- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mima, perempuan Indonesia 'berhati emas' yang menyelamatkan bayi Yahudi dari kejaran


TS
micin.batangan
Mima, perempuan Indonesia 'berhati emas' yang menyelamatkan bayi Yahudi dari kejaran
Mima, perempuan Indonesia 'berhati emas' yang menyelamatkan bayi Yahudi dari kejaran Nazi

Setiap kali mendengar lagu Nina Bobo, Alfred Münzer selalu terharu dan teringat Mima Saïna, pengasuh yang merawatnya saat ia disembunyikan dari kejaran Nazi untuk masuk ke kam konsentrasi.
Münzer kecil -satu-satunya dari tiga bersaudara yang selamat dari holocaust- dititipkan ke keluarga Indonesia di Belanda yang selama hampir empat tahun mengasuhnya.
Mima telah menjadi seperti ibu bagi Alfred kecil.
"Mima hanya bicara bahasa (Indonesia) dan tak bisa bahasa Belanda, tak tahu tentang politik atau agama-agama lain (Mima beragama Islam), namun ia mengadopsi saya seperti anaknya sendiri," kata Alfred kepada wartawan BBC Indonesia, Endang Nurdin.
"Namun ia memiliki hati emas. Saya tinggal di rumah itu secara ilegal, namun ia akan berjalan jauh berkilo-kilo meter hanya untuk menukar kupon dengan susu dan makanan untuk saya," cerita Alfred.
Kisah ini tertuang dalam film Nina Bobo untuk Bobby yang dibuat oleh Monique Rijkers dan tengah diputar di sejumlah sekolah di Indonesia dalam rangkaian Festival Film Toleransi yang diluncurkan pada hari Toleransi Internasional 16 November lalu.
Film ini mengangkat tentang pengalaman keluarga Indonesia Tole Madna yang menyembunyikan anak Yahudi di tengah kejaran tentara Nazi saat itu atas orang-orang Yahudi pada Perang Dunia II.
Bila Tole dan Mima masih hidup...
Mima adalah pembantu keluarga Tole yang mengasuh Alfred, yang diberi nama panggilan Bobby yang mirip dengan salah satu anak keluarga, Robby, untuk menyamarkan kepada para tetangga agar tak tahu ada bayi lain.
Keluarga inilah yang menyembunyikan Bobby di loteng saat Nazi merazia rumah-rumah pada Perang Dunia II itu.
Sebelum tidur, Mima selalu menyanyikan "Nina Bobo" dan juga untuk menjaga agar Alfred tak menangis pada saat ada razia.

Alfred sendiri sangat terharu setiap saat mendengar lagu senandung ini, termasuk ketika terhubung melalui sambungan telepon video dengan mereka yang menyaksikan film ini di @America, Jakarta baru-baru ini.
"Saya tak ingat kata-kata Nina Bobo, hanya melodinya yang selalu membawa perasaan tenang karena diperhatikan dan juga merasa aman," kata Alfred.
"Bila Tole dan Mima masih hidup hari ini, saya akan berterima kasih kepada mereka karena memberikan saya kesempatan untuk hidup dan bahwa mereka akan tetap menjadi contoh teladan yang dapat dilakukan orang-orang bahkan bila mereka lagi dipengaruhi setan," katanya lagi.
"Sayangnya holocaust tidak menghapus kejahatan, namun orang harus tahu bahwa masih mungkin untuk berdiri menghadapi yang jahat dan melakukan apa yang benar."

Alfred yang menginjak usia 76 tahun pada Kamis (23/11) saat ini tinggal di Washington DC, Amerika Serikat, sebagai pensiunan dokter.
"Saya diberitahu (Rob Madna, putra Tole), saya tidur bersamanya. Ia menaruh pisau di bawah bantal untuk membunuh Nazi yang mungkin mencoba mengambil atau bahkan membunuh saya," cerita Alfred.
Dalam film itu, Alfred mengatakan, "Saya punya beberapa kenangan tentang Mima. Namun yang saya ingat adalah Mima selalu menyanyi lagu pengantar tidur. Beberapa waktu lalu saya punya kesempatan untuk berbagi kisah saya dengan beberapa murid dari Indonesia yang berkunjung ke Amerika. Saya menceritakan tentang Nina Bobo dan 25 murid langsung menyanyi bersama."
"Itu adalah momen indah dan seorang perempuan muda mengenakan penutup kepala (jilbab) datang ke saya dan mengatakan "Kita semua adalah satu keluarga. Kita semua bersaudara" Saya pikir itu mungkin pelajaran paling penting dari Holocaust. Holocaust terjadi karena kita lupa bahwa kita adalah satu keluarga. Kita harus mencegah Holocaust terjadi lagi, genosida lain terjadi."
Wanita hebat
"Dia adalah wanita hebat yang membesarkan saya dari usia saya sekitar sembilan bulan sampai sekitar saya berusia tiga setengah tahun."
Alfred adalah anak bungsu dari tiga bersaudara dari keluarga Simcha dan Gisele Munzher, imigran Yahudi dari Polandia, yang menetap di Belanda.

Mima meninggal
Sebelum Alfred yang lahir pada 1941 menginjak usia satu tahun, Jerman memulai deportasi besar-besaran hampir 100.000 orang Yahudi dari Belanda ke timur, khususnya Auschwitz, jaringan konsentrasi Nazi di daerah yang dikuasasi Jerman.
Keluarga Alfred tak luput dari kejaran. Dua kakak perempuannya dititipkan ke keluarga lain yang ternyata adalah simpatisan Nazi, yang kemudian melaporkan mereka sebelum dikirim ke kam Auschwitz dan dibunuh pada Februari 1944.
Aldred dittitipkan di rumah keluarga teman Annie Madna pada mulanya namun karena khawatir ia dititipkan ke mantan suaminya, Tole Madna, orang Indonesia.
Di tempat inilah Alfred tinggal selama hampir empat tahun dan diasuh oleh Mima.
Setelah perang, pada bulan Agustus 1945, Alfred dapat kembali bertemu dengan ibunya, Gisele, namun karena belum terbiasa, Mima masih diminta untuk mengasuhnya.
"Pada pangkuan terakhir saya menolak dan itu adalah ibu saya. Saya mendorongnya karena saya sudah punya ibu dan itu adalah Mima Saina. Karena itu rencananya Mima untuk merawat saya namun sayangnya Mima meninggal dua bulan kemudian. Saya hanya ingat menziarahi makamnya bersama Papa Madna beberapa kali," kata Alfred dalam film Nina Bobo untuk Bobby.
Gisele sendiri sempat berada di sejumlah kamp konsentrasi sebelum dibebaskan.
Tole dan Mima di monumen Yad Vashen, Yerusalem

Pada Juli 1958, Gisele dan Alfred yang saat itu berusia 16 tahun pindah ke Amerika, tempat ia menyelesaikan studinya di fakultas kedokteran di New York.
Sementara ayah Alfred, Simcha seperti ibunya, juga sempat berada beberapa bulan di Auschwitz dan kemudian dikirim ke tiga kamp berbeda di Austria sebelum akhirnya bisa dibebaskan oleh pasukan AS. Namun Simcha meninggal dua bulan setelah dibebaskan pada 25 Juli 1945.
Nama Tole Madma dan Mima saat ini tercantum di monumen Yad Vashen, Yerusalem - tempat peringatan korban hollocaust, dan juga mereka yang dianggap sebagai pahlawan yang menyelamatkan orang-orang Yahudi dari Nazi.
"Saya memberikan nama Papa Madna dan Mima Saina kepada Yad Vashem, sebuah memorial di Yerusalem untuk menghormati mereka yang menyelamatkan Yahudi saat Holocaust: The Righteous Among The Nations. Saya ingin orang Indonesia merasa bangga," kata Alfred.
Monique, yang membawa film ini ke sekolah-sekolah di Indonesia untuk memberi pengetahuan tentang holocaust, berharap orang Indonesia akan menyadari ada pahlawan pada masa yang menakutkan.
"Saya berharap orang Indonesia bisa bangga ada pahlawan kemanusiaan di masa yang begitu menyeramkan. Kalau dulu di Belanda, ketahuan menyembunyikan orang Yahudi oleh Nazi, satu keluarga akan dibawa ke kamp konsentrasi," kata Monique.
sumber

Hak atas fotoALFRED MUNZER
Alfred dan Mima pada sekitar tahun 1940an.
Alfred dan Mima pada sekitar tahun 1940an.
Setiap kali mendengar lagu Nina Bobo, Alfred Münzer selalu terharu dan teringat Mima Saïna, pengasuh yang merawatnya saat ia disembunyikan dari kejaran Nazi untuk masuk ke kam konsentrasi.
Münzer kecil -satu-satunya dari tiga bersaudara yang selamat dari holocaust- dititipkan ke keluarga Indonesia di Belanda yang selama hampir empat tahun mengasuhnya.
Mima telah menjadi seperti ibu bagi Alfred kecil.
"Mima hanya bicara bahasa (Indonesia) dan tak bisa bahasa Belanda, tak tahu tentang politik atau agama-agama lain (Mima beragama Islam), namun ia mengadopsi saya seperti anaknya sendiri," kata Alfred kepada wartawan BBC Indonesia, Endang Nurdin.
"Namun ia memiliki hati emas. Saya tinggal di rumah itu secara ilegal, namun ia akan berjalan jauh berkilo-kilo meter hanya untuk menukar kupon dengan susu dan makanan untuk saya," cerita Alfred.
Kisah ini tertuang dalam film Nina Bobo untuk Bobby yang dibuat oleh Monique Rijkers dan tengah diputar di sejumlah sekolah di Indonesia dalam rangkaian Festival Film Toleransi yang diluncurkan pada hari Toleransi Internasional 16 November lalu.
Film ini mengangkat tentang pengalaman keluarga Indonesia Tole Madna yang menyembunyikan anak Yahudi di tengah kejaran tentara Nazi saat itu atas orang-orang Yahudi pada Perang Dunia II.
Bila Tole dan Mima masih hidup...
Mima adalah pembantu keluarga Tole yang mengasuh Alfred, yang diberi nama panggilan Bobby yang mirip dengan salah satu anak keluarga, Robby, untuk menyamarkan kepada para tetangga agar tak tahu ada bayi lain.
Keluarga inilah yang menyembunyikan Bobby di loteng saat Nazi merazia rumah-rumah pada Perang Dunia II itu.
Sebelum tidur, Mima selalu menyanyikan "Nina Bobo" dan juga untuk menjaga agar Alfred tak menangis pada saat ada razia.

Hak atas fotoALFRED MUNZER
Keluarga Tole Madna
Keluarga Tole Madna
Alfred sendiri sangat terharu setiap saat mendengar lagu senandung ini, termasuk ketika terhubung melalui sambungan telepon video dengan mereka yang menyaksikan film ini di @America, Jakarta baru-baru ini.
"Saya tak ingat kata-kata Nina Bobo, hanya melodinya yang selalu membawa perasaan tenang karena diperhatikan dan juga merasa aman," kata Alfred.
"Bila Tole dan Mima masih hidup hari ini, saya akan berterima kasih kepada mereka karena memberikan saya kesempatan untuk hidup dan bahwa mereka akan tetap menjadi contoh teladan yang dapat dilakukan orang-orang bahkan bila mereka lagi dipengaruhi setan," katanya lagi.
"Sayangnya holocaust tidak menghapus kejahatan, namun orang harus tahu bahwa masih mungkin untuk berdiri menghadapi yang jahat dan melakukan apa yang benar."

ALFRED MUNZER
Alfred Munzer bersama Mima.
Alfred Munzer bersama Mima.
Alfred yang menginjak usia 76 tahun pada Kamis (23/11) saat ini tinggal di Washington DC, Amerika Serikat, sebagai pensiunan dokter.
"Saya diberitahu (Rob Madna, putra Tole), saya tidur bersamanya. Ia menaruh pisau di bawah bantal untuk membunuh Nazi yang mungkin mencoba mengambil atau bahkan membunuh saya," cerita Alfred.
Dalam film itu, Alfred mengatakan, "Saya punya beberapa kenangan tentang Mima. Namun yang saya ingat adalah Mima selalu menyanyi lagu pengantar tidur. Beberapa waktu lalu saya punya kesempatan untuk berbagi kisah saya dengan beberapa murid dari Indonesia yang berkunjung ke Amerika. Saya menceritakan tentang Nina Bobo dan 25 murid langsung menyanyi bersama."
"Itu adalah momen indah dan seorang perempuan muda mengenakan penutup kepala (jilbab) datang ke saya dan mengatakan "Kita semua adalah satu keluarga. Kita semua bersaudara" Saya pikir itu mungkin pelajaran paling penting dari Holocaust. Holocaust terjadi karena kita lupa bahwa kita adalah satu keluarga. Kita harus mencegah Holocaust terjadi lagi, genosida lain terjadi."
Wanita hebat
"Dia adalah wanita hebat yang membesarkan saya dari usia saya sekitar sembilan bulan sampai sekitar saya berusia tiga setengah tahun."
Alfred adalah anak bungsu dari tiga bersaudara dari keluarga Simcha dan Gisele Munzher, imigran Yahudi dari Polandia, yang menetap di Belanda.

Hak atas fotoMONIQUE RIJKERS
Alfred Munzer kecil tidur di tempat tidur Mima.
Alfred Munzer kecil tidur di tempat tidur Mima.
Mima meninggal
Sebelum Alfred yang lahir pada 1941 menginjak usia satu tahun, Jerman memulai deportasi besar-besaran hampir 100.000 orang Yahudi dari Belanda ke timur, khususnya Auschwitz, jaringan konsentrasi Nazi di daerah yang dikuasasi Jerman.
Keluarga Alfred tak luput dari kejaran. Dua kakak perempuannya dititipkan ke keluarga lain yang ternyata adalah simpatisan Nazi, yang kemudian melaporkan mereka sebelum dikirim ke kam Auschwitz dan dibunuh pada Februari 1944.
Aldred dittitipkan di rumah keluarga teman Annie Madna pada mulanya namun karena khawatir ia dititipkan ke mantan suaminya, Tole Madna, orang Indonesia.
Di tempat inilah Alfred tinggal selama hampir empat tahun dan diasuh oleh Mima.
Setelah perang, pada bulan Agustus 1945, Alfred dapat kembali bertemu dengan ibunya, Gisele, namun karena belum terbiasa, Mima masih diminta untuk mengasuhnya.
"Pada pangkuan terakhir saya menolak dan itu adalah ibu saya. Saya mendorongnya karena saya sudah punya ibu dan itu adalah Mima Saina. Karena itu rencananya Mima untuk merawat saya namun sayangnya Mima meninggal dua bulan kemudian. Saya hanya ingat menziarahi makamnya bersama Papa Madna beberapa kali," kata Alfred dalam film Nina Bobo untuk Bobby.
Gisele sendiri sempat berada di sejumlah kamp konsentrasi sebelum dibebaskan.
Tole dan Mima di monumen Yad Vashen, Yerusalem

MONIQUE RIJKERS
Film Nina Bobo untuk Bobby
Film Nina Bobo untuk Bobby
Pada Juli 1958, Gisele dan Alfred yang saat itu berusia 16 tahun pindah ke Amerika, tempat ia menyelesaikan studinya di fakultas kedokteran di New York.
Sementara ayah Alfred, Simcha seperti ibunya, juga sempat berada beberapa bulan di Auschwitz dan kemudian dikirim ke tiga kamp berbeda di Austria sebelum akhirnya bisa dibebaskan oleh pasukan AS. Namun Simcha meninggal dua bulan setelah dibebaskan pada 25 Juli 1945.
Nama Tole Madma dan Mima saat ini tercantum di monumen Yad Vashen, Yerusalem - tempat peringatan korban hollocaust, dan juga mereka yang dianggap sebagai pahlawan yang menyelamatkan orang-orang Yahudi dari Nazi.
"Saya memberikan nama Papa Madna dan Mima Saina kepada Yad Vashem, sebuah memorial di Yerusalem untuk menghormati mereka yang menyelamatkan Yahudi saat Holocaust: The Righteous Among The Nations. Saya ingin orang Indonesia merasa bangga," kata Alfred.
Monique, yang membawa film ini ke sekolah-sekolah di Indonesia untuk memberi pengetahuan tentang holocaust, berharap orang Indonesia akan menyadari ada pahlawan pada masa yang menakutkan.
"Saya berharap orang Indonesia bisa bangga ada pahlawan kemanusiaan di masa yang begitu menyeramkan. Kalau dulu di Belanda, ketahuan menyembunyikan orang Yahudi oleh Nazi, satu keluarga akan dibawa ke kamp konsentrasi," kata Monique.

sumber
Diubah oleh micin.batangan 25-11-2017 06:56
0
1.6K
13


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan