- Beranda
- Komunitas
- News
- Citizen Journalism
Televisi Lokal yang Dilupakan


TS
citra.id
Televisi Lokal yang Dilupakan
Televisi adalah salah satu bentuk media komunikasi massa audio visual. Tidak hanya dapat didengar namun televisi juga dapat dilihat. Masyarakat menggunakan televisi sebagai media komunikasi, media hiburan dan juga media informasi. Televisi dapat dinikmati oleh semua kalangan baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Hal ini yang membuat televisi menjadi populer dikalangan masyarakat.
Perkembangan televisi dari zaman ke zaman semakin signifikan. Jika dahulu saluran televisi hanya ada TVRI selaku televisi pertama di Indonesia, namun sekarang banyak bermunculan televisi swasta maupun televisi lokal. Saat ini terlihat sekali bagaimana televisi swasta mendominasi dunia pertelevisian di Indonesia. Televisi swasta dianggap lebih menarik daripada televisi lokal. Sebagaimana ditunjukkan oleh dunia industri penyiaran televisi tanah air dimana pertumbuhan industri televisi yang semakin pesat sehingga kompetisi atau persaingan menjadi hal yang tidak terelakkan lagi. Namun televisi lokal sangat berperan untuk melestarikan nilai-nilai kearifan lokal budaya yang ada di wilayah tersebut. Pasalnya tayangan yang disiarkan televisi lokal biasanya sesuatu yang berhubungan dengan wilayah tersebut.
Program acara yang disiarkan televisi lokal seperti, berita, acara musik, seni budaya, maupun potensi lokal dikemas semenarik mungkin agar para penonton tertarik. Walaupun mempunyai ciri khas dari segi program acara, pada prakteknya televisi lokal belum mampu untuk menjadi alternatif televisi swasta yang lebih dulu mengudara. Sebenarnya banyak televisi lokal yang ingin seperti televisi swasta di Jakarta. Namun karena keterbatasan yang dimiliki televisi lokal membuat televisi lokal tidak bisa menandingi televisi swasta. Keterbatasan investasi dan lemahnya daya saing terhadap televisi swasta juga menjadi kendala tersendiri bagi televisi lokal untuk bersaing dengan televisi nasional, hal ini kemudian mengakibatkan televisi lokal kesulitan didalam mengembangkan dirinya. Pemerintah merasa khawatir jika televisi lokal ingin menandingi televisi swasta, pasalnya televisi lokal hanya akan menjadi peniru televisi swasta yang mempunyai program menarik tapi meninggalkan kearifan lokal demi mengejar keuntungan semata.
Peran sosial ekonomi televisi lokal sebagai media penyiaran telah diatur dalam UU No32/2002 tentang Penyiaran pasal ayat 1 yang berbunyi “Penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa berfungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial”, ayat 2 berbunyi “Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), penyiaran juga memiliki fungsi ekonomi dan kebudayaan”
Mengutip Ranang Agung Sugihartono dalam artikelnya yang berjudul Televisi Lokal sebagai Medium Pencitraan Lokalias Daerah yang dimuat dalam Jurnal Penyiaran Vol 1, No.1 tahun (2009), mengatakan bahwa televisi lokal memiliki perhatian pada kebudayaan atau kesenian daerah setempat. Perhatian itu tercermin dari visi, misi, slogan, target, segmentasi serta program yang ditayangkan oleh televisi lokal. Slogan televisi lokal merupakan kepedulian televisi lokal terhadap kebudayaan.
Seperti Jogja TV misalnya, Jogja TV memiliki slogan Tradisi Tiada Henti. Jogja TV juga mempunyai visi misi yang memperhatikan potensi lokal, hal itu tampak dari visinya yaitu menjadi etalase kearifan lokal budaya Nusantara. Menurut Eka Susanto, manajer oposional Jogja TV, bahwa televisi lokal harus memiliki idealisme kuat jika ingin mengangkat budaya daerah, karena harus menghadapi resiko rendahnya rating pada siaran televisi.
Perlahan televisi lokal menjadi sepi peminat. Walaupun setiap hari stasiun televisi tersebut melakukan siaran, namun kebanyakan orang tidak menontonnya. Hal itu terjadi karena beberapa alasan, yang pertama acara yang disuguhkan di televisi lokal kurang menarik daripada televisi swasta, kualitas gambarnya juga masih kalah jauh dengan televisi swasta, dan yang pastinya program program yang disiarkan televisi lokal bisa dibilang kurang mengikuti trend saat ini, jadilah televisi lokal sepi akan penonton yang mengakibatkan orang enggan memasang iklan di televisi lokal.
Perkembangan televisi dari zaman ke zaman semakin signifikan. Jika dahulu saluran televisi hanya ada TVRI selaku televisi pertama di Indonesia, namun sekarang banyak bermunculan televisi swasta maupun televisi lokal. Saat ini terlihat sekali bagaimana televisi swasta mendominasi dunia pertelevisian di Indonesia. Televisi swasta dianggap lebih menarik daripada televisi lokal. Sebagaimana ditunjukkan oleh dunia industri penyiaran televisi tanah air dimana pertumbuhan industri televisi yang semakin pesat sehingga kompetisi atau persaingan menjadi hal yang tidak terelakkan lagi. Namun televisi lokal sangat berperan untuk melestarikan nilai-nilai kearifan lokal budaya yang ada di wilayah tersebut. Pasalnya tayangan yang disiarkan televisi lokal biasanya sesuatu yang berhubungan dengan wilayah tersebut.
Program acara yang disiarkan televisi lokal seperti, berita, acara musik, seni budaya, maupun potensi lokal dikemas semenarik mungkin agar para penonton tertarik. Walaupun mempunyai ciri khas dari segi program acara, pada prakteknya televisi lokal belum mampu untuk menjadi alternatif televisi swasta yang lebih dulu mengudara. Sebenarnya banyak televisi lokal yang ingin seperti televisi swasta di Jakarta. Namun karena keterbatasan yang dimiliki televisi lokal membuat televisi lokal tidak bisa menandingi televisi swasta. Keterbatasan investasi dan lemahnya daya saing terhadap televisi swasta juga menjadi kendala tersendiri bagi televisi lokal untuk bersaing dengan televisi nasional, hal ini kemudian mengakibatkan televisi lokal kesulitan didalam mengembangkan dirinya. Pemerintah merasa khawatir jika televisi lokal ingin menandingi televisi swasta, pasalnya televisi lokal hanya akan menjadi peniru televisi swasta yang mempunyai program menarik tapi meninggalkan kearifan lokal demi mengejar keuntungan semata.
Peran sosial ekonomi televisi lokal sebagai media penyiaran telah diatur dalam UU No32/2002 tentang Penyiaran pasal ayat 1 yang berbunyi “Penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa berfungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial”, ayat 2 berbunyi “Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), penyiaran juga memiliki fungsi ekonomi dan kebudayaan”
Mengutip Ranang Agung Sugihartono dalam artikelnya yang berjudul Televisi Lokal sebagai Medium Pencitraan Lokalias Daerah yang dimuat dalam Jurnal Penyiaran Vol 1, No.1 tahun (2009), mengatakan bahwa televisi lokal memiliki perhatian pada kebudayaan atau kesenian daerah setempat. Perhatian itu tercermin dari visi, misi, slogan, target, segmentasi serta program yang ditayangkan oleh televisi lokal. Slogan televisi lokal merupakan kepedulian televisi lokal terhadap kebudayaan.
Seperti Jogja TV misalnya, Jogja TV memiliki slogan Tradisi Tiada Henti. Jogja TV juga mempunyai visi misi yang memperhatikan potensi lokal, hal itu tampak dari visinya yaitu menjadi etalase kearifan lokal budaya Nusantara. Menurut Eka Susanto, manajer oposional Jogja TV, bahwa televisi lokal harus memiliki idealisme kuat jika ingin mengangkat budaya daerah, karena harus menghadapi resiko rendahnya rating pada siaran televisi.
Perlahan televisi lokal menjadi sepi peminat. Walaupun setiap hari stasiun televisi tersebut melakukan siaran, namun kebanyakan orang tidak menontonnya. Hal itu terjadi karena beberapa alasan, yang pertama acara yang disuguhkan di televisi lokal kurang menarik daripada televisi swasta, kualitas gambarnya juga masih kalah jauh dengan televisi swasta, dan yang pastinya program program yang disiarkan televisi lokal bisa dibilang kurang mengikuti trend saat ini, jadilah televisi lokal sepi akan penonton yang mengakibatkan orang enggan memasang iklan di televisi lokal.


anasabila memberi reputasi
1
1.1K
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan