- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pupuk Tiongkok Banjiri Pasar Asia, Pupuk Asal Indonesia Kalah Saing


TS
wingchun.master
Pupuk Tiongkok Banjiri Pasar Asia, Pupuk Asal Indonesia Kalah Saing
).- PT Pupuk Kujang Cikampek (PKC) mengaku tidak akan melakukan ekspor karena harga pupuk produk PKC tidak sanggup bersaing dengan pupuk buatan Tiongkok. Bahkan, PKC harus memangkas sejumlah anggaran untuk menekan biaya produksi urea di perusahaannya.
"Terus terang kami tidak sanggup bersaing dengan Tiongkok di pasar pupuk Asia. Tiongkok memproduksi pupuk urea secara besar-besaran karena bahan baku di negara tersebut jauh lebih murah dibanding di Indonesia," ujar Manajer Komunikasi Perusahaan PKC, Ade Cahya, saat bersilaturahmi dengan sejumlah awak media, di Club Hause Golf PKC, Jumat 24 November 2017.
Ade mengaku tidak tahu jumlah pupuk dari Tiongkok yang beredar di Indonesia. Yang pasti, mengalirnya pupuk buatan Negara Tirai Bambu itu sedikit mengganggu pemasaran urea produk PKC, khususnya pupuk untuk keperluan nonpertanian.
"Pada musim dingin di Tiongkok urea tidak digunakan. Hal ini menyebabkan harga pupuk urea di pasar international menjadi sekitar 260 dolar per ton," katanya.
Atas dasar itu, lanjut Ade, sejak awal 2017 hingga peretangahan November ini, PKC menunda ekspor. Akibatnya, keuntungan perusahaan pada tahun ini mengalami penurunan.
"Kami memilih fokus memenuhi stok kebutuhan pertanian dalam negeri. Kendati tidak melakukan ekspor, produksi tetap jalan terus tanpa ada pengurangan. Target produksi kami tetap 1 juta ton per tahun," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Ade berharap pemerintah menurunkan harga gas alam untuk bahan baku pupuk. Dengan demikian harga pupuk dalam negeri, khusunya PKC bisa bersaing dengan pupuk buatan Tiongkok.
"Jika harga bahan bakunya turun, kami yakin harga urea produk PKC bisa kompetitif, termasuk jika urea Tiongkok menyerbu Indonesia," ucapnya.
Menurut dia, produksi dan ekspor besar-besaran urea dari Tiongkok merupakan strategi negeri tersebut. Pada tahun 2018 nanti, diperkirakan negara tersebut fokus pada pemenuhan pupuk dalam negerinya.
Apalagi, berdasarkan perkembangan terakhir, harga pupuk di pasar internasional naik menjadi 300 dolar per ton dari sebelumnya 200 dolar per ton.
"Dengan harga 300 dolar per ton, kami yakin kembali bisa melakukan ekspor dengan seizin pemerintah," ucap Ade Cahya.
Stok di Karawang aman
Menyinggung stok pupuk urea produk PKC, Ade Ade mengungkapkan, ketersediaan stok urea bersubsidi di gudang lini III pada pertengahan November mencapai 6.711 ton atau 280 persen dari ketentuan dua minggu ke depan sebesar 2.400 ton. "Dengan stok sebanyak itu, kebutuhan untuk dua pekan mendatang lebih dari aman," katanya.
Dikatakan, selain menyetok urea, PKC. Juga menyiapkan stok NPK Phonska sebanyak 1.500 ton dan Petroganik sebanyak 222 ton. Dengan demikan, petani tidak akan kelimpungan saat akan melakulan pemupukan.
Dijelaskan, realisasi penyerapan pupuk urea bersubsidi di Karawang sampai dengan pertengahan November 2017 mencapai 52.300 ton atau 96 persen dari ketentuan Dinas Pertanian sebesar 54.482 ton.
Penyerapan NPK Phonska mencapai 23 ribu ton atau 87 persen dari kebutuhan menurut Pergub sebesar 26 ribu ton. Sementara penyerapan Petroganik mencapai 6.517 ton atau 92 persen dari kebutuhan menurut Dinas Pertanian sebesar 7.039 ton.**on.
http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-b...h-saing-414470
"Terus terang kami tidak sanggup bersaing dengan Tiongkok di pasar pupuk Asia. Tiongkok memproduksi pupuk urea secara besar-besaran karena bahan baku di negara tersebut jauh lebih murah dibanding di Indonesia," ujar Manajer Komunikasi Perusahaan PKC, Ade Cahya, saat bersilaturahmi dengan sejumlah awak media, di Club Hause Golf PKC, Jumat 24 November 2017.
Ade mengaku tidak tahu jumlah pupuk dari Tiongkok yang beredar di Indonesia. Yang pasti, mengalirnya pupuk buatan Negara Tirai Bambu itu sedikit mengganggu pemasaran urea produk PKC, khususnya pupuk untuk keperluan nonpertanian.
"Pada musim dingin di Tiongkok urea tidak digunakan. Hal ini menyebabkan harga pupuk urea di pasar international menjadi sekitar 260 dolar per ton," katanya.
Atas dasar itu, lanjut Ade, sejak awal 2017 hingga peretangahan November ini, PKC menunda ekspor. Akibatnya, keuntungan perusahaan pada tahun ini mengalami penurunan.
"Kami memilih fokus memenuhi stok kebutuhan pertanian dalam negeri. Kendati tidak melakukan ekspor, produksi tetap jalan terus tanpa ada pengurangan. Target produksi kami tetap 1 juta ton per tahun," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Ade berharap pemerintah menurunkan harga gas alam untuk bahan baku pupuk. Dengan demikian harga pupuk dalam negeri, khusunya PKC bisa bersaing dengan pupuk buatan Tiongkok.
"Jika harga bahan bakunya turun, kami yakin harga urea produk PKC bisa kompetitif, termasuk jika urea Tiongkok menyerbu Indonesia," ucapnya.
Menurut dia, produksi dan ekspor besar-besaran urea dari Tiongkok merupakan strategi negeri tersebut. Pada tahun 2018 nanti, diperkirakan negara tersebut fokus pada pemenuhan pupuk dalam negerinya.
Apalagi, berdasarkan perkembangan terakhir, harga pupuk di pasar internasional naik menjadi 300 dolar per ton dari sebelumnya 200 dolar per ton.
"Dengan harga 300 dolar per ton, kami yakin kembali bisa melakukan ekspor dengan seizin pemerintah," ucap Ade Cahya.
Stok di Karawang aman
Menyinggung stok pupuk urea produk PKC, Ade Ade mengungkapkan, ketersediaan stok urea bersubsidi di gudang lini III pada pertengahan November mencapai 6.711 ton atau 280 persen dari ketentuan dua minggu ke depan sebesar 2.400 ton. "Dengan stok sebanyak itu, kebutuhan untuk dua pekan mendatang lebih dari aman," katanya.
Dikatakan, selain menyetok urea, PKC. Juga menyiapkan stok NPK Phonska sebanyak 1.500 ton dan Petroganik sebanyak 222 ton. Dengan demikan, petani tidak akan kelimpungan saat akan melakulan pemupukan.
Dijelaskan, realisasi penyerapan pupuk urea bersubsidi di Karawang sampai dengan pertengahan November 2017 mencapai 52.300 ton atau 96 persen dari ketentuan Dinas Pertanian sebesar 54.482 ton.
Penyerapan NPK Phonska mencapai 23 ribu ton atau 87 persen dari kebutuhan menurut Pergub sebesar 26 ribu ton. Sementara penyerapan Petroganik mencapai 6.517 ton atau 92 persen dari kebutuhan menurut Dinas Pertanian sebesar 7.039 ton.**on.
http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-b...h-saing-414470
0
1.7K
15


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan