Ditulis Berdasarkan Kisah Nyata
Dari Ujung Jambi
Dibawah Kokohnya Kaki Kaki Gunung Masurai
Lembab dan Dingin nya Hutan Tropis Taman Nasional Kerinci Sebelat
Ujung dari Segala ujung Peradaban
Tempat Para Jin, Siluman, Dan Keluarga Hantu Beranak Pinak

-----
-----
Inilah Hikayat Tentang Aku,
Yang Selalu kalah dan di Pecundangi Oleh nya...
Dia,
Sesuatu Yang Bersemayam Di Dalam Tempurung Kepala ku.

.........
LELAKI BOTOL LIMUN CAP KUNCI
=============
Ku tulis dengan tanganku,dengan kesadaranku... Inilah seluruh kejujuran tentang aku dan seluruh isi otakku yang di penuhi oleh banyak hal yang percuma dan tak penting.
.
Akan kumulai kisah ini dari sesuatu yang hanya kudengar dari orang lain, hingga tak ada tanggung jawabku atasnya.
Dulu.... Kata ibuku ketika aku di lahirkan ke dunia ini,besarku tak lebih dari botol limun cap kunci,kamu tau kan? Jika kamu tak tau botol limun cap kunci tak apa, itu kira kira sebesar lengan orang dewasa... Ya begitulah! Lebih kecil dibanding bayi senagaimana biasanya.
.
Satu lagi ketika aku dilahirkan kata ibuku,kedua mataku dalam keadaan tertutup,tak bergerak dan tak menangis seperti anak anak lain,hanya ada denyut nadi dan nafas saja.
Ayahku sempat panilk melihat keadaanku pada saat itu, ayahku yang Batak tulen itu berkata seperti ini "Kenapa dia seperti itu? Apa mungkin dia akan mati?", ah kawan... seperti yang kita tau bersama orang batak itu selalu spontan dan berterus terang...
Apa yang ada di fikirannya itulah yang akan keluar dari mulutnya.Nenekku yaitu ibu dari ibuku yang melayu tulen beradat lagi beretika dalam ucapan tentu saja marah dan tak suka mendengar ucapan ayahku,menurut beliau itu adalah kutukan... "Sirait! Apa yang kau ucapkan itu,jaga mulutmu itu!!!
Beberapa saat kemudian kata ibuku,aku mulai bergerak dan menangis lalu membuka mataku...
.
Aku lahir sempurna tanpa cacat kawan! Kecuali otakku! Ya otakku yang cacat, nanti akan ku ceritakan padamu perihal cacat parah di dalam batok kepalaku ini.
.....
.....
Mulai dari sini hingga akhir dari tulisan ini,
dapatlah ku katakan sebagai kebenaran dari ketidak benaran dalam diriku,bukan lagi "seperti kata orang lain" sebagai mana paragraf di atas.
.
Dimulai dari sini,
Ketika pagi mula terbit,aku menuruni sudung,yaitu rumah panggung kecil di tengah tengah ladang padi kami yang beratap batang batang bambu di belah dua lalu di jalin bertindih tindih antara satu dengan yang lainnya,
Dinding dan lantainya terbuat dari yang biasa kami sebut pelupuh,
itu berupa bambu yang di bentuk sedemikian rupa hingga menjadi seperti lempengan lempengan bambu yang di jadikan dinding dan lantai bagi sudung kami.
Burung burung berkicau riang pagi itu.menyambut mentari yang saban waktu tak pernah berubah bentuk. tetap seperti mentari saja.
Seperti pagi pagi sebelumnya aku telah siap dengan sebatang bilah bambu dan sebuah botol plastik bekas botol air mineral.
Kerja ku tak lain dari mencari dan menangkap belalang belalang yang hinggap di daun daun padi kami yang telah masak menguning,menangkapnya lalu mengumpulkan di botol plastik tadi.
Jika lelah aku duduk dan tidur tiduran di rumah rumahan yang ku buat sendiri di antara rumpun rumpun padi,membuat liang di tanah dan memindahkan belalang hasil tangkapanku ke liang dan menutup dengan bilah bilah kecil hingga mereka tak dapat keluar dan aku masih dapat melihat mereka dari luar "penjara" itu.
.
Itulah kawan,
selalu begitu kerjaku saban hari,ketika Ayah dan ibuku sibuk menuai padi yang masak menguning,aku sendiri di tengah humaku ditengah hutan dan di tengah pulau sumatera,
Tak ada sesiapa kecuali dua malaikat pencatat laku di kiri dan kananku yang tak tampak olehku.