- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Binar Academy tawarkan sekolah coding gratis


TS
rogoanurogo
Binar Academy tawarkan sekolah coding gratis
http://alamandashantika.com/binar-ac...coding-gratis/
salut gua ama.enih orang. Empowering buanget. Berani keluar dari comfort zone and start baru helping much more people.
Spoiler for alamanda:

Quote:
Jakarta (ANTARA News) – Binar Academy menawarkan sekolah coding gratis selama 2,5 bulan. Diinisiasi oleh mantan petinggi Gojek, Alamanda Shantika, Binar Academy didirikan dengan tujuan besar yaitu menciptakan lapangan pekerjaan.
“Tujuan akhirnya adalah menciptakan lapangan kerja. Waktu itu di Gojek aku juga mikir orang enggak bisa selamanya jadi driver Gojek, anak-anaknya driverGojek harus lebih tinggi lagi levelnya, jadi apa yang harus aku lakukan? ya harus ada akademinya dulu,” ujar Alamanda kepada ANTARA News di Jakarta, baru-baru ini.
Kelas Binar Academy pertama dimulai pada Maret lalu. Saat ini sekolah yang berlokasi di Yogyakarta itu telah memiliki tiga angkatan, yakni Batch 1 berjumlah 30 orang, Batch 2 berjumlah 30 orang dan Batch 3 sekitar 60 orang.
Dengan jumlah pertemuan dua jam sebanyak tiga kali dalam seminggu, tak sedikit orang, menurut Alamanda, yang meragukan lulusan Binar Academy.
“Orang-orang tanya ‘Memang benar bisa coding dalam waktu dua bulan setengah?’, Sebenarnya kami hanya memberi tahu sedikit ke mereka.Kami encourage mereka untuk belajar sendiri. Setiap pertemua itu saya kasih tugas,” ujar dia.
Misalnya, Alamanda menjelaskan, saat pertemuan pertama student diberi tugas untuk membuat desain aplikasi. Dalam hal ini, Binar Academy menggandeng kelaskita.com, yang menurut Alamanda sudah memiliki kurikulum yang lengkap, agar para pelajar belajar secara online terlebih dahulu.
“Jadi, waktu mau masuk kelas, belajar dulu di kelaskita.com, baru habis itu nanti di kelas ditanya susahnya di mana, di-review,” kata perempuan yang akrab disapa Ala itu.
“Jadi, kita bukannya jadi musuh buat sekolah-sekolah programming yang sudah ada, justru di sini aku pengen mengedepankan kolaborasi,” sambung dia.
Konsep belajar dan monetisasi
Satu bulan pertama siswa Binar Academy akan masuk dalam team working classyang disebut Party Class di mana seluruh siswa akan belajar dalam satu kelas.
Setelah itu, selama satu setengah bulan siswa akan dibagi dalam kelas-kelas kecil, sebanyak lima orang dalam satu kelompok, untuk mempelajari sesuai bidang ketertarikan.
Belajar dalam kelompok-kelompok kecil tersebut, menurut Ala dilakukan agar mentor lebih memperhatikan siswanya, demikian pula siswa dapat lebih bekonsentrasi dalam menerima materi.
“Satu bulan mereka belajar general programming kalau yang sama sekali belum bisa coding, satu setengah bulan lagi mereka belajar the real product, benar-benar bikin apps-nya langsung,” ujar Ala.
“Di kelas product itu ada product design ada product management, sama product engineering, jadi mereka belajar cara bikin produk dari awal, planning produknya harus bagaimana, fitur-fitur apa yang ada di situ. Setelah itu mereka baru masuk kelas coding-nya, codingnya dibagi iOS, Android, sama back end,” sambung dia.
Ada yang berbeda dari Binar Academy. Tidak seperti tempat menimba ilmu lainnya, Binar Academy tidak menerapkan sistem ujian.
“Ketakutan-ketakutan waktu aku sekolah enggak mau aku ulang lagi. Waktu sekolah aku takut mau ujian stres nilai jelek dimarahi. Nah, hal itu yang benar-benar mau aku buang dari pendidikan di Indonesia,” Ala menjelaskan.
“Yang aku dorong adalah mereka harus mau belajar dan mau bertanya. Jadi bagaimana cara kami menilai anak-anak? Kami nilai seperti di kantor, 360 feedback, di-review sama peer-nya, atasannya, sama bawahannya,” lanjut dia.
Hal ini juga yang mendorong para siswa untuk saling bekerja sama, dan tidak individualis. Bagi siswa yang memiliki performa yang kurang, Binar Academy sama sekali tidak menerapkan sistem hukuman.
“Tapi kita memfokuskan anak yang masih kurang, justru mentor akan fokus mengajari anak itu, yang lain yang sudah bisa dilepas,” ujar Ala.
Setelah menyelesaikan program belajar, para siswa dapat bergabung dalam Career Hub Binar Academy yang merupakan tempat untuk mempertemukan startup-startup yang ada di Jakarta dengan lulusan Binar Academy.
“Sebenarnya mereka bisa keluar dari Career Hub kita, boleh ngapain aja asal mereka berkontribusi untuk dunia. Dan, message kita yang kita sampaikan di Career Hub itu bukannya setelah belajar mereka bisa dapat gaji besar, tapi bagaimana mereka dapat membawa perubahan,” Ala menegaskan.
Career Hub tersebut juga merupakan cara yang dilakukan Ala dalam monetisasi Binar Academy, yang awalnya didanai sepenuhnya oleh Ala. Para siswa yang bergabung dalam Career Hub 20 persen dari pendapatannya akan disalurkan untuk biaya operasi Binar Academy.
“Mereka tetap kita develop lewat academy kita, jadi enggak cuman nyari talent, talent tetap di kita, jadi kita punya coworing di sana yang kita sebut Hackerspace,” ujar Ala.
“Perusahaan enggak perlu buka kantor mereka sendiri di Jogja, jadi mereka bisa nyewa sendiri sama kita, dan di sana anak-anak ini tetap bisa ngobrol sama mentornya, anak-anak ini selalu bisa nanya sama mentor-mentor yang ada di Binar,” sambung dia.
Satu lagi, cara yang dipilih Ala dalam monetisasi Binar Academy, yaitu adanya Advisory. Advisory dibentuk Ala untuk membantu perusahaan menghadapi Digital Transformation dengan mengembangkan potensi sumber daya manusia.
“Saya buka Advisory ini untuk jadi advisor para korporasi yang mau digital transformation, dan setelah kita kasih advisor-nya mereka bisa langsung hire talent-talent-nya dari Career Hub kita,” kata Ala.
“Nah, itu sebenarnya monitizer yang paling besar, dan itu yang menghidupkan Binar,” imbuh dia
“Tujuan akhirnya adalah menciptakan lapangan kerja. Waktu itu di Gojek aku juga mikir orang enggak bisa selamanya jadi driver Gojek, anak-anaknya driverGojek harus lebih tinggi lagi levelnya, jadi apa yang harus aku lakukan? ya harus ada akademinya dulu,” ujar Alamanda kepada ANTARA News di Jakarta, baru-baru ini.
Kelas Binar Academy pertama dimulai pada Maret lalu. Saat ini sekolah yang berlokasi di Yogyakarta itu telah memiliki tiga angkatan, yakni Batch 1 berjumlah 30 orang, Batch 2 berjumlah 30 orang dan Batch 3 sekitar 60 orang.
Dengan jumlah pertemuan dua jam sebanyak tiga kali dalam seminggu, tak sedikit orang, menurut Alamanda, yang meragukan lulusan Binar Academy.
“Orang-orang tanya ‘Memang benar bisa coding dalam waktu dua bulan setengah?’, Sebenarnya kami hanya memberi tahu sedikit ke mereka.Kami encourage mereka untuk belajar sendiri. Setiap pertemua itu saya kasih tugas,” ujar dia.
Misalnya, Alamanda menjelaskan, saat pertemuan pertama student diberi tugas untuk membuat desain aplikasi. Dalam hal ini, Binar Academy menggandeng kelaskita.com, yang menurut Alamanda sudah memiliki kurikulum yang lengkap, agar para pelajar belajar secara online terlebih dahulu.
“Jadi, waktu mau masuk kelas, belajar dulu di kelaskita.com, baru habis itu nanti di kelas ditanya susahnya di mana, di-review,” kata perempuan yang akrab disapa Ala itu.
“Jadi, kita bukannya jadi musuh buat sekolah-sekolah programming yang sudah ada, justru di sini aku pengen mengedepankan kolaborasi,” sambung dia.
Konsep belajar dan monetisasi
Satu bulan pertama siswa Binar Academy akan masuk dalam team working classyang disebut Party Class di mana seluruh siswa akan belajar dalam satu kelas.
Setelah itu, selama satu setengah bulan siswa akan dibagi dalam kelas-kelas kecil, sebanyak lima orang dalam satu kelompok, untuk mempelajari sesuai bidang ketertarikan.
Belajar dalam kelompok-kelompok kecil tersebut, menurut Ala dilakukan agar mentor lebih memperhatikan siswanya, demikian pula siswa dapat lebih bekonsentrasi dalam menerima materi.
“Satu bulan mereka belajar general programming kalau yang sama sekali belum bisa coding, satu setengah bulan lagi mereka belajar the real product, benar-benar bikin apps-nya langsung,” ujar Ala.
“Di kelas product itu ada product design ada product management, sama product engineering, jadi mereka belajar cara bikin produk dari awal, planning produknya harus bagaimana, fitur-fitur apa yang ada di situ. Setelah itu mereka baru masuk kelas coding-nya, codingnya dibagi iOS, Android, sama back end,” sambung dia.
Ada yang berbeda dari Binar Academy. Tidak seperti tempat menimba ilmu lainnya, Binar Academy tidak menerapkan sistem ujian.
“Ketakutan-ketakutan waktu aku sekolah enggak mau aku ulang lagi. Waktu sekolah aku takut mau ujian stres nilai jelek dimarahi. Nah, hal itu yang benar-benar mau aku buang dari pendidikan di Indonesia,” Ala menjelaskan.
“Yang aku dorong adalah mereka harus mau belajar dan mau bertanya. Jadi bagaimana cara kami menilai anak-anak? Kami nilai seperti di kantor, 360 feedback, di-review sama peer-nya, atasannya, sama bawahannya,” lanjut dia.
Hal ini juga yang mendorong para siswa untuk saling bekerja sama, dan tidak individualis. Bagi siswa yang memiliki performa yang kurang, Binar Academy sama sekali tidak menerapkan sistem hukuman.
“Tapi kita memfokuskan anak yang masih kurang, justru mentor akan fokus mengajari anak itu, yang lain yang sudah bisa dilepas,” ujar Ala.
Setelah menyelesaikan program belajar, para siswa dapat bergabung dalam Career Hub Binar Academy yang merupakan tempat untuk mempertemukan startup-startup yang ada di Jakarta dengan lulusan Binar Academy.
“Sebenarnya mereka bisa keluar dari Career Hub kita, boleh ngapain aja asal mereka berkontribusi untuk dunia. Dan, message kita yang kita sampaikan di Career Hub itu bukannya setelah belajar mereka bisa dapat gaji besar, tapi bagaimana mereka dapat membawa perubahan,” Ala menegaskan.
Career Hub tersebut juga merupakan cara yang dilakukan Ala dalam monetisasi Binar Academy, yang awalnya didanai sepenuhnya oleh Ala. Para siswa yang bergabung dalam Career Hub 20 persen dari pendapatannya akan disalurkan untuk biaya operasi Binar Academy.
“Mereka tetap kita develop lewat academy kita, jadi enggak cuman nyari talent, talent tetap di kita, jadi kita punya coworing di sana yang kita sebut Hackerspace,” ujar Ala.
“Perusahaan enggak perlu buka kantor mereka sendiri di Jogja, jadi mereka bisa nyewa sendiri sama kita, dan di sana anak-anak ini tetap bisa ngobrol sama mentornya, anak-anak ini selalu bisa nanya sama mentor-mentor yang ada di Binar,” sambung dia.
Satu lagi, cara yang dipilih Ala dalam monetisasi Binar Academy, yaitu adanya Advisory. Advisory dibentuk Ala untuk membantu perusahaan menghadapi Digital Transformation dengan mengembangkan potensi sumber daya manusia.
“Saya buka Advisory ini untuk jadi advisor para korporasi yang mau digital transformation, dan setelah kita kasih advisor-nya mereka bisa langsung hire talent-talent-nya dari Career Hub kita,” kata Ala.
“Nah, itu sebenarnya monitizer yang paling besar, dan itu yang menghidupkan Binar,” imbuh dia
salut gua ama.enih orang. Empowering buanget. Berani keluar dari comfort zone and start baru helping much more people.
0
5.7K
Kutip
16
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan