- Beranda
- Komunitas
- News
- Media Indonesia
Setop Diskriminasi ADHA


TS
Media Indonesia
Setop Diskriminasi ADHA

KASUS infeksi human immunodeficiency virus (HIV) pada kelompok usia di bawah empat tahun mengalami tren peningkatan.
Pada 2010, kasus infeksi virus yang menyerang sistem dan fungsi kekebalan tubuh (acquired immune deficiency syndrome/AIDS) ini sebanyak 390.
Angka itu melonjak menjadi 1.030 kasus pada 2014. Tahun lalu, trennya menurun menjadi 903 kasus.
"Kecenderungan HIV pada anak masih tinggi," kata Edutainment Coordinator Yayasan AIDS Indonesia, Berhard Adilaksono, dalam peringatan Hari AIDS Sedunia di Neo Soho Mall Jakarta, Kamis (30/11).
Menurut Berhard, penyebab anak dengan HIV/AIDS (ADHA) ialah infeksi yang diturunkan ibu ketika mengandung.
Ibu rumah tangga yang terpapar virus HIV biasanya tertular dari suami yang sebelumnya terinfeksi.
Sang suami lazimnya memiliki perilaku berisiko seperti hubungan seks tidak aman atau berganti-ganti pasangan.
"Ketika ibu merasa aman lalu tiba-tiba hamil, tetapi saat diperiksa ada infeksi penyakit oportunistis dan akhirnya positif HIV. Kalau kami lihat dari segi profesi, penderita HIV/AIDS itu tertinggi kedua ibu rumah tangga dengan 12.302 kasus," ujar Berhard.
Oleh karena itu, dirinya menekankan perlunya setiap orangtua yang ingin mempersiapkan kehamilan untuk melakukan tes HIV terlebih dulu.
"Tujuannya untuk memproteksi. Kalau merasa pernah melakukan perilaku berisiko sebaiknya mengikuti tes."
Akan tetapi, di sisi lain, Berhard mengingatkan ADHA juga sering kali menerima stigma dan diskriminasi di masyarakat.
Stigma dan diskriminasi tersebut harus dihilangkan agar ADHA bisa memperoleh hak mereka laiknya anak-anak yang lain.
"Jangan ada lagi stigma terhadap anak ataupun orang dengan HIV. Karena penularannya tidak semudah yang dibayangkan," ungkap Berhard.
Berhard berharap ADHA diterima dengan baik di lingkungan masyarakat agar mereka bisa menikmati masa kecil dengan menyenangkan.
Dirinya menyatakan keterbukaan status seorang murid yang menyandang HIV/AIDS penting agar dapat ditangani dengan benar jika terjadi sesuatu di lingkungan sekolah.
"Anak yang terbuka soal status penyakitnya malah mendapat diskriminasi. Padahal, sikap terbuka penting sehingga kalau si anak sakit pihak sekolah bisa menanganinya dengan cepat dan tepat. Akan tetapi, kalau dibuka kerap distigma. Itu yang harus dihancurkan. Kami ingin masyarakat paham bahwa penularan HIV/AIDS harus melalui pertukaran cairan darah," tandas Berhard.
Pergeseran
Di Purbalingga, Jawa Tengah, ada 22 balita dan 10 bayi terinfeksi HIV/AIDS.
Wakil Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi mengaku prihatin dengan kondisi yang terjadi di kabupaten setempat.
Dyah mengakui ada pergeseran faktor risiko.
Sebelumnya, kasus lebih banyak ditemukan pada kaum heteroseksual, tetapi sekarang pada kaum lajang pada usia produktif 18-26 tahun.
Staf di Klinik VCT Lembata, NTT, Paskalis Padak Masan, menjelaskan di daerahnya sedikitnya 200 orang positif tertular HIV/AIDS.
Artinya, prevalensi cukup tinggi. "Setahu saya lebih tinggi daripada Kupang.
Di Lembata, setiap bulan 3-5 orang positif terjangkit virus HIV/AIDS. Ini sudah memprihatinkan."
(LD/PT/X-3)
Sumber : http://www.mediaindonesia.com/news/r...dha/2017-12-02
---
Kumpulan Berita Terkait :
-

-

-



anasabila memberi reputasi
1
599
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan