- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Sumur Resapan DKI Rp 130 Miliar Tak Berfungsi


TS
doeltetappaten
Sumur Resapan DKI Rp 130 Miliar Tak Berfungsi

Oleh: Hotman Siregar / MUT | Senin, 10 Februari 2014 | 10:16 WIB
Jakarta -Genangan masih terus melanda sejumlah kawasan ibu kota hingga Senin (10/2). Padahal berbagai upaya dilakukan Pemprov DKI Jakarta untuk mengurangi dampak banjir. Seperti pengerukan kali dan pembuatan sumur resapan.
Sejak 2013 lalu, Pemprov DKI telah menyelesaikan sumur resapan sebanyak 1.507 titik dengan anggaran yang terserap Rp 130 miliar. Jumlah sumur resapan itu kurang dari target 1.950 dari yang ditargetkan. Artinya harga sumur resapan Pemprov DKI berkisar Rp 80 juta per titik.
Namun, bagaimana sebenarnya fungsi sumur resapan yang dibuat Pemprov DKI selama 2013 silam? Ternyata, sumur resapan itu tidak direncanakan secara baik dan tidak ditempatkan para lokasi yang tepat.
Menurut Pakar Tata Air Institut Teknologi Bandung Indratmo, prinsip sumur resapan agar dapat bekerja baik kalau memenuhi dua persaratan. Pertama muka air tanah dalam. Bila muka air tanah tinggi maka tidak ada gunanya sumur resapan itu.
"Di Jakarta muka air tanah terutama di Jakarta Utara, Jakarta Selatan dan Jakarta Barat tergolong sangat tinggi. Sumur resapan cocok dibuat di lokasi muka air tanah rendah seperti Jakarta Selatan dan Jakarta Timur dan itupun tidak di semua lokasi," ujar Indratmo dalam perbincangan dengan Suara Pembaruan di Jakarta, Senin (10/2).
Indratmo mencontohkan, di Jakarta Pusat dan Utara muka air tanah sangat tinggi yakni digali dua meter sama air sudah dapat. Sehingga sebagus apapun sumur resapan dibuat di kawasan itu tetap tak berguna.
Padahal Pemprov DKI melalui Dinas perindustrian dan energi lebih banyak membuat sumur resapan di dua kawasan itu. Alhasil, saat musim hujan sumur resapan yang dibuat di pinggir jalan raya itu tak berfungsi.
Persyaratan kedua dalam membuat sumur resapan adalah struktur dan tekstur tanah. Itu merupakan umur resapan yang bagus harus memiliki tekstur tanah yang permiabel atau mempunyai koefisien tinggi.
"Dua persyaratan itu mutlak supaya sumur resapan berfungsi dengan baik. Kita harus menghitung berapa jumlah air air yang bisa diserap," katanya.
Selain itu, air yang masuk ke sumur resapan tidak bisa langsung masuk ke dalam sumur. Harus ada saringan agar kompenen tanah yang halus. Mestinya sebelum masuk ke sumur resapan harus ditampung dalam bak agar air agar sedimentasi tidak ikut masuk ke dalam sumur resapan.
"Tekstur tanah di Jakarta itu kebanyakan lanau dan lembung sehingga tak layak dibuat sumur resapan. Seharusnya yang dibuat kolam-kolam kecil kedap yang mampu menampung air saat hujan," kata Indratmo.
Untuk buat sumur resapan, kata Indratmo tak perlu biaya mahal. Dia memperkirakan untuk buat sumur resapan hanya membutuhkan biaya Rp 5-10 juta per titik.
Padahal sumur resapan Pe prov DKI berharaga Rp 80 juta per titik. Itupun karena penempatan dan lokasinya tidak sesuai akhirnya tidak berfungsi secara baik.
Kepala Dinas Perindustrian dan Energi DKI Jakarta Andi Baso ketika dikonfirmasi Suara Pembaruan Senin pagi mengatakan, harga sumur resapan yang dibangunnya telah sesuai spesifikasi. Dia mengatakan, sumur resapan itu sesuai standar internasional.
"Gak terlalu mahal lah. Kan permukaan air di Jakarta tinggi sehingga biaya perbuatannya mahal. Lagipula, masing-masing sumur beda spesifikasi dan harganya," jelasnya.
Andi Baso tak bisa menjelaskan secara detail bagaimana sumur resapan di Jakarta direncanakan. Dia mengaku tidak mengetahui teknis pelaksanaan di lapangan karena ada pejabat khusus yang menanganinya.
Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto menilai salah satu jurus Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dalam mengatasi banjir dengan sumur resapan, kurang efektif. Sebab, meredam banjir dengan sumur resapan hanya berguna untuk jangka pendek.
"Kalau sumur resapan, tanah sudah jenuh. Tanah tampung air hujan terlalu lama, saya kira kurang efektif. Kalau hujan lama gini, itu kurang efektif," ujar Djoko beberapa waktu lalu.
Sebagai perbandingan, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil merencanakan pembuatan sumur resapan hanya seharga Rp 5 juta per titik. Ridwan Kamil saat ini tengah berfokus memperbanyak sumur resapan di wilayah-wilayah yang kerap terendam banjir.
Sumber: Suara Pembaruan
http://www.beritasatu.com/megapolita...berfungsi.html
Padahal yg diamanatkan adalah melanjutkan pekerjaan BKT agar air limpahan sungai Ciliwung bisa dialirkan ke BKT, tapi yg dilakukan gubernur Jokowi adalah mengerjakan proyek berdasar ide sesaat yg ditemukannya, faktanya banjir berulang lagi, berulang lagi, meskipun hujan hanya sebentar...
Bener2 130 milyar duit rakyat Jakarta yg sia2...



meooong memberi reputasi
1
6.3K
72


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan