Kaskus

Entertainment

m.s.aswadiAvatar border
TS
m.s.aswadi
Di Hari Kematian Ayah (Bagian Pertama)
Malam ke-20 di bulan November, air jatuh dari langit sedari kemarin. Guntur dan kilat bergantian menunjukkan aksinya.

Hari itu rumah megah yang temaram oleh kerlip lampu kota megapolitan dihampiri duka. Lelaki tua yang akrab dengan sebuatan ayah pergi menghadap Tuhannya, meninggalkan seonggok tulang berselimut daging yang kini telah sempurna terbungkus oleh kain kafan.

Ia terbaring kaku dan dingin.
Ibuku sedari pagi terus menangis. Semua orang di sekelilingku juga meneteskan air mata. Tapi kenapa aku tidak. Aku juga ingin menangis.
Sejak dua tahun lalu jantungnya gagal melaksanakan tugas dengan baik. Badan yang dahulu begitu tegap dan berisi makin hari kian menipis. Ibu harus menguras tabungannya untuk berobat ayah. Seminggu sekali harus cuci darah. Sudah banyak jenis pengobatan yang telah ditempuh oleh ibuku. Dokter terbaik negeri ini, cenayang terbaik pilihan kakak dan adikku sampai berobat keluar negeri sudah ibu lakukan.

Tumpukan obat-obatan, ramuan herbal, air jampi-jampi tidak mampu menyembuhkan penyakit ayah.

Orang ramai berdatangan ke rumahku silih berganti mengucapkan bela sungkawa. Orang-orang berpakaian klimis, orang-orang berseragam dengan banyak tempelan-tempelan di bahu dan bajunya, orang-orang berjas hitam dan putih, sampai dengan orang-orang yang berpakain kucel. Ayahku memang orang yang hebat, terpandang dan disukai banyak orang.

Aku tersenyum tipis melihat salah seorang di antara para pelayat yang datang. Ia berdiri tegap di pintu rumah. Wajahnya datar tanpa ekspresi. Ia menenteng jas putih. Aku sangat mengenalnya, lebih dari mengenal ayah yang sedang terbujur kaku di hadapanku. Ia adalah dokter Tejo.
tien212700Avatar border
tien212700 memberi reputasi
1
600
4
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan