Kaskus

News

nabilahilmaAvatar border
TS
nabilahilma
Hilangnya Ideologi Mulia Pertelevisian Indonesia
Hilangnya Ideologi Mulia Pertelevisian Indonesia
Oleh : Nabila Hilma Mujahidah Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY
Membicarakan perkembangan televisi dari zaman ke zaman memang tidak ada habisnya. Televisi menjadi menarik dibicarakan karena menjadi alat yang sangat berpengaruh pada aspek kehidupan seperti membentuk opini masyarakat, pola pikir dan kepribadian. Dulunya televisi hanya digunakan untuk menayangkan acara-acara penting pemerintahan seperti upacara bendera dan menginformasikan berita.
Jika pertelevisian Indonesia berdiri sejak tahun 1962, maka usianya kini menginjak 55 tahun atau setengah abad lamanya. TVRI merupakan tayangan satu-satunya yang mengudara dengan maksud untuk kepentingan politik. Selanjutnya viariasi pertelevisian Indonesia mulai beragam seperti RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia), TPI (Televisi Pendidikan Indonesia), dan disusul oleh beberapa stasiun televisi lainnya.
Televisi merupakan salah satu alat komunikasi massa. Fungsi komunikasi massa adalah menyiarkan informasi, menghibur dan mendidik . Untuk televisi sendiri fungsi utamanya adalah menghibur, sehingga alat media massa ini memiliki kelebihan khusus yaitu kemampuan menyajikan berbagai kebutuhan manusia, baik hiburan, informasi maupun pendidikan dengan sangat memuaskan.
Menurut Ruedi Hofmann dalam buku Dasar-Dasar Apresiasi Program Televisi (1999;54-58), lima fungsi televisi lainnya antara lain sebagai Pengawasan situasi masyarakat dan dunia, menghubungkan satu dengan yang lain, menyalurkan kebudayaan, hiburan, dan pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat.
Ironisnya pertelivisian Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Konsep awalnya sudah keluar dari tujuan dibentuknya pertelevisian tersebut. Tayangan informatif, edukatif, hiburan yang tidak lepas dari nilai kehidupan dan normatif kini berubah menjadi variety show yang penuh dengan kalimat ejekan antar pemain, membuka aib para artis, dan juga drama atau sinetron yang sangat mudah ditebak alur ceritanya. Alur cerita yang sangat klasik, monoton dan tidak kreatif.
Siaran-siaran televisi telah menciptakan bobroknya pola pikir penonton khususnya anak-anak. Tentu saja karena televisi terus menayangkan acara yang belum pantas ditonton oleh anak. Jika menyalahkan para prang tua saja, bagaimana dengan yang menayangkan. Orang tua terkadang menganggap tayangan tersebut menjadi hiburan semata sehingga tidak ada pantauan khusus. Anak-anak sendiri belum mampu membedakan baik buruknya acara yang mereka tonton, mereka hanya mengikuti rangkaian acara yang muncul dalam televisi mereka. Padahal media televisi mempunyai daya tiru yang sangat kuat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pada era ini khusunya di Indonesia, banyaknya stasiun televisi tidak menjadi jaminan adanya pilihan tontonan yang baik. Baik stasiun televisi negeri maupun swasta, sama-sama belum memenuhi standar program siaran. Seperti acara musikAnehnya tayangan tersebut tidak terlalu banyak menayangkan musik sesuai dengan namanya, justru yang dipertontonkan adalah aksi kekonyolan yang terlihat tidak mendidik dari para pemainnya.
Dilihat dari acaranya yang tayang pada pagi hari menjadi pertanyaan, target pasar apa yang akan diambil melalui tayangan tersebut? Tayangan musik tentunya identik dengan selera anak muda, jika ditayangkan pada waktu anak muda sekolah, apakah mereka mengharapkan ibu-ibu yang menyaksikan acara tersebut? Selanjutnya hadir juga penonton bayaran yang didominasi oleh anak muda juga. Jika kegiatan tersebut dijadikan sebagai kegiatan, apakah kegiatan ini cukup ‘berfaedah’ dijadikan sebagai profesi, dimana mereka hanya tertawa sekeras-kerasnya, tepuk tangan dan berjoget ria ketika ada bahan candaan dari host yang sebenarnya tidak lucu dan tidak bermutu.
Kemudian ada program komedi yang tentunya menjadi pilihan keluarga untuk mengisi waktu santai. Pada awalnya komedi memang menjadi tayangan yang aman untuk menghibur penontonnya dari segala aspek usia. Kini kita harus mewaspadai juga tayangan tersebut karena komedi seakan tidak asyik lagi jika tidak ada yang saling mengejek dan merendahkan pemain lainnya. Kini tayangan komedi tersebut berubah menjadi tayangan tidak mendidik.
Adapun drama asing yang meramaikan pertelevisian Indonesia. Masyarakat terbawa dengan budaya asing dan lupa dengan budayanya sendiri. Kembali lagi pada keunggulan televisi yang dapat menjadi daya tiru penontonnya. Sehingga masyarakat tidak tertarik dengan budaya lokal karena terus dijejal dengan tayangan drama asing. Sinetron juga sama saja seolah-olah tayangan tersebut mampu membuat nilai baru mengingat tidak adanya nilai moral dan nilai edukatif pada tayangannya. Contohnya saja sinetron anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang lebih disibukkan dengan kisah asmaranya, sedangkan tidak banyak memperlihatkan kegiatan yang seharusnya dilakukan pelajar untuk meraih prestasi akademis.
Menurut Effendy Onong Uchjana dalam bukunya yang berjudul Dinamika Komunikasi (1986: 122), pengaruh televisi tidak lepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan pada umumnya. Bahwa televisi menimbulkan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat Indonesia, sudah banyak mengetahui dan merasakannya, baik pengaruh positif ataupun negatifnya. Acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan persepsi, dan perasaan para penonton.
Permintaan pasar juga menjadi alasan televisi seringkali memberikan acara tanpa mempertimbangkan aspek psikologis maupun sosiologis terhadap khlayaknya. Amat banyak acara yang ditampilkan di televisi secara vulgar, apalagi acara tersebut seharusnya diperuntukkan bagi kalangan dewasa namun, banyak juga di tonton remaja. Sementara pada usia tersebut mereka sangat mudah mengkritisi dan tentunya tidak sadar ya akan meniru apa yang ditonton pada kehidupan nyata. Karena acara tv dapat mempengaruhi sikap, persepsi, pandangan, atau dengan kata lain menghipnotis penontonnya, sehingga tidak heran bermunnculan istilah ‘kids zaman now’ dengan tingkah dan pola pikirnya yang sungguh dramatis
Beberapa persoalan tersebut tidak lepas dari pengaruh politik dan ekonomi. Kepemilikan perusahaan televisi menjadi salah satu penyebab perubahan tayangan. Mereka tidak memperhatikan dampak dari apa yang ditayangkan, hanya mementingkan keuntungan yang banyak. Maka tidak heran jika stasiun televisi menjadi langganan kunjungan KPI.
Demi kepentingannya stasiun televisi rela menayangkan program acara yang merusak generasi bangsa. Padahal mereka merupakan wadah untuk masyarakat atau penyedia tayangan yang baik untuk membentuk pola pikir dan kepribadian yang haus akan nilai moral saat ini. Dengan kata lain mereka sudah mengambil hak masyarakat untuk menyaksikan tayangan yang lebih layak.

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
869
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan