang dengan banderol murah.
7.Kiblat Musik, Model dan Film

Sumber: www.google.com
Dalam sebuah kesempatan, mantan vokalis Dewa 19, Ari Lasso mengatakan “Slank idola saya. Mereka yang membuat kami yakin untuk berangkat ke Jakarta dari Surabaya.” Banyak musisi dan penyanyi datang dari berbagai penjuru Indonesia. Tetapi tujuannya Jakarta.
Di masa jayanya, banyak musisi melakukan rekaman di studio Lokananta, Solo yang legendaris. Bagaimana pun, Jakarta tempat mengadu nasib. Hal ini berlaku juga untuk seni peran dan modeling. Jakarta bukan sebatas pusat karir para pemusik, karena di sinilah pertunjukan musik digelar, dari Rhoma Irama, Inul Daratista, Beyonce Knowles, Bon Jovi, sampai Djakarta Warehouse Project.
8.Ramai

Sumber: metrotvnews.com
Pertunjukan dan expo Jakarta punya semua pertunjukan dan pameran. Mobil antik, perangko, media sosial, outdoor traveling, buku, pendidikan, pernikahan sampai pameran pemakaman pun ada!
Walaupun yang terakhir terdengar tabu, namun ini membuktikan industri exhibition di Jakarta sangat menjanjikan. Setiap tahun Jakarta juga menggelar Jakarta Fair, pameran beromset trilyunan rupiah dan sudah ada sejak masa kolonial. Jakarta Fair bisa disebut sebagai rajanya pameran di Jakarta.
9.Leisure

Sumber: www.google.com
Ada banyak cara dan tempat mengisi waktu senggang di Jakarta.Bisa dengan mengunjungi perpustakaan atau museum, memanjakan diri di salon, berkunjung ke taman, nonton film, bergabung dengan komunitas sehobi atau santai di kafe.
Beberapa kafe bahkan sudah mengusung konsep yang memudahkan, seperti kafe bola dan kafe sekaligus perpustakaan.
10.Nightlife

Sumber: www.google.com
“Work hard, play hard,” slogan ini cocok buat warga Jakarta yang punya aktifitas padat. Bagi yang cocok, dentuman musik dari DJ Gears bisa mengobati kejenuhan sekaligus me-refresh isi kepala. Bagi yang kurang berselera, beberapa klub di Jakarta juga menyediakan lounge dengan suasana yang lebih tenang. (Lia Julia)
Tuhkan senyum-senyum sendiri bacanya, bener gak nih gan??



0
1.8K
Kutip
25
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan