Aku cinta. Namun aku tak ingin sama seperti wanita lainnya. Tidak ingin mengemis atau bahkan sampai meronta-ronta agar mendapat balasan kecupan termanis darimu. Aku pun tak ingin sama seperti dia yang (katanya) sangat amat manis dalam mengucapkan cintanya pada seorang kamu, sementara dirimu malah asyik membayang si wanita lain yang saat ini masih kau impikan jua.
Oleh karena itu, izinkan aku mencemaskanmu melalui sebuah intuisi yang belum berani aku ungkapkan dengan suara. Mengagumi layaknya wanita buta yang hanya menyelami kepuasan diri tanpa memperdulikan raut wajah yang sebenarnya kau tampilkan di kenyataan.
Aku hanya ingin menunggu dan melihat hasilnya. Apakah denganmu menjadi sebuah cerita terakhir dalam kisahku, atau malah menjadi babak yang akan terlewati seperti cerita-cerita sebelumnya.