Kaskus

Story

farisitemAvatar border
TS
farisitem
Darah Dingin Cataleya
Darah Dingin Cataleya

Sudah hari keempat selepas keluar dari penjara, Cataleya hanya sibuk melamun di apartmen kecil baru yang dia sewa dari uang tabungan sisa gajinya selama bekerja di coffee shop. Kamarnya terletak di lantai dua dan menghadap langsung ke pusat kota yang selalu ramai pada hari kerja. Dia duduk di meja sambil memeluk kedua kakinya dan dari jendela tersebut dia melihat orang berlalu lalang di jalanan kota yang terasa asing. Ditangannya masih melekat erat mug putih kosong yang isinya telah lama habis.

Saat ini hujan tengah turun dengan derasnya. Air hujan menetes lebat dari ujung atap yang kemudian membasahi sisi-sisi kaca jendela kamar. Ditengah gemuruh awan gelap, orang-orang sibuk berlarian untuk menepi karena jalanan yang semakin basah. Tak lama jalanan kota menjadi lengang sejak hujan turun semakin deras dan meninggalkan Cataleya duduk sendiri di depan jendela kamar apartmennya yang sepi.
Tepat pukul enam sore, Cataleya beranjak dari meja yang lama dia duduki. Dia kemudian mengambil jaket dan payungnya untuk jalan keluar mencari sesuatu yang dapat mengganjal rasa laparnya.

Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya dia memutuskan untuk singgah di warung pizza dan membeli sekotak pizza calzone yang menjadi kesukaannya.
“Panties Pizza silahkan, ada yang bisa dibantu kak?” ujar pelayan warung pizza itu dengan ramah.
“Pesan Pizza to Remember extra cheese and mushroomnya satu sama wild choco ice with almond nya satu juga ya,” Jawab Cataleya datar.
“Makan disini atau take away kak?” tanya pelayan itu lagi memastikan.
“Take Away,” jawab Cataleya.
“Baik kak, saya ulangi lagi orderannya, ada Pizza to Remember extra cheese and mushroomnya satu sama wild choco ice with almond nya satu juga ya kak, jadi totalnya 47.000 rupiah kak. Mungkin ada lagi pesanannya kak?” tanya pelayan itu kembali.
“Sudah itu saja,” ujar Cataleya sambil memberikan uangnya untuk membayar.
“Baik kak, ditunggu ya pesanannya,” kata pelayan itu dan kemudian berjalan ke dalam meninggalkan Cataleya.

Cataleya memilih duduk di meja ujung dekat dengan jendela dan kembali melamun, nampaknya dia tak bisa melupakan kejadian terakhir yang menyebabkan dirinya dipenjara dan terusir dari kompleks tempat tinggal lamanya itu.
“Permisi kak ini pesanannya, terimakasih” ucap pelayan dengan tiba-tiba mengagetkan Cataleya yang tengah melamun.
“iya. Kembali,” jawab Cataleya yang kemudian berjalan keluar warung Pizza itu dan berniat untuk kembali ke apartmennya. Namun ketika dia baru sampai di depan pintu, ada anak kecil dengan tampilan yang lusuh tengah berdiri merapatkan tubuhnya rapat-rapat pada tembok warung pizza agar tidak ketetesan air hujan.
“Kamu mau pizza?” tanya Cataleya sambil menawarkan sepotong pizza pada anak kecil tersebut.
“terimakasih kak,” jawab anak kecil tersebut dan memakan sepotong pizza yang diterimanya.

Cataleya tersenyum melihat anak kecil itu memakan sepotong pizza dengan lahapnya. Mungkin itu adalah senyum pertamanya setelah sekian hari dia hanya melamun dan mengurung diri dikamar. Cataleya lalu membuka payungnya dan melanjutkan kembali berjalan di jalanan yang basah akibat hujan yang turun tadi.
Ditengah perjalanannya menyusuri jalanan kota, tiba-tiba pandangan Cataleya tetuju pada semacam potongan puzzle logam berwarna hijau daun yang berbentuk seperti dua hati tidak sempurna dan menempel pada gagang payungnya tersebut. Cataleya bingung.

Setiap orang menyimpan sebongkah berlian dalam dirinya.
Ada yang berkilau,
banyak juga yang kusam dan redup.
Adakah satu punyamu dari antara dua itu?
***


Cataleya masih terus saja memegang dan memandangi benda yang baru ditemukannya. Dia masih bingung dengan maksud dari kalimat yang terdapat pada potongan puzzle yang berbentuk dua hati tidak sempurna itu. Dia duduk mengunyah pizza yang dibelinya tadi, di meja dekat jendela kamar dan memandang keluar sambil terus mengartikan maksud dari kata-kata yang ada.

Aku tidak punya berlian, desahnya, seakan meyakinkan diri sendiri untuk coba memecahkan setiap pertanyaan yang ada pada dirinya. Tapi, benarkah ini soal berlian, atau memang berlian disini hanya perumpamaan – itu yang masih menjadi tanda tanya pada diri Cataleya. Kemudian pandangan Cataleya beralih ke seekor kucing putih kumal yang berjalan pincang dan penuh luka di area parkir apartmennya. Dia berjalan keluar menghampiri kucing tersebut dan membawakannya sepotong pizza yang dia beli tadi. Ketika kucing itu memakan pizza yang diberikan oleh Cataleya, dia terkejut. “Ini…” – entah sebuah kebetulan atau tidak, dia melihat kucing itu menggunakan kalung berbandul logam yang bentuknya seperti pasangan dari potongan puzzle logam yang ditemukan sebelumnya. Cataleya mengambil kalung tersebut, dan makin menjadi bingung.

Barangkali,
mendapati hal yang tak diinginkan adalah menyebalkan.
Namun,bagaimana bila dengan yang menyenangkan itu,
menyebabkanmu lupa?
***


Cataleya mulai menghubungkan maksud dari dua tulisan tersebut setibanya di kamar. Dia coba menuliskan kembali semua kata yang ada pada kedua puzzle logam, tapi tetap buntu. “Atau Mungkin ini adalah puzzle yang harus digabungkan,” celetuknya. Dia coba menggabungkan dua potongan logam itu. Pas! – teriaknya dan Cataleya terkejut.

Seketika logam itu menyala terang dan menyilaukan seisi kamar. Setelah pandangan Cataleya kembali normal, tiba-tiba dia sudah berada di jalanan setapak yang sepi, namun tak asing. Dari jauh dia melihat perempuan yang menyerupai dirinya berjalan masih mengenakan pakaian café tempat dia bekerja dahulu. Lalu tiba-tiba ada sesosok laki-laki yang mengikuti dibelakangnya dan langsung berlari seperti akan membekap perempuan itu. Awas Lari! – teriak Cataleya namun tak dapat didengar oleh perempuan yang mirip dengannya itu. Laki-laki tersebut membekap dan berusaha seperti ingin merudapaksanya. Sekuat diri perempuan itu berusaha melawan, hingga Cateleya terkejut ketika tahu si perempuan menghantamkan batu ke kepala laki-laki itu lalu berdiri dan kembali menimpa dengan batu yang lebih besar. Laki-laki itu tersungkur dengan posisi batu berada di belakang kepalanya, dan saat itu juga datang polisi yang langsung menodongkan pistol kepada perempuan itu. Warga pun datang. Cataleya bingung. Namun ketika polisi menangkap perempuan itu dengan tanpa perlawanan, perempuan itu melihat ke arah Cataleya dan tersenyum bangga padanya. Setelah lokasi itu kembali sepi, Cataleya melihat ada sobekan kertas yang tertinggal.

Cataleya mengambilnya dan dan membaca dengan tersenyum.
Katakan saja;
Perihal kasih sayang,
juga bahagia yang tak lagi terasa.
Jangan gunakan cara mengasah berlian yang menjadikannya semakin kusam.
Mari,sini.
Ceritakanlah:
Tentang kamu yang menjadi pemeran utama,
atas segala sakit yang dirasa.
***

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
1.1K
7
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan