Kaskus

Hobby

azureazaleaAvatar border
TS
azureazalea
Orang Tua Kita
Mereka pun tak tega buah hati tercinta yang pulas tertidur, mesti paksa dibangunkan saat langit juga masih gelap dan air demikian dingin untuk menegakkan rakaat subuh.

Mereka mungkin juga riang sekali menyaksikan tawa kita saban bermain, tapi menegur dengan alasan kotor, panas, dan sebagainya, yang sungguh hanya bermaksud meminta kita berhati-hati dan mengingat waktu.

Mereka barangkali sama tak sukanya pada matematika atau fisika di bangku sekolah dulu, tapi masih memaksa kita mempelajari lebih keras sekusut apa pun pikiran ini. Tak lain agar kepandaian bertambah dan kita menguasai lebih banyak hal dari yang mereka bisa, dari yang kita suka.

Mereka amat sakit hatinya mendapati luka kita waktu terjatuh, dan kita sangsi mengapa mereka malah membentak dan mengomeli dengan kata-kata yang kadang jauh lebih menyakiti hati, sebab ternyata tak mampu mengatasi kepanikan mereka sendiri.

Mereka mungkin bergaul lebih jauh dari yang kita tahu di masa muda dulu, tapi ketat sekali membatasi, sebab belum mendapati kematangan dalam diri ini.

Mereka barangkali tak bermaksud terkesan mematok standar-standar pencapaian, namun justru mengajari kita untuk membuka pandangan.

Mereka pun bisa saja tahu seberapa berarti hal-hal tertentu yang kita sukai atau pilih, tapi malah jadi yang paling banyak protes. Sebab, lagi-lagi, mungkin saja mereka hendak melihat kedewasaan dan tanggung jawab kita pada keputusan sendiri.

Harapan semua orang tua mungkin sebenarnya sederhana; ingin kita memiliki hidup yang baik, jauh lebih baik dari yang mereka jalani. Mereka hanya kadang sulit membahasakan lewat tutur maupun arahan. Kadang karena begitu khawatir, sampai kurang memerhatikan apa yang anak-anaknya harap dan ingin, yang anak-anaknya rasa dan pikir. Namun, meski tampak seegois itu, bukankah bahkan keegoisan itu dalam rangka kebahagiaan kita? Sementara seluruh keegoisan yang kita punyai, jika diingat-ingat lagi, sepertinya hanya tentang dan untuk diri kita sendiri.

Bukankah kita begitu tidak suka mendengar ketika orang tua kita berkata mengetahui hidup lebih banyak sebab telah menjalaninya lebih dulu? Jika kita begitu tidak terima dan merasa sungguh pintar, mengapa pula kita tidak mencoba untuk lebih memahami mereka? Jika kita sebegitu mengertinya, kenapa hanya menuntut dan tidak mulai menafsirkan mereka sebagai jagat kebaikan yang berusaha dipersembahkan kepada anak-anak yang dicintainya?

Orang tua kita itu, hanya orang biasa yang menginginkan kebaikan atas kita lebih dari siapa pun di dunia ini, termasuk diri sendiri. Yang paling besar gelombang bahagianya saat kita tersenyum, yang paling badai kesedihannya saat air mata kita menetes. Mereka hanya tidak menulisnya dengan terang, dan kita tidak pernah coba membacanya.

Jadi, apa yang sesungguhnya yang kita tahu, tentang hidup, tentang cinta, tentang orang tua kita?
tata604Avatar border
tata604 memberi reputasi
1
904
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan