anyelireAvatar border
TS
anyelire
Desa Kasensero Awal AIDS Mewabah Pertama Kali

danielhartog.nl


Sebelumnya kasus tentang virus HIV memang sudah muncul di Amerika, Kongo dan Tanzania sekitar tahun 1981, tetapi tahun 1982 ada sebuah kasus menarik di desa kecil dan miskin di tepi danau Viktoria, Uganda barat yang berbatasan dengan Tanzania yang menjadi sorotan dunia saat itu, yaitu di desa Kasensero karena peristiwa meninggalnya ratusan penduduk desa dalam beberapa hari oleh penyakit misterius.



Tahun 1982 Thomas Migeero adalah penduduk desa kasensero pertama yang meninggal dunia oleh penyakit misterius yang di awali oleh hilangnya nafsu makan dan kerontokan rambut, serta berkurangnya bobot tubuh secara drastistis, “sesuatu merusaknya dari dalam” ujar saudaranya Eddy saat itu, Penduduk desa percaya bahwa Thomas Migeero telah dikutuk. Ayah Migeero kala itu pun enggan menyentuh peti mayatnya saat proses penguburan, Sementara sang sudara Eddy Migeero tahu bahwa saudaranya meninggal akibat AIDS. Saat ini Eddy bekerja untuk LSM AIDS.



the shelter blog

AIDS yang mewabah di Kasensero merenggut ratusan nyawa hanya dalam beberapa minggu, kepanikan membuat penduduk berbondong bonding pergi melarikan diri, sementara puluhan juga keluarga meninggalkan desa, lahan pertanian serta hewan ternak mereka, hanya penduduk miskin yang tinggal di desa untuk bertahan.




Dugaan besar virus HIV ini menyebar ke Ksensero melalui East-Afrikan Highway, kebiasaan supir truk yang menginap di perbatasan dan memesan jasa prostitusi. “Para lelaki membayar empat kali lipat agar di perbolehkan tidak memakai alat pengaman (baca;kondom)saat melakukan hubungan intim,dan wanita yang mengaku mengidap HIV ini pun tidak perduli, ujar seorang wanita penghibur yang tidak mau di sebutkan identitasnya.



Kasus lain adalah Joshua Katumba pemuda berusia 23 tahun yang positif mengidap AIDS, setiap hari dia mencari uang dan lebih banyak dihabiskan untuk membeli alcohol, Katumba tidak pernah mengenyam bangku sekolah, ia tidak bisa membaca dan menulis, Gambaran katumba seperti sepertiga penduduk Kasensero yang tidak memiliki prespektif juga lantaran AIDS



The African Exponent

Adalah presiden pertama Afrika Yoweri Museveni yang mengakui AIDS adalah sebagai penyakit. Mulai saat itu Uganda menjadi contoh penanggulangan AIDS, para peneliti berdatangan ke Rakai, bantuan keuangan di kucurkan semantara di rumah sakit mengantri penderita AIDS untuk mendapatkan pengobatan gratis.



Berkat obat antiretroval yang ia minum setiap hari Judith Nakato beruntung yang sejak lima tahun menderita AIDS tidak mewariskan AIDS kepada anaknya, menurutnya ia terkena penyakit mematikan tersebut ketika di rudapaksa dan kemudian hamil.


Obat-obatan Gratis di Uganda


Dulu Judith Nakato bahkan tidak mampu berdiri. Namun sejak mengkonsumsi obat-obatan antiretroviral, ia bisa kembali bekerja. Obat yang disebut ARV itu meredam virus AIDS did alam tubuh pengidapnya. Dibayar oleh Dana AIDS Global, obat-obatan tersebut dibagikan secara gratis di Uganda, kendati sering mengalami kelangkaan. Nakato misalnya harus berjalan ratusan kilometer untuk mendapat obat ARV.


Penanggulangan AIDS?



Uganda dianggap sebagai negara panutan dalam hal penanggulangan AIDS. Miliaran US Dollar disumbangkan untuk negeri tersebut. Awalnya Uganda berhasil mengurangi penyebaran AIDS hingga 70 persen. 1990-an pengidap AIDS di Uganda turun menjadi 6,4 persen tahun 2005. Namun sejak sepuluh tahun silam penyebaran AIDS kembali marak. 2013 jumlahnya mencapai 7,3 persen.


Kasensero, Laboraturium Terbuka buat Pakar Virologi


International Organization for Migration


Selama bertahun-tahun Kasensero menjadi Pusat buat pakar Virologi dari seluruh dunia. Pada setiap penduduk mereka melakukan studi jangka panjang. Penelitian semacam itu pertama kali digelar 1996. Sejak saat itu Kasensero menjadi laboraturium percobaan untuk penelitian AIDS di seluruh dunia. Hasil studi terbaru: risiko infeksi AIDS pada pria yang disunat 70 persen lebih rendah.


Obat-obatan Melangka, Pasien Meregang Nyawa



Tubuh Olive Hasal mengering hingga tulang. Ibu 50 tahun ini bernafas ala kadarnya. Kulit di sekitar matanya menghitam. Satu buah tablet dibungkusnya rapih di dalam kain, "ini adalah yang terakhir," katanya. Hasal menyaksikan suami dan kedua anaknya meninggal dunia karena AIDS. Jika tidak ada yang mengambilkan obat dari kota terdekat berjarak 140 kilometer, hidup Hasal tinggal menghitung hari.



dkutip dari Penulis: Simone Schlindweinn | dw.com | dan gbr dari sumber lainnya
Diubah oleh anyelire 30-11-2017 18:03
0
10.7K
66
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan