Alkisah ada seorang anak yang lahir di negeri seberang di kepulauan Negeri Laniobiba . Anak itu bernama Himbira. Anak itu hidup dalam kehidupan yang sederhana. Di zaman yang tergolong masih tradisional anak itu ternyata memiliki pemikiran yang revolusioner dibandingkan dengan anak yang lainnya. Di saat anak-anak yang lain belajar aljabar satu tambah satu anak ini sudah mempelajari kalkulus seperti integral, diferensial dan lain-lain. Hingga singkat saja, saat yang lain belum lulus dia sudah lulus duluan.

Saat sudah lulus dia memutuskan untuk membantu pekerjaan Ayahnya yaitu membuat patung. Perlu diketahui ayahnya adalah seorang pematung yang luar biasa di zamannya. Selalu dipesan secara khusus oleh sang raja untuk dibuat ritual penyembahan. Oh iya perlu diketahui di masyarakat Laniobiba masyarakat secara keseluruhan masih memuja patung sebagai penyembahannya.

Berhari-hari Himbira membantu ayahnya dengan senang dan ikhlas. Karena itu ayahnya pun sangat menyayangi anaknya yang semata wayang ini.

Namun suatu hari suatu pertanyaan terjadi, "Ayah kenapa kita menyembah patung ini? Bukan kita yang membuat patung ini? Kenapa malah kita yang menyembahnya?". Ayah Himbira kaget bukan main, betapa tidak selain tersinggung ayah himbira tidak bisa menjawab pertanyaan dari anaknya ini.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu nak? Kalau tidak suka dengan yang Ayah lakukan, kenapa kau tidak pergi saja dan mencari Sesembahanmu sendiri?"

Himbira pun menyesal dan dia segera meminta maaf kepada Ayahnya. Namun ayahnya terkadung marah padanya dan tetap saja Himbira harus hengkang dari rumah tercintanya itu.

Himbira pergi tidak tahu kemana, dia hanya terus berjalan dan terus berjalan. Hingga sampailah dia di dalam hutan. Dia takut, dia kedinginan.
Beruntungnya dia menemukan sebuah gua. Dan diapun masuk ke dalam gua itu.

Di tengah kesendiriannya Himbira terkagum pada bintang-bintang di langit, Ia terpikir "Indah sekali bintang-bintang ini? " dengan pelan ia berkata “ ah benar Inilah Tuhanku“. Namun lama kelamaan bintang-bintang itu menghilang Himbira berkata “Aku tidak suka pada sesuatu yang tenggelam”. Kemudian muncul bulan di langit Himbira pun berkata, “Inilah Tuhanku, lebih besar lebih bercahaya dari pada bintang yang tenggelam tadi ” Ketika malam berganti pagi bulan juga menghilang. Setelah itu Himbira berkata “Aku tidak suka pada sesuatu yang tenggelam”

Pada siang hari lagi Himbira melihat matahari yang cahayanya menyilaukan berkata lagi. “Inilah Tuhanku” karena cahayanya lebih terang dan besar dari pada sebelumnya”. Saat hari telah petang, matahari itu tenggelam. Keyakinan terhadap matahari pun menjadi sirna. Himbira pun kecewa. Siapa yang pantas aku sembah? Siapaa? Apakah harta ini? Apakah tahta yang maharaja yang bisa menguasai manusia ini? Siapa? siapakah engkau?

bersambung....