- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Sopir Angkot hingga PKL Tolak Rencana Penutupan Jalan di Tanah Abang


TS
nevertalk
Sopir Angkot hingga PKL Tolak Rencana Penutupan Jalan di Tanah Abang
Rencana Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menutup Jalan di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat sebagai lokasi berjualan 400 pedagang kaki lima (PKL) ditentang berbagai pihak.
Adapun yang menolak rencana tersebut adalah pejalan kaki sekaligus pengguna commuter line, sopir angkutan umum, dan PKL itu sendiri.
Noel (30) contohnya, pegawai BUMN yang kerap pergi dari dan ke Stasiun Tanah Abang tak sepakat dengan rencana Sandiaga.
"Enggak mengerti prioritas ya sepertinya, dan (terkesan) mau menyelesaikan masalah supaya dapat popularitas dari kaum bawah," ucap Noel kepada Kompas.com, Selasa (12/12/2017).
Bukan hanya Noel, Teti sebagai pengguna commuter line juga tidak setuju dengan rencana penutupan jalan di kawasan Tanah Abang tersebut.
Dia menilai, hal tersebut justru akan membuat kawasan di sekitar Stasiun Tanah Abang semakin semrawut.
"Enggak setuju, tanpa ada PKL saja jalanan itu sudah sempit oleh macam-macam moda transportasi dan pejalan kaki, ditambah PKL makin enggak ramah pejalan kaki. Jalanan makin semrawut," kata Teti.
Penolakan juga disampaikan oleh Asep, sopir angkot trayek M10 jurusan Tanah Abang-Jembatan Lima. Menurutnya, penutupan jalan untuk PKL tidak akan membuat jalanan lebih rapi dan tertata.
Selain itu, hal tersebut juga akan membuat pekerjaannya dan teman-temannya sesama sopir angkutan umum terancam.
"Enggak setuju, banyak yang naik angkot di sini, sepi nanti kalau ditutup. Jadiin seperti biasa saja, enggak usah ditutup, biarin saja kayak sekarang ini," ujar Asep saat tengah mencari penumpang di dekat Stasiun Tanah Abang.
Ada PKL di Tanah Abang yang juga tidak setuju dengan rencana Sandiaga itu. Adji (50) contohnya, PKL asal Palembang tersebut menolak penutupan jalan.
Pengguna jalan melintas diantara Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berdagang di atas trotoar di Tanah Abang, Jakarta, Kamis (26/10/2017). Meskipun sudah ditertibkan, para PKL tersebut masih berjualan di atas trotoar dengan alasan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno telah berjanji tidak akan mengusir PKL di Jakarta.
Pengguna jalan melintas diantara Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berdagang di atas trotoar di Tanah Abang, Jakarta, Kamis (26/10/2017). Meskipun sudah ditertibkan, para PKL tersebut masih berjualan di atas trotoar dengan alasan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno telah berjanji tidak akan mengusir PKL di Jakarta.
Menurut dia, penutupan jalan itu tidak akan membuat para PKL seperti dia dan teman-temannya akan untung. Dia merasa rencana itu hanya akan menguntungkan para pedagang dengan kios atau modal besar.
"Enggak setuju saya, pengalaman kayak begini tuh sudah sering saya rasakan. Mulai dari Senayan, Kemayoran cuma bikin untung PKL yang punya modal besar. Jadi biarkan saja kayak begini, jangan bikin mobilitas warga terganggu, nanti kalau jalan ditutup kan sepi pembeli juga," kata Adji.
Pantauan Kompas.com, tidak ada kemacetan di Jalan Jatibaru Raya. Namun, para PKL terlihat masih mengokupasi trotoar, baik dari arah Kota menuju Tanah Abang ataupun sebaliknya.
Hal ini cukup mengganggu pejalan kaki, karena tak jarang dari mereka yang saling senggol dan bertabrakan dengan pejalan kaki lainnya.
Sebelumnya diberitakan, Wagub Sandiaga mengatakan, jajarannya tengah menyiapkan penutupan jalan di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, untuk menampung 400 PKL berjualan. Penataan ini adalah solusi dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaga agar tetap menghidupkan perekonomian rakyat di Tanah Abang.
"Itu nanti bagian daripada apa, satu memuliakan pejalan kaki, memberikan tempat kepada PKL. (Sebanyak) 400 yang sudah didata agar mereka tetap bisa mencari nafkah dan mereka itu diperlukan juga untuk commutering," kata Sandiaga.
http://megapolitan.kompas.com/read/2...di-tanah-abang
DARIPADA MAIN KUCING-KUCINGAN TERUS, PREMAN BERSERAGAM DAPET SALAM TEMPEL TIAP HARI
ATAS NAMA EKONOMI KERAKYATAN, MAKA TANAH ABANG JADI PASAR , TRAYEK ANGKOT DIATUR ULANG
Adapun yang menolak rencana tersebut adalah pejalan kaki sekaligus pengguna commuter line, sopir angkutan umum, dan PKL itu sendiri.
Noel (30) contohnya, pegawai BUMN yang kerap pergi dari dan ke Stasiun Tanah Abang tak sepakat dengan rencana Sandiaga.
"Enggak mengerti prioritas ya sepertinya, dan (terkesan) mau menyelesaikan masalah supaya dapat popularitas dari kaum bawah," ucap Noel kepada Kompas.com, Selasa (12/12/2017).
Bukan hanya Noel, Teti sebagai pengguna commuter line juga tidak setuju dengan rencana penutupan jalan di kawasan Tanah Abang tersebut.
Dia menilai, hal tersebut justru akan membuat kawasan di sekitar Stasiun Tanah Abang semakin semrawut.
"Enggak setuju, tanpa ada PKL saja jalanan itu sudah sempit oleh macam-macam moda transportasi dan pejalan kaki, ditambah PKL makin enggak ramah pejalan kaki. Jalanan makin semrawut," kata Teti.
Penolakan juga disampaikan oleh Asep, sopir angkot trayek M10 jurusan Tanah Abang-Jembatan Lima. Menurutnya, penutupan jalan untuk PKL tidak akan membuat jalanan lebih rapi dan tertata.
Selain itu, hal tersebut juga akan membuat pekerjaannya dan teman-temannya sesama sopir angkutan umum terancam.
"Enggak setuju, banyak yang naik angkot di sini, sepi nanti kalau ditutup. Jadiin seperti biasa saja, enggak usah ditutup, biarin saja kayak sekarang ini," ujar Asep saat tengah mencari penumpang di dekat Stasiun Tanah Abang.
Ada PKL di Tanah Abang yang juga tidak setuju dengan rencana Sandiaga itu. Adji (50) contohnya, PKL asal Palembang tersebut menolak penutupan jalan.
Pengguna jalan melintas diantara Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berdagang di atas trotoar di Tanah Abang, Jakarta, Kamis (26/10/2017). Meskipun sudah ditertibkan, para PKL tersebut masih berjualan di atas trotoar dengan alasan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno telah berjanji tidak akan mengusir PKL di Jakarta.
Pengguna jalan melintas diantara Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berdagang di atas trotoar di Tanah Abang, Jakarta, Kamis (26/10/2017). Meskipun sudah ditertibkan, para PKL tersebut masih berjualan di atas trotoar dengan alasan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno telah berjanji tidak akan mengusir PKL di Jakarta.
Menurut dia, penutupan jalan itu tidak akan membuat para PKL seperti dia dan teman-temannya akan untung. Dia merasa rencana itu hanya akan menguntungkan para pedagang dengan kios atau modal besar.
"Enggak setuju saya, pengalaman kayak begini tuh sudah sering saya rasakan. Mulai dari Senayan, Kemayoran cuma bikin untung PKL yang punya modal besar. Jadi biarkan saja kayak begini, jangan bikin mobilitas warga terganggu, nanti kalau jalan ditutup kan sepi pembeli juga," kata Adji.
Pantauan Kompas.com, tidak ada kemacetan di Jalan Jatibaru Raya. Namun, para PKL terlihat masih mengokupasi trotoar, baik dari arah Kota menuju Tanah Abang ataupun sebaliknya.
Hal ini cukup mengganggu pejalan kaki, karena tak jarang dari mereka yang saling senggol dan bertabrakan dengan pejalan kaki lainnya.
Sebelumnya diberitakan, Wagub Sandiaga mengatakan, jajarannya tengah menyiapkan penutupan jalan di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, untuk menampung 400 PKL berjualan. Penataan ini adalah solusi dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaga agar tetap menghidupkan perekonomian rakyat di Tanah Abang.
"Itu nanti bagian daripada apa, satu memuliakan pejalan kaki, memberikan tempat kepada PKL. (Sebanyak) 400 yang sudah didata agar mereka tetap bisa mencari nafkah dan mereka itu diperlukan juga untuk commutering," kata Sandiaga.
http://megapolitan.kompas.com/read/2...di-tanah-abang
DARIPADA MAIN KUCING-KUCINGAN TERUS, PREMAN BERSERAGAM DAPET SALAM TEMPEL TIAP HARI
ATAS NAMA EKONOMI KERAKYATAN, MAKA TANAH ABANG JADI PASAR , TRAYEK ANGKOT DIATUR ULANG


tien212700 memberi reputasi
1
2.9K
45


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan