Aku menyesap kopi hitam yang kupesan tadi. Rasa pahit yang membelai mulut hingga kerongkonganku sangat pas untuk ku selama beberapa hari ini. Pesta pertunanganku yang hanya berjarak beberapa hari lagi telah kandas. Kekasihku Harry,pergi begitu saja-membatalkan-menghancurkan-rencana yang telah kami susun bersama. Meninggalkan goresan yang mendalam di hati ini. Kulihat di sekeliling kedai ini, tidak ada yang berubah. Tempat ini memiliki begitu banyak kisah bagiku. Saat pertama bertemu dengan Harry-menyatakan perasaannya-membatalkan pertunangan itu-semua terjadi di sini. Udara dingin akibat hujan di depan menusuk rusuk. Aku kembali menyesap kopi ini, panasnya mengurangi rasa dingin yang hinggap di tubuhku.

Dari kabar yang kudapat Harry telah menemukan kekasih barunya hanya 1 hari setelah dia membatalkan pertunangan kami. Itu hanya menambah rasa sakit yang kuderita. Aku menatap kopi di hadapanku, hitam-gelap sama seperti ku yang telah di selimuti kegelapan. Lenteraku telah pergi-meninggalkanku pada kegelapan ini-sendirian. Sebelumnya aku tidak pernah suka dengan kopi hitam ini, tapi setelah kejadian-kejadian pahit yang kualami, kopi ini mulai ku minati. Hujan diluar sudah reda, meninggalkan embun yang menempel di kaca. Sedikit demi sedikit cahaya mulai menembus kaca menyinari dalam-kedai.

"Sudah selesai dengan kopimu?" Pria manis yang wajahnya sudah familiar untukku tengah berdiri disampingku menampilkan senyuman hangatnya. Dia mengulurkan tangannya dan kusamput tangan indahnya. Dia menggenggam tanganku dan kami keluar dari kedai ini.

"Anastasia" tiba-tiba seseorang memanggil namaku. Aku menoleh kebelakang dan melihat seorang pria yang tak asing lagi berdiri di depan kedai.

"Bisakah kau menunggu sebentar?" Tanyaku pada pria di sampingku. Dia mengaggung-ya. Kulepaskan tangannya dan pergi menghampiri pria tadi.

"Ana bisakah kuperbaiki semuanya? Kita kembali seperti dulu?" Tanyannya saat aku tiba.

"Memperbaiki apa? Semua sudah berubah Harry kita tidak bisa kembali seperti dulu" jawabku dengan suara parau.

"Aku masih mencintaimu Ana" dia mengambil kedua tanganku dan mengusap buku-buku jariku dengan tangannya yang halus itu.

Aku menarik tanganku dan membuatnya sedikit terkejut, "aku sudah tidak mencintaimu dan aku akan menikah dengan pria yang menyayangiku dengan tulus"

Dia mengkerutkan keningnya tak percaya, "siapa pria itu?"

Aku menoleh kebelakang melihat pria yang bersamaku tadi, "dia-Niall" jelasku. "Aku harus pergi sekarang dia sudah menungguku" aku berbalik dan berjalan menghampiri kekasihku. Aku menyambut tangannya yang terulur dengan senyumannya yang khas.

Pelangi sehabis hujan muncul di langit. Aku dan Niall akan terus melangkah maju kedepan-dialah masa depanku. Dan kutinggalkan sisa awan hitam di belakang kami dan biarkan kulupakan semua masa laluku yang menyakitkan dengan pria tampan yang berada di dalamnya-Harry.

-END-