- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Di Pilkada Bogor 2018, Sebanyak 42.1 Persen Pemilih Tidak Suka Partai Pro Ahok-Djarot


TS
todaynewday
Di Pilkada Bogor 2018, Sebanyak 42.1 Persen Pemilih Tidak Suka Partai Pro Ahok-Djarot
BOGOR – Efek pemilihan gubernur dan wakil gubernur (Pilgub) DKI Jakarta, rupanya masih membekas di benak warga Kota dan Kabupaten Bogor. Setidaknya, hal tersebut tercermin dari hasil survei Lembaga Riset Indekstat terkait Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Bogor pada tahun 2018.
Menurut survei Indekstat, sentimen terhadap partai politik (parpol) yang mengusung pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat (Ahok-Djarot) pada Pilkada DKI Jakarta masih sangat tinggi. Disebutkan, bahwa pemilih di Kota Bogor sebanyak 42.1 persen menjawab tidak akan memilih partai yang mengusung Ahok-Djarot. Adapun sisanya 29.6 persen menjawab iya, 20.2 persen ragu, dan 8.1 persen menjawab rahasia.
“Cukup tinggi sentimen agama di Kota Bogor. Bahkan, yang tidak akan memilih karna ahok effect dan partai pendukungnya sampai lebih dari 40 persen,” Chief of Operational Officer Indekstat Redy H Gunawan kepada polbo di Kota Bogor, pekan lalu.
Menurut Redy, terkait bakal calon petahana, Bima Arya Sugiarto di pemilihan wali kota dan wakil wali kota (Pilwalkot) Bogor tahun 2018, kemungkinan mengambil wakil dari partai lagi. Dua nama yang mungkin paling dilirik Bima Arya selaku kader PAN adalah Dadang Iskandar Dhanubrata (PDIP) dan Zaenul Mutaqin (PPP).
Jika Bima mengambil calon wakil-nya itu dari partai, lanjut redy, kemungkinan bakal ada tiga pasangan calon di Pilwalkot Bogor 2018, yang diusung dari gabungan partai. Karena jumlah kursi DPRD semua partai politik di Kota Bogor hampir merata.
“Gerindra-PKS akan buat 1 pasangan, Demokrat dan koalisinya 1 pasangan. Itu jika Bima Arya ambil wakil-nya dari orang partai juga,” jelas dia.
Menanggapi calon dari Independen, Redy, memaparkan bahwa dari hasil analisanya, masih agak berat bagi independen di kota bogor untuk melawan calon dari partai politik. Kecuali calon independen tersebut mempunyai modal awal electability di atas 30 persen.
“Karena calon yang diusung parpol lebih disukai warga Bogor. Pilihan tersebut hampir merata di semua segmen pemilih,” papar Alumni IPB ini.
Indekstat juga memperhatikan preferensi di setiap pilkada, mulai dari tahun 2015 memang bergeser ke figur tokoh, bukan besarnya partai politik. Tetapi hanya partai bermesin politik kuat saja yang bisa mendongkrak suara. Partai yang dinilai mampu menarik dukungan suara adalah PDIP, Gerindra, dan PKS.
“Tiga partai ini solid dan mesinnya terwakili di masyarakat. PDIP, Gerindra, dan PKS bisa mewakili tiga spektrum politik,” Redy menjelaskan. “Politik kiri, tengah, kanan. Selain dari itu jangan berharap banyak.”
http://politikabogor.com/di-pilkada-...o-ahok-djarot/
Menurut survei Indekstat, sentimen terhadap partai politik (parpol) yang mengusung pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat (Ahok-Djarot) pada Pilkada DKI Jakarta masih sangat tinggi. Disebutkan, bahwa pemilih di Kota Bogor sebanyak 42.1 persen menjawab tidak akan memilih partai yang mengusung Ahok-Djarot. Adapun sisanya 29.6 persen menjawab iya, 20.2 persen ragu, dan 8.1 persen menjawab rahasia.
“Cukup tinggi sentimen agama di Kota Bogor. Bahkan, yang tidak akan memilih karna ahok effect dan partai pendukungnya sampai lebih dari 40 persen,” Chief of Operational Officer Indekstat Redy H Gunawan kepada polbo di Kota Bogor, pekan lalu.
Menurut Redy, terkait bakal calon petahana, Bima Arya Sugiarto di pemilihan wali kota dan wakil wali kota (Pilwalkot) Bogor tahun 2018, kemungkinan mengambil wakil dari partai lagi. Dua nama yang mungkin paling dilirik Bima Arya selaku kader PAN adalah Dadang Iskandar Dhanubrata (PDIP) dan Zaenul Mutaqin (PPP).
Jika Bima mengambil calon wakil-nya itu dari partai, lanjut redy, kemungkinan bakal ada tiga pasangan calon di Pilwalkot Bogor 2018, yang diusung dari gabungan partai. Karena jumlah kursi DPRD semua partai politik di Kota Bogor hampir merata.
“Gerindra-PKS akan buat 1 pasangan, Demokrat dan koalisinya 1 pasangan. Itu jika Bima Arya ambil wakil-nya dari orang partai juga,” jelas dia.
Menanggapi calon dari Independen, Redy, memaparkan bahwa dari hasil analisanya, masih agak berat bagi independen di kota bogor untuk melawan calon dari partai politik. Kecuali calon independen tersebut mempunyai modal awal electability di atas 30 persen.
“Karena calon yang diusung parpol lebih disukai warga Bogor. Pilihan tersebut hampir merata di semua segmen pemilih,” papar Alumni IPB ini.
Indekstat juga memperhatikan preferensi di setiap pilkada, mulai dari tahun 2015 memang bergeser ke figur tokoh, bukan besarnya partai politik. Tetapi hanya partai bermesin politik kuat saja yang bisa mendongkrak suara. Partai yang dinilai mampu menarik dukungan suara adalah PDIP, Gerindra, dan PKS.
“Tiga partai ini solid dan mesinnya terwakili di masyarakat. PDIP, Gerindra, dan PKS bisa mewakili tiga spektrum politik,” Redy menjelaskan. “Politik kiri, tengah, kanan. Selain dari itu jangan berharap banyak.”
http://politikabogor.com/di-pilkada-...o-ahok-djarot/


tien212700 memberi reputasi
1
2.8K
21


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan