Menikmati Cahaya Sang Jingga di Candi Ijo Yogyakarta
Oleh Fitriana Nur Annisa


“Di sore yang gelap ditutupi awan.. Bersama setangkup bunga cerita yang kian merambat di dinding penantian.. Ada yang mati.. saat itu dalam kerinduan yang tak terobati.. harum mawar ditaman.. menusuk hingga ke dalam sukma.. Yang menjadi tumpuan rindu.. Cinta bersama.. Di sore itu menuju senja.”
Penggalan lirik lagu Payung Teduh yang berjudul Menuju Senja di atas cocok untuk menggambarkan suasana senja menjingga di komplek Candi Ijo, Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berbeda dengan candi-candi pada umumnya seperti Candi Prambanan, Candi Borobudur, atau Candi Sambisari. Candi Ijo ini terletak di ketinggian 375 meter di atas permukaan laut (MDPL) dan merupakan candi yang letaknya paling tinggi di Yogyakarta. Dari ketinggian itu, kita dapat melihat betapa indahnya panorama perbukitan dan pemandangan di bawah bukit yang seakan menahan kita untuk menikmatinya hingga senja berganti malam.
Kompleks Candi Ijo ini beralamat di Dukuh Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kompleks percandian ini bercorak Hindu dan berada 4 kilometer arah tenggara dari Candi Ratu Boko atau sekitar 18 kilometer di sebelah timur kota Yogyakarta. Perjalanan ke Candi Ijo biasanya memakan waktu 45-60 menit apabila jalanan kota Yogja sedang tidak macet.
Candi Ijo merupakan situs peninggalan dari kebudayaan Kerajaan Medang periode Mataram yang bercorak Hindu. Diperkirakan Candi Ijo ini dibangun sekitar abad ke-9. Banyak pertanyaan yang muncul, mengapa dinamakan Candi Ijo? Karena candi ini dibangun di sebuah bukit yang dikenal Bukit Hijau atau Gumuk Ijo. Penyebutan nama Desa Ijo pertama kalinya disebut di dalam Prasasti Poh yang berasal dari tahun 906 Masehi.
Kompleks Candi Ijo merupakan kompleks percandian yang berteras-teras yang dimana teras pertama menjadi satu dengan halaman hingga pintu masuk yang membujur dari timur ke barat. Bangunan yang ada di teras ke 11 merupakan pagar keliling, satu candi utama, tiga candi perwara dan delapan buah lingga patok. Pembangunan yang dilakukan disini tidak asal-asalan, hal ini dikarenakan setiap teras mempunyai nilai sakral yang berbeda.
Banyak pengunjung yang menyempatkan diri untuk mengabadikan momen ketika berada di teras ke 11 yang merupakan bangunan utama dari candi ini dan diyakini tempat inilah yang paling sakral. Setiap sisi dari Candi Ijo ini memberikan makna yang beragam makna dan senantiasa mengajak kita untuk bernostalgia dengan wisata kebudayaan jaman dahulu.
Pemandangan disekitar candi ini sangatlah sayang untuk dilewatkan, karena view-nya yang sangat sempurna. Seperti yang diungkapkan oleh Pinasthi salah satu pengunjung dan penikmat sunset di Candi Ijo ini, “Rugi kalau ke sini nggak bawa kamera, soalnya pemadangannya indah banget terus harga tiket masuknya juga murah.”
Untuk menuju ke Candi Ijo ini dapat melalui rute Jl. Raya Yogyakarta-Solo kearah Prambanan. Lalu, sesampainya di pertigaan lampu merah sebelum Candi Prambanan, ambil arah belok ke kanan menuju pasar, lurus saja menuju ke jalan Piyungan. Dari jalan Piyungan sekitar km 4, belok ke kiri (mengikuti papan petunjuk arah). Setelah belok, anda akan disuguhi pemandangan persawahan yang cukup asri. Jalan lurus saja sampai menemui persimpangan, di papan petunjuk jika ke Ratu Boko belok ke kiri, ke Candi Banyunibo lurus (ke arah timur), dan ke Candi Ijo belok ke kanan. Keadaan jalan menuju kesanacukup menanjak karena letaknya di daerah perbukitan. Pengunjung yang mengendarai sepeda motor hendaknya menyiapkan kendaraannya dan berhati-hati saat melintasi jalan yang sebagian tidak beraspal.
Tidak usah khawatir dengan harga yang tiket masuk dan parkir yang ada dikawasan Candi Ijo ini, cukup dengan mengeluarkan uang sebesar Rp. 7000 saja anda sudah dapat menikmati indahnya pemandangan di Candi Ijo. Di kawasan Candi Ijo ini juga terdapat warung-warung kecil yang menjajakan berbagai makanan dan minuman untuk teman menikmati pemandangan di kawasan Candi Ijo.



---