- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Termasuk dalam generasi manakah anda?
TS
gangel160487
Termasuk dalam generasi manakah anda?
f

Termasuk dalam generasi manakah anda?
Hi guys apakah pernah dapati di beberapa tempat kerja kita selalu berselisih paham dengan senior kita yang memiliki umur berbeda jauh dengan kita, mari kenali beberapa kriteria generasi dan cara menyingkapi permasalah yang ada..
Belakangan ini generasi Baby Boomer, X, Y, dan Millenial (Z) begitu marak diperbicangkan. Bahkan, dalam sebuah lingkungan pekerjaan, generasi menjadi pengaruh yang mencerminkan etos kerja dan hasil kerja seseorang.
Faktanya cara kerja hingga pola pikir seseorang memang dipengaruhi oleh generasinya. Ya, setiap generasi memiliki karakteristik yang berbeda satu dan yang lainnya. Dengan mengetahui perbedaan ini, Anda bisa mengenal kelebihan dan kekurangan diri lebih dalam, serta mencari tahu bagaimana pola kerja dari bawahan, rekan, hingga atasan Anda.
Pengertian dan klasifikasi tiap generasi
Pre Baby Boom – Generasi Veterans ( lahir 1945 dan sebelumnya)
Generasi ini adalah generasi tertua yang berumur sekitar 70 tahun keatas yang lebih dikenal dengan sebutan Generasi 45 di Indonesia. Pengalaman hidup lama membuat generasi ini dianggap sebagai generasi yang adaptif yaitu generasi yang mudah menerima dan menyesuaikan diri dengan keadaan semasa.
Didalam generasi ini sendiri terdapat beberapa generasi seperti Lost Generation (Generation of 1914) yang berjuang dalam Perang Dunia Pertama, Greatest Generation (G.I. Generation) yang berjuang di dalam Perang Dunia Kedua, dan Silent Generation (Children of the Great Depression) yaitu zaman kemelesetan teruk yang memberi kesan mendalam kepada generasi ini.
The Baby Boom (lahir antara 1946 – 1964)
Lahir selepas Perang Dunia Kedua dari tahun 1946 hingga 1964. Disebut Baby Boom karena pada masa ini pertambahan angka kelahiran yang tinggi sebagai imbas dari Perang Dunia II yang menewaskan banyak korban.
Generasi ini dikenal sebagai generasi pekerja keras dan idealis tapi kurang adaptif. Mereka hidup mandiri dan tidak bergantung pada keluarga. Pekerjaan penyiaran (broadcasting), TV dan radio sangat diminati pada masa ini.
The Baby Bust – GEN X (lahir 1965 – 1976)

Dikenal dengan sebutan 1 th Generation dan Baby Bust. Tidak ada tahun kelahiran tepat yang dipersetujuin secara universal. Mereka yang dilahirkan akhir 1960 an hingga awal 1980 an( tidak lebih dari 1982).
Kata gen X digunakan pertama kali oleh fotograger Hungaria lalu dipopulerkan oleh Douglas penulis Novel tahun 1991. Orang yang lahir pada masa ini dikenal dengan pemecah masalah yang sangat handal dan good manajer.
Komputer, Video Games, TV kabel, dan internet sudah mulai dikembangkan namun generasi X ini merasakan “abad kegelapan” di mana akses internet masih lemot.
The Echo of the Baby Boom – GEN Y (lahir antara 1977 – 1997)

Generasi ini juga populer dengan sebutan Milenial Generation, Generastion next, Net Gen, dan Echo Boomers yang lahir sekitar tahun 1977 hingga 1997.
Ungkapan Generasi Y mulai dipakai pada editorial koran besar Amerika Serikat yang dipopulerkan William dan Neil penulis buku.
Waktu generasi ini lahir, tekologi komunikasi tengah gencar dikembangkan. Ponsel dan internet belum terintegrasi, tapi sudah booming SMS, email, pesan instan (Yahoo Messenger, ICQ, dsb).
Ketika generasi Y mulai remaja, muncullah media sosial seperti Friendster, MySpace, Facebook, Twitter. Games online juga mulai populer. Koneksi internet sudah mulai membaik dan mulai mudah diakses sehingga membuat generasi ini sangat kedanduan dengan internet.
Generation Net – Generation Z (lahir antara 1998 – 2010)
Disebut juga dengan nama iGeneration, generasi net, atau generasi internet. Mereka memiliki kesamaan dengan generasi Y, tapi mereka mampu mengaplikasikan semua kegiatan dalam satu waktu seperti nge-tweet menggunakan ponsel, browsing denan PC, dan mendengarkan musik menggunakan headset (multitasking).
Apapun yang dilakukan kebanyakan berhubungan dengan dunia maya. Generasi Z ini sangat diuntungkan dengan kemajuan infrastruktur yang memungkinkan internet diakses mudah dan cepat, dan lumayan murah.
Sejak lahir Generasi Z sudah berhubungan dengan beragam aplikasi internet. Sehingga generasi ini sangat mudah beradaptasi dengan teknologi komunikasi.

Generasi Alpha (lahir pada 2010 – hingga sekarang)
Generasi yang sangat terdidik karena masuk sekolah lebih awal dan banyak belajar, memiliki orangtua yang kaya dengan sedikit saudara kandung.
Banyak pakar yang mengatakan bahwa gen A merupakan generasi yang paling terpelajar di dalam generasi manusia.
Kemampuan yang melebihi generasi lain dan generasi tua yang seiring berjalannya waktu akan menghilang membuat generasi ini akan punya peluang kerja yang sangat tinggi menjelang tahun 2020. Namun gen A ini memiliki sifat sangat materialistik.
Secara umum tiap generasi punya karakter yang berbeda. Karenanya kita perlu mengenal diri sendiri dan mencari teman senasib.
Untuk optimalkan kelebihan dan bisa juga untuk peta awal karakter orang lain dalam interaksi. Semisal kita jadi trainer, beda generasi audiens beda teknik pendekatannya. Kalau kita jadi marketing, beda generasi target market beda juga teknik pendekatannya.
Serba Serbi tiap generasi dan tanggapannya akan social media
Jika ditelisik lebih jauh, generasi Z cenderung mengungkapkan ekspresinya secara spontan saat melihat postingan yang dianggap menarik. Makanya mereka tak pikir seribu kali saat memberikan like atau komentar pada akun seseorang terlepas dari kenal atau tidaknya orang yang memosting status tersebut.
Beda halnya dengan generasi X dan Y. Mereka punya banyak pertimbangan saat hendak memberikan tanggapan terhadap postingan seseorang. Entah itu dianggap bermanfaat dan menarik, masih mempertimbangkan untuk menanggapinya sekalipun hanya memencet tombol like saja.
Mereka takutnya dianggap sok kenal sok dekat pada pihak yang mempublikasikan status di media sosial. Jadi tak heran kalau postingan generasi X dan Y hanya bisa mencapai hanya puluhan tanggapan sedangkan generasi Z bisa mendulang ratusan tombol like dan komentar.
Generasi X dan Y tak mempermasalahkan jumlah tanggapan dan jumlah like dari apa yang dipublikasikan. Sedangkan generasi Z menganggap tingkat keeksistensi dan kepopulerannya dinilai dengan jumlah like dan komentar pada akunnya. Alhasil mereka menjadi pemburu like dan komentar dan mengeyampingkan kualitas konten yang disajikan.
Yang perlu disadari oleh para generasi Z bahwa tingkat keeksisan di media sosial tak bisa menjadi patokan eksistensinya di dunia nyata. Terdapat perlakukan yang berbeda di dunia nyata dan maya. Ibarat fans, ada fans real dan ada fans semu.
Ketika seorang generasi Z mengabarkan kesedihannya, banyak yang bersimpati di medsosnya. Lalu dia memantapkan niatnya untuk meminta pertolongan kepada orang-orang yang mengungkapkan keprihatinannya di medsos.
Namun pada kenyataannya, sangat jarang yang memberikan uluran tangan atau sekedar meberikan sandaran bahu untuk menyatakan kesedihannya. Atau kalau apes, dia malah bertemu dengan orang-orang modus yang malah menjerumuskannya ke jurang yang lebih dalam lagi.
Pengalaman Pribadi
Saya Pribadi berada pada rentang gen Y yang masih sempat merasakan main di lapangan kejar kejaran, manjat pohon lompat tali dsb. Juga pernah merasakan hipster nya game Atari, Nintendo dan main game di game centre yang segede gede gaban.
Juga di tempat kerja yang berinteraksi dengan senior senior yang gaptek dan lain lain..
Berikut dikutip dari karir.com mengenai perbedaan generasi x dan y ditempat kerja
Karir.com sendiri telah menilai situasi dan kondisi dunia kerja berdasar perbedaan kedua generasi tersebut. Dalam data yang berhasil dihimpun sepanjang Oktober-November 2015, mereka menyatakan 64% Generasi X yang bergelar S-1 telah mampu menempati berbagai posisi penting, di antaranya Departement Manager (23%), Senior Staff (18%) dan Supervisor (17%).
Sementara bagi Generasi Y, 62% di antaranya telah bergelar S-1 dan hampir setengahnya masih berada di posisi entry level.
Meski demikian, presentase pada level Senior Staff dan Supervisor juga tidak bisa diremehkan. Angkanya mencapai 22% untuk Senior Staff dan 13% untuk Supervisor.
Apa artinya angka-angka tersebut?
Hal tersebut secara tidak langsung menunjukan periode pertumbuhan karir generasi Y lebih progresif dibanding Generasi X. Hal itu mendapat buktinya lebih jauh dari adanya irisan di berbagai tingkat jabatan.
Hasil temuan Karir.com lain menunjukan, persaingan kerja dan kompetisi jenjang karir antara kedua generasi itu juga semakin ketat, terutama di bagian-bagian tertentu. Berbagai industri tercatat masih menjadi andalan seperti perbankan & keuangan.
Sementara mengenai loyalitas pada perusahaan, generasi X dinilai mampu lebih setia terhadap perusahaan dibanding Generasi Y.
Pengalaman kerja Generasi X telah mampu mencapai masa kerja 6-20 tahun di satu perusahaan, sementara Generasi Y hanya mampu mencapai masa kerja sekitar 1-5 tahun.
Jika kita mengambil fenomena di Indonesia, Hal ini sebenarnya belum disadari sepenuhnya oleh para stakeholders perusahaan-perusahaan di Indonesia dan bahkan para orang tua di Indonesia. Karakteristik Orang Indonesia yang sociotropic atau dengan kata lain karakter orang Indonesia yang banyak melibatkan pemikiran tentang keluarga dan orang lain di sekitarnya saat diharuskan membuat keputusan penting dalam hidupnya membuat faktor influence orang tua ini bereperan cukup besar dalam mengarahkan hidup anaknya terutama dalam memilih pekerjaan bahkan dalam memilih pasangan hidup yang cocok dengan kultur keluarganya. Para Orang tua dan para pimpinan perusahaan yang pada umumnya merupakan generasi baby boomers masih banyak melakukan pendekatan tradisionalala generasinya dalam melakukan bimbingan (guidance) terhadap putra-putrinya dan bawahan-bawahannya yang mulai banyak berasal dari Generasi Y. Dengan sifat kritisnya yang luar biasa, awarenessnya yang sangat tinggi terhadap passion, dan rasa ingin tahunya yang lebih tinggi dari generasi-generasi sebelumnya, generasi Y ini bisa menjadi asset berharga negeri ini yang bisa diandalkan dalam menemukan sousi untuk mengatasi permasalahan di negeri ini.
Mengapa generasi Y merupakan asset yang berharga? Pertama Karena mereka masih memiliki rentang hidup rata-rata yang masih panjang dan merupakan calon-calon pemimpin negeri ini 10-20 tahun lagi. Alasan yang kedua adalah karena sejak dini mereka memiliki kesempatan mengakses teknologi yang begitu luas, otomatis kemampuan akses mereka terhadap beragam informasi juga cukup besar dan bisa mereka peroleh sejak dini. Imbasnya dengan keragaman infomasi yang mereka peroleh, sebagian besar dari mereka pada umumnya tumbuh menjadi figur-figur yang kreatif dan bisa berpikir out of the box. Cara berpikir yang kreatif dan out of the box inilah yang diharapkan bisa kita andalkan dari generasi ini dalam membantu negeri ini menyelesaikan permasalahan-permaslahannya dan bahkan membawa negeri ini untuk lebih maju dan lebih makmur.
Salah satu karakter unik lainnya dari generasi Y adalah rasa narsisnya yang lebih tinggi dibandingkan dan generasi lainnya dan juga kebutuhan eksistensinya yang tinggi. Jika saya mengambil sampel karya sastra sebagai salah satu indikator untuk membaca karakter sebuah generasi, kita bisa melihat ada perubahan cara hidup dan cara pandang pada generasi Y dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Mengapa saya mencoba mengambil sampel karya sastra, karena karya sastra adalah salah satu bentuk aktualisasi konsep berpikir sebuah masyarakat. Karya sastra saat ini banyak dipenuhi dengan novel-novel yang bertema based true story penulisnya, sedangkan novel jaman baheula banyak dipenuhi dengan bahasa-bahasa kias dan lebih menceritakan sebuah setting masyarakat yang penuh kebersamaan. Novel masa kini lebih banyak menceritakan capaian -capaian orang yang memiliki impian besar dan luar biasa, sedangkan karya sastra zaman baheula banyak menceritakan fenomena masyarakat sekitar dan bagaimana menciptakan harmonisasi dengan lingkungan sekitar. Fenomena dalam karya sastra ini bisa dijadikan salah satu bukti yang sahih jkika generasi Y merupakan sebuah generasi yang memiliki kebutuhan eksistensi yang tinggi dalam melakukan aktualisasi diri.
Dengan mulai bertambah banyaknya generasi Y dalam struktur organisasi sebuah perusahaan dan tongkat estafet kehidupan yang mulai mereka emban,hal ini seharusnya bisa menjadi insight bagi para pengambil kebijakan di perusahaan dan para orang tua sebagai agens social primer generasi Y untuk mulai bisa meluaskan mind set dan mengakomodir secara perlahan aspirasi para generasi Y dalam berkarya. Mengapa begitu? Karena 10 tahun lagi generasi inilah yang akanmenjadi tulang punggung sebuiah perusahaan dan bahkan bangsa ini dalam memajukan perusahaan dan bahkan memajukan bangsa ini. Alasan lainnya adalah potensi luar biasa generasi ini dengan segala karakteristiknya bisa dijadikan sebagai asset perusahaan dan bahkan asset bangsa untuk membuat perusahaan dan bahkan bangsa ini melesat dalam melakukan capaiaan-capaian luar biasa b aik secara bisnis maupun dalam mensejahterakan masyarakat. Pola akomodasi dalam perusahaan bisa dilakukanmisalnya dengan cara melakukan proses rekrutmen yang berbasis teknologi, menciptakan sistem kerja yang berorientasi hasil akhir dan berbasis teknologi, dan menciptakan sistem remunerasi pegawai yang bisa mengaspirasi capaian-capaian luar biasa pegawai jika bisa menciptakan karya yang luar biasa. Hal lain yang bisa dilakukan oleh para stakeholders perusahaan adalah dengan menciptakan pola komunikasi kerja yang lebih terbuka dan tak terlalu banyak top down direction dan bahkan menyediakan ruang yang cukup bagi para Generasi Y dalam menciptakan ide-ide yang orisinal yang secara tidak langsung akan berimvas langsung terhadap kemajuan perusahaan. Sebagai salah satu agen social primer para generasi Y, para orang tua juga diharapkan bisa meluaskan mind set mereka dalam mengakomodasi keunikan pribadi putra-putrinya, menciptakan situasi yang bisa mengakomodir passion anak-anaknya dan menciptakan suasana dialog sebagai salah satu metode utama membimbing putra-putrinya dalam proses tumbuh dan berkembangnya.

Jadi setelah mengenali dan mengetahui generasi kita dan bagaimana untuk berinteraksi diharapkan kita dapat menjadi lebih bijak lagi.. ciao..

Thread ane lainnya:
https://www.kaskus.co.id/post/5a1780...9a398f6c8b4568
https://www.kaskus.co.id/thread/5a16...rgi-terbarukan
https://www.kaskus.co.id/thread/5a16...main-besar-dsb
https://www.kaskus.co.id/thread/5a16...pengolahan-nya
https://www.kaskus.co.id/thread/5a16...an-ekonomi-nya
https://www.kaskus.co.id/thread/5a14...ekonomi-jepang

Termasuk dalam generasi manakah anda?
Hi guys apakah pernah dapati di beberapa tempat kerja kita selalu berselisih paham dengan senior kita yang memiliki umur berbeda jauh dengan kita, mari kenali beberapa kriteria generasi dan cara menyingkapi permasalah yang ada..
Belakangan ini generasi Baby Boomer, X, Y, dan Millenial (Z) begitu marak diperbicangkan. Bahkan, dalam sebuah lingkungan pekerjaan, generasi menjadi pengaruh yang mencerminkan etos kerja dan hasil kerja seseorang.
Faktanya cara kerja hingga pola pikir seseorang memang dipengaruhi oleh generasinya. Ya, setiap generasi memiliki karakteristik yang berbeda satu dan yang lainnya. Dengan mengetahui perbedaan ini, Anda bisa mengenal kelebihan dan kekurangan diri lebih dalam, serta mencari tahu bagaimana pola kerja dari bawahan, rekan, hingga atasan Anda.
Pengertian dan klasifikasi tiap generasi
Pre Baby Boom – Generasi Veterans ( lahir 1945 dan sebelumnya)
Generasi ini adalah generasi tertua yang berumur sekitar 70 tahun keatas yang lebih dikenal dengan sebutan Generasi 45 di Indonesia. Pengalaman hidup lama membuat generasi ini dianggap sebagai generasi yang adaptif yaitu generasi yang mudah menerima dan menyesuaikan diri dengan keadaan semasa.
Didalam generasi ini sendiri terdapat beberapa generasi seperti Lost Generation (Generation of 1914) yang berjuang dalam Perang Dunia Pertama, Greatest Generation (G.I. Generation) yang berjuang di dalam Perang Dunia Kedua, dan Silent Generation (Children of the Great Depression) yaitu zaman kemelesetan teruk yang memberi kesan mendalam kepada generasi ini.
The Baby Boom (lahir antara 1946 – 1964)

Lahir selepas Perang Dunia Kedua dari tahun 1946 hingga 1964. Disebut Baby Boom karena pada masa ini pertambahan angka kelahiran yang tinggi sebagai imbas dari Perang Dunia II yang menewaskan banyak korban.
Generasi ini dikenal sebagai generasi pekerja keras dan idealis tapi kurang adaptif. Mereka hidup mandiri dan tidak bergantung pada keluarga. Pekerjaan penyiaran (broadcasting), TV dan radio sangat diminati pada masa ini.
The Baby Bust – GEN X (lahir 1965 – 1976)

Dikenal dengan sebutan 1 th Generation dan Baby Bust. Tidak ada tahun kelahiran tepat yang dipersetujuin secara universal. Mereka yang dilahirkan akhir 1960 an hingga awal 1980 an( tidak lebih dari 1982).
Kata gen X digunakan pertama kali oleh fotograger Hungaria lalu dipopulerkan oleh Douglas penulis Novel tahun 1991. Orang yang lahir pada masa ini dikenal dengan pemecah masalah yang sangat handal dan good manajer.
Komputer, Video Games, TV kabel, dan internet sudah mulai dikembangkan namun generasi X ini merasakan “abad kegelapan” di mana akses internet masih lemot.
The Echo of the Baby Boom – GEN Y (lahir antara 1977 – 1997)

Generasi ini juga populer dengan sebutan Milenial Generation, Generastion next, Net Gen, dan Echo Boomers yang lahir sekitar tahun 1977 hingga 1997.
Ungkapan Generasi Y mulai dipakai pada editorial koran besar Amerika Serikat yang dipopulerkan William dan Neil penulis buku.
Waktu generasi ini lahir, tekologi komunikasi tengah gencar dikembangkan. Ponsel dan internet belum terintegrasi, tapi sudah booming SMS, email, pesan instan (Yahoo Messenger, ICQ, dsb).
Ketika generasi Y mulai remaja, muncullah media sosial seperti Friendster, MySpace, Facebook, Twitter. Games online juga mulai populer. Koneksi internet sudah mulai membaik dan mulai mudah diakses sehingga membuat generasi ini sangat kedanduan dengan internet.
Generation Net – Generation Z (lahir antara 1998 – 2010)
Disebut juga dengan nama iGeneration, generasi net, atau generasi internet. Mereka memiliki kesamaan dengan generasi Y, tapi mereka mampu mengaplikasikan semua kegiatan dalam satu waktu seperti nge-tweet menggunakan ponsel, browsing denan PC, dan mendengarkan musik menggunakan headset (multitasking).
Apapun yang dilakukan kebanyakan berhubungan dengan dunia maya. Generasi Z ini sangat diuntungkan dengan kemajuan infrastruktur yang memungkinkan internet diakses mudah dan cepat, dan lumayan murah.
Sejak lahir Generasi Z sudah berhubungan dengan beragam aplikasi internet. Sehingga generasi ini sangat mudah beradaptasi dengan teknologi komunikasi.

Generasi Alpha (lahir pada 2010 – hingga sekarang)
Generasi yang sangat terdidik karena masuk sekolah lebih awal dan banyak belajar, memiliki orangtua yang kaya dengan sedikit saudara kandung.
Banyak pakar yang mengatakan bahwa gen A merupakan generasi yang paling terpelajar di dalam generasi manusia.
Kemampuan yang melebihi generasi lain dan generasi tua yang seiring berjalannya waktu akan menghilang membuat generasi ini akan punya peluang kerja yang sangat tinggi menjelang tahun 2020. Namun gen A ini memiliki sifat sangat materialistik.
Secara umum tiap generasi punya karakter yang berbeda. Karenanya kita perlu mengenal diri sendiri dan mencari teman senasib.
Untuk optimalkan kelebihan dan bisa juga untuk peta awal karakter orang lain dalam interaksi. Semisal kita jadi trainer, beda generasi audiens beda teknik pendekatannya. Kalau kita jadi marketing, beda generasi target market beda juga teknik pendekatannya.
Serba Serbi tiap generasi dan tanggapannya akan social media
Jika ditelisik lebih jauh, generasi Z cenderung mengungkapkan ekspresinya secara spontan saat melihat postingan yang dianggap menarik. Makanya mereka tak pikir seribu kali saat memberikan like atau komentar pada akun seseorang terlepas dari kenal atau tidaknya orang yang memosting status tersebut.
Beda halnya dengan generasi X dan Y. Mereka punya banyak pertimbangan saat hendak memberikan tanggapan terhadap postingan seseorang. Entah itu dianggap bermanfaat dan menarik, masih mempertimbangkan untuk menanggapinya sekalipun hanya memencet tombol like saja.
Mereka takutnya dianggap sok kenal sok dekat pada pihak yang mempublikasikan status di media sosial. Jadi tak heran kalau postingan generasi X dan Y hanya bisa mencapai hanya puluhan tanggapan sedangkan generasi Z bisa mendulang ratusan tombol like dan komentar.
Generasi X dan Y tak mempermasalahkan jumlah tanggapan dan jumlah like dari apa yang dipublikasikan. Sedangkan generasi Z menganggap tingkat keeksistensi dan kepopulerannya dinilai dengan jumlah like dan komentar pada akunnya. Alhasil mereka menjadi pemburu like dan komentar dan mengeyampingkan kualitas konten yang disajikan.
Yang perlu disadari oleh para generasi Z bahwa tingkat keeksisan di media sosial tak bisa menjadi patokan eksistensinya di dunia nyata. Terdapat perlakukan yang berbeda di dunia nyata dan maya. Ibarat fans, ada fans real dan ada fans semu.
Ketika seorang generasi Z mengabarkan kesedihannya, banyak yang bersimpati di medsosnya. Lalu dia memantapkan niatnya untuk meminta pertolongan kepada orang-orang yang mengungkapkan keprihatinannya di medsos.
Namun pada kenyataannya, sangat jarang yang memberikan uluran tangan atau sekedar meberikan sandaran bahu untuk menyatakan kesedihannya. Atau kalau apes, dia malah bertemu dengan orang-orang modus yang malah menjerumuskannya ke jurang yang lebih dalam lagi.
Pengalaman Pribadi
Saya Pribadi berada pada rentang gen Y yang masih sempat merasakan main di lapangan kejar kejaran, manjat pohon lompat tali dsb. Juga pernah merasakan hipster nya game Atari, Nintendo dan main game di game centre yang segede gede gaban.
Juga di tempat kerja yang berinteraksi dengan senior senior yang gaptek dan lain lain..
Berikut dikutip dari karir.com mengenai perbedaan generasi x dan y ditempat kerja
Karir.com sendiri telah menilai situasi dan kondisi dunia kerja berdasar perbedaan kedua generasi tersebut. Dalam data yang berhasil dihimpun sepanjang Oktober-November 2015, mereka menyatakan 64% Generasi X yang bergelar S-1 telah mampu menempati berbagai posisi penting, di antaranya Departement Manager (23%), Senior Staff (18%) dan Supervisor (17%).
Sementara bagi Generasi Y, 62% di antaranya telah bergelar S-1 dan hampir setengahnya masih berada di posisi entry level.
Meski demikian, presentase pada level Senior Staff dan Supervisor juga tidak bisa diremehkan. Angkanya mencapai 22% untuk Senior Staff dan 13% untuk Supervisor.
Apa artinya angka-angka tersebut?
Hal tersebut secara tidak langsung menunjukan periode pertumbuhan karir generasi Y lebih progresif dibanding Generasi X. Hal itu mendapat buktinya lebih jauh dari adanya irisan di berbagai tingkat jabatan.
Hasil temuan Karir.com lain menunjukan, persaingan kerja dan kompetisi jenjang karir antara kedua generasi itu juga semakin ketat, terutama di bagian-bagian tertentu. Berbagai industri tercatat masih menjadi andalan seperti perbankan & keuangan.
Sementara mengenai loyalitas pada perusahaan, generasi X dinilai mampu lebih setia terhadap perusahaan dibanding Generasi Y.
Pengalaman kerja Generasi X telah mampu mencapai masa kerja 6-20 tahun di satu perusahaan, sementara Generasi Y hanya mampu mencapai masa kerja sekitar 1-5 tahun.
Jika kita mengambil fenomena di Indonesia, Hal ini sebenarnya belum disadari sepenuhnya oleh para stakeholders perusahaan-perusahaan di Indonesia dan bahkan para orang tua di Indonesia. Karakteristik Orang Indonesia yang sociotropic atau dengan kata lain karakter orang Indonesia yang banyak melibatkan pemikiran tentang keluarga dan orang lain di sekitarnya saat diharuskan membuat keputusan penting dalam hidupnya membuat faktor influence orang tua ini bereperan cukup besar dalam mengarahkan hidup anaknya terutama dalam memilih pekerjaan bahkan dalam memilih pasangan hidup yang cocok dengan kultur keluarganya. Para Orang tua dan para pimpinan perusahaan yang pada umumnya merupakan generasi baby boomers masih banyak melakukan pendekatan tradisionalala generasinya dalam melakukan bimbingan (guidance) terhadap putra-putrinya dan bawahan-bawahannya yang mulai banyak berasal dari Generasi Y. Dengan sifat kritisnya yang luar biasa, awarenessnya yang sangat tinggi terhadap passion, dan rasa ingin tahunya yang lebih tinggi dari generasi-generasi sebelumnya, generasi Y ini bisa menjadi asset berharga negeri ini yang bisa diandalkan dalam menemukan sousi untuk mengatasi permasalahan di negeri ini.
Mengapa generasi Y merupakan asset yang berharga? Pertama Karena mereka masih memiliki rentang hidup rata-rata yang masih panjang dan merupakan calon-calon pemimpin negeri ini 10-20 tahun lagi. Alasan yang kedua adalah karena sejak dini mereka memiliki kesempatan mengakses teknologi yang begitu luas, otomatis kemampuan akses mereka terhadap beragam informasi juga cukup besar dan bisa mereka peroleh sejak dini. Imbasnya dengan keragaman infomasi yang mereka peroleh, sebagian besar dari mereka pada umumnya tumbuh menjadi figur-figur yang kreatif dan bisa berpikir out of the box. Cara berpikir yang kreatif dan out of the box inilah yang diharapkan bisa kita andalkan dari generasi ini dalam membantu negeri ini menyelesaikan permasalahan-permaslahannya dan bahkan membawa negeri ini untuk lebih maju dan lebih makmur.
Salah satu karakter unik lainnya dari generasi Y adalah rasa narsisnya yang lebih tinggi dibandingkan dan generasi lainnya dan juga kebutuhan eksistensinya yang tinggi. Jika saya mengambil sampel karya sastra sebagai salah satu indikator untuk membaca karakter sebuah generasi, kita bisa melihat ada perubahan cara hidup dan cara pandang pada generasi Y dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Mengapa saya mencoba mengambil sampel karya sastra, karena karya sastra adalah salah satu bentuk aktualisasi konsep berpikir sebuah masyarakat. Karya sastra saat ini banyak dipenuhi dengan novel-novel yang bertema based true story penulisnya, sedangkan novel jaman baheula banyak dipenuhi dengan bahasa-bahasa kias dan lebih menceritakan sebuah setting masyarakat yang penuh kebersamaan. Novel masa kini lebih banyak menceritakan capaian -capaian orang yang memiliki impian besar dan luar biasa, sedangkan karya sastra zaman baheula banyak menceritakan fenomena masyarakat sekitar dan bagaimana menciptakan harmonisasi dengan lingkungan sekitar. Fenomena dalam karya sastra ini bisa dijadikan salah satu bukti yang sahih jkika generasi Y merupakan sebuah generasi yang memiliki kebutuhan eksistensi yang tinggi dalam melakukan aktualisasi diri.
Dengan mulai bertambah banyaknya generasi Y dalam struktur organisasi sebuah perusahaan dan tongkat estafet kehidupan yang mulai mereka emban,hal ini seharusnya bisa menjadi insight bagi para pengambil kebijakan di perusahaan dan para orang tua sebagai agens social primer generasi Y untuk mulai bisa meluaskan mind set dan mengakomodir secara perlahan aspirasi para generasi Y dalam berkarya. Mengapa begitu? Karena 10 tahun lagi generasi inilah yang akanmenjadi tulang punggung sebuiah perusahaan dan bahkan bangsa ini dalam memajukan perusahaan dan bahkan memajukan bangsa ini. Alasan lainnya adalah potensi luar biasa generasi ini dengan segala karakteristiknya bisa dijadikan sebagai asset perusahaan dan bahkan asset bangsa untuk membuat perusahaan dan bahkan bangsa ini melesat dalam melakukan capaiaan-capaian luar biasa b aik secara bisnis maupun dalam mensejahterakan masyarakat. Pola akomodasi dalam perusahaan bisa dilakukanmisalnya dengan cara melakukan proses rekrutmen yang berbasis teknologi, menciptakan sistem kerja yang berorientasi hasil akhir dan berbasis teknologi, dan menciptakan sistem remunerasi pegawai yang bisa mengaspirasi capaian-capaian luar biasa pegawai jika bisa menciptakan karya yang luar biasa. Hal lain yang bisa dilakukan oleh para stakeholders perusahaan adalah dengan menciptakan pola komunikasi kerja yang lebih terbuka dan tak terlalu banyak top down direction dan bahkan menyediakan ruang yang cukup bagi para Generasi Y dalam menciptakan ide-ide yang orisinal yang secara tidak langsung akan berimvas langsung terhadap kemajuan perusahaan. Sebagai salah satu agen social primer para generasi Y, para orang tua juga diharapkan bisa meluaskan mind set mereka dalam mengakomodasi keunikan pribadi putra-putrinya, menciptakan situasi yang bisa mengakomodir passion anak-anaknya dan menciptakan suasana dialog sebagai salah satu metode utama membimbing putra-putrinya dalam proses tumbuh dan berkembangnya.

Jadi setelah mengenali dan mengetahui generasi kita dan bagaimana untuk berinteraksi diharapkan kita dapat menjadi lebih bijak lagi.. ciao..

Thread ane lainnya:
https://www.kaskus.co.id/post/5a1780...9a398f6c8b4568
https://www.kaskus.co.id/thread/5a16...rgi-terbarukan
https://www.kaskus.co.id/thread/5a16...main-besar-dsb
https://www.kaskus.co.id/thread/5a16...pengolahan-nya
https://www.kaskus.co.id/thread/5a16...an-ekonomi-nya
https://www.kaskus.co.id/thread/5a14...ekonomi-jepang
Diubah oleh gangel160487 29-11-2017 14:15
gangel1604 memberi reputasi
1
3.2K
17
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan