- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Mengapa Belum Dikaruniai Momongan?


TS
rihannuy
Mengapa Belum Dikaruniai Momongan?
Buat pasangan yang sudah menikah tapi belum dikarunia momongan, pertanyaan “kapan punya anak?” tidak jauh beda seramnya dengan pertanyaan “kapan nikah?” bagi para jomblo. Sedih, marah, kesal, campur aduk memenuhi rongga dada kalau ada yang mengajukan pertanyaan tersebut. Pokoknya baper banget deh kalau ditanya begitu. Masih mending sih kalau pertanyaan itu diajukan oleh orang yang tidak begitu kenal dekat. Tapi, rasanya ngenes-ngenes gimana gitu kalau yang bertanya adalah orang-orang terdekat.
Hampir dua tahun menikah dan belm diamanahi keturunan, gue berada dalam posisi cukup aman dari serangan pertanyaan “kapan punya anak?” dari orang-orang terdekat. Secara gue dan suami tinggal jauh dari keluarga besar kami. Hingga suatu hari ketika gue mudik ke Purwakarta, posisi aman gue itu terusik.
“Neng, kamu KB?” Tanya mamah.
“Nggak, Mah.” Jawabku singkat. Gue nggak was-was sih kalau ngadepin mamah, secara dia bukan orang yang suka menuntut anak-anaknya dengan permintaan-permintaan. Namun tiba-tiba, pertanyaan berikutnya dari si mamah membuat hati gue mencelos.
“Kok belum punya anak juga?”
Kaget, kecewa, emosi gue mendengar pertanyaan itu.
“Ai Mamah, emangnya bikin anak itu kayak bikin donat?” Serang gue, heran dan emosi. Pikir gue, mamah kan rajin ngaji, pasti mengerti lah bahwa ada banyak hal yang di luar kuasa manusia meskipun manusia tersebut sudah berusaha.
Si mamah berlalu tanpa kata, meninggalkan gue yang gondok duduk di sofa. Setelah agak tenang, gue nyesel juga rada sewot ke si mamah tadi. Harusnya gue mengerti kerinduan mamah menimang cucu. Akhirnya, gue curhat ke emak (nenek gue). Rada modus juga sih, biar didoakan oleh emak. Baru saja sampai ke rumah emak, datanglah satu keluarga tetangga menengok abah. Salah satu dari mereka adalah adik sepupunya teman gue, dia lagi hamil. Dengan hati bahagia gue sambut mereka, kemudia gue injak kaki di bumil.
“Injak kakinya biar ketularan.” Kata gue dengan tengilnya. Si bumil tidak marah, malah senyum-senyum melihat kelakuan gue. Mitos menginjak kaki ini banyak dipercaya orang. Gue sih sebetulnya bukan termasuk orang yang percaya mitos, cuma kadang penasaran ingin membuktikan kebenaran mitos itu. Dulu waktu salah satu sahabat gue nikah, gue disuruh nginjak kakinya oleh sohib gue yang lebih tua. Biar ketularan katanya. Gue pun dengan senang hati menginjak kaki si pengantin beberapa kali, menyalurkan keisengan gue.
Beberapa bulan kemudian (kalau tidak salah kurang dari 3 bulan), Allah takdirkan gue bertemu jodoh. Gue tau sih, jelas bukan karena mitos injak kaki itu, tapi karena memang sudah takdir dari Allah. Tapi kadang-kadang, harapan gue untuk punya momongan menyeret gue untuk melakukan hal-hal yang dianggap mitos itu, meskipun iseng. Pernah suatu hari gue berdesakan menghadiri pengajian di salah satu mesjid di Batam. Tidak sengaja, di samping gue ada dua orang wanita yang hamil besar. Kemudian, gue melancarkan ‘usaha’. Kaki gue merayap perlahan mendekati kaki si bumil yang terdekat. Sebelumnya gue lepas alas kaki dulu supaya yang diinjak tidak merasa sakit. Nahas, si bumil menyadari usaha gue. Dia kemudian menjauhkan kakinya dari kaki gue,hiks hiks hiks.
Mungkin, benar kata sahabat gue, Allah cuma ingin melihat seberapa besar usaha kami. Selama ini gue dan suami nggak begitu ngotot promil. Pernah mencoba jus 3 diva, madu, dan serbuk kurma dan buah zuriat. Mungkin kami harus lebih telaten melakukannya.
Kadang, gue menghibur diri sendiri dengan melihat grup-grup di sosial media yang khusus berisikan para wanita yang ingin hamil. Banyak yang penantiannya lebih lama dari gue. Gue baru 2 tahun, orang lain ada yang 8, 10 bahkan belasan tahun. Mereka tetap sabar.
Untuk para wanita yang sedang berharap dan berusaha untuk mendapatkan momongan, doa dan peluk jauh dari sini. Tetap semangat ya, usaha dan doanya
Diubah oleh rihannuy 27-11-2017 02:51


anasabila memberi reputasi
1
2.8K
12


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan