- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Korban Dihabisi dengan Batu Gilingan Cabe, Pembantai di Tamora Ketangkap !!


TS
bani.ormas
Korban Dihabisi dengan Batu Gilingan Cabe, Pembantai di Tamora Ketangkap !!

Dedi Aprianto alias Dedi Batok. (Walsa/metro24jam.com)
NAMANYA Dedi Aprianto. Gelarnya : Edi Batok. Lokasi persembunyian laki 33 tahun itu terbongkar seiring korbannya, Richard Vanesa Pakpahan (16), dimakamkan. Terang sudah motif aksi jagal terhadap siswa SMA RK Serdang Murni (Lubuk Pakam) itu.
Dedi Aprianto alias Edi Batok, laki asal Gang Armed, Dusun I Desa Limau Manis, Kecamatan Tanjungmorawa, Deliserdang, itu dibekuk polisi dari rumah bibinya di Sei Rampah, Serdang Bedagai (Sergai), Rabu (15/11) malam lalu sekira pukul 10.
Buruh harian lepas di pabrik minuman Sirup Kurnia di Jalan Medan-Tanjungmorawa Km 14 (Desa Limau Manis) ini ternyata teman Julianus Sembiring, anak sang pemilik rumah kontrak yang 3 bulan terakhir ini (disewa) dihuni Richard Vanesa Pakpahan (alm) bersama ibunya, Ny Linceria Sitorus (45).
Dari hasil kesaksian Julianus-lah polisi akhirnya menemukan sosok tamu sadis di rumah keluarga Linceria, Selasa (14/11) sore lalu. Sore itu, pukul 4, dengan niat merampok, Edi mendatangi rumah merangkap usaha salon dan warung di Jalinsum Km 14 Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjungmorawa, Deliserdang, itu. Tapi alih-alih menggondol harta atau duit, kedatangan Edi yang sesaat malah berujung kematian tragis Richard, anak Linceria.
Rabu (15/11) pagi lalu, pun telah mengantongi identitas terduga pembantai Richard, polisi tak gampang menemukan keberadaan Edi. Kapolsek Tanjungmorawa AKP Fredly Parlindungan bercerita.
Dengan membawa serta Julianus, awalnya polisi mencari Edi ke rumah istrinya di Galang, Deliserdang. Tapi di sana sosoknya tak ditemukan.
Edi dan istrinya ternyata telah pisah ranjang sejak Ramadhan lalu. Tapi keterangan dari sang istri membawa harapan pada polisi. Itu karena alamat seorang wanita berstatus bibi Edi diketahui polisi. Malamnya, polisi pemburu Edi pun menyergap sebuah rumah di Sei Rampah. Di situlah sang buruan akhirnya ditemukan.
Ditangkap tanpa perlawanan, Edi lalu digelandang ke Mapolres Deliserdang di Lubuk Pakam. Di sana, dia pun bercerita soal motif aksi mautnya sore 3 hari lalu itu.

Wakapolres Deliserdang, Kompol Yudi Frianto, didampingi Kasat Reskrim, AKP Ruzi Gusman, memperlihatkan barang bukti. (Walsa/metro24jam.com)
Selasa (14/11/2017) siang itu, sebelum mendatangi rumah keluarga Linceria, Edi memang tengah kalut. Itu karena dia butuh duit guna menebus motor Honda Vario milik abangnya yang (beberapa hari lalu) digadainya pada seseorang bernama Sugeng di Kecamatan Batang Kuis, Deliserdang. Uang hasil menggadai motor itu telah dihabiskan Edi di meja judi.
Nah, karena kalah judi dan harus mendapatkan duit guna menebus motor abangnya, Edi, yang residivis kasus judi itu pun teringat dengan sosok keluarga yang baru tinggal menyewa di rumah orang tua Julianus, temannya. Rumah itu memang hanya dihuni Richard dan ibunya, Ny Linceria Sitorus.
Sorenya, setiba di rumah Linceria, Edi, yang mengaku mengenal Richard dan diijinkan -Linceria- menumpang buang air kecil di kamar mandi rumah itu, awalnya berniat menyikat motor milik ibu 3 anak itu. Saat itu, motor itu tampak berada di ruang tengah.
Tapi saat sibuk mondar-mandir di ruang tengah rumah dan menemukan kunci motor itu, mata Edi lalu tergiur dengan sebuah ponsel dan mesin printer. Saat hendak mengambil ponsel dan mesin printer itulah sosok asingnya sontak menggangu hati Richard yang saat itu tengah makan–usai terbangun dari tidur.
Temuan itu langsung membuat remaja itu berteriak. Edi kontan panik. Agar teriakan korban tidak menjadi-jadi, dia yang panik langsung mengambil batu gilingan cabe dan menghantamnya ke kepala korban. Seketika korban terjatuh dan mulutnya mengeluarkan darah bercampur dengan nasi yang baru dimakannya.
Karena aneh mengetahui orang yang diijinkannya menumpang kencing tak juga ke luar, Ny Linceria pun masuk ke dalam rumah. Namun kedatangan wanita beranak tiga ini semakin membuat Edi ketakutan dan menarik tangan Linceria untuk masuk kedalam rumah. Tapi Liceria melawan dengan mengambil sapu dan memukul ke arah Edi.
Takut aksinya ketahuan, Edi langsung kabur menumpang becak motor yang kebetulan melintas. Pengendara becak itu pun sempat bertanya kepadanya soal jeritan dari rumah yang ditinggalnya. Tapi saat itu Edi menjawab : anak pemilik rumah itu terkena stroom dan sibuk memanggil-manggil ayahnya.
Kabur dengan becak dari lokasi pembantaiannya, laki yang setahun lalu dibui selama tiga bulan karena kasus judi itu pun turun di Simpang Dwi Warna, Tanjungmorawa. Dari sana, dia lalu naik angkot dan turun di depan Gang Madirsan, Tanjungmorawa, kemudian naik bus menuju Sei Rampah. Saat turun di Sei Rampah, Edi naik becak motor dan ongkosnya dibayar saat tiba di rumah bibinya.
Edi mengaku membantai kepala dan wajah Richard dengan sebuah batu gilingan cabai yang ditemukannya di rumah itu. Sambil membekap mulut Richard, batu sebesar kepalan tangan itu dibantainya ke wajah dan kepala remaja itu hingga 5 kali.
”Aku buang batu gilingannya ke sungai, aku tau korban meninggal saat naik bus ke Sei Rampah (dan melintasi lokasi peristiwa). Aku melihat rumah korban sudah ramai, aku sudah merencanakan pencurian di rumah korban,” aku Edi saat diperiksa polisi penyidik.
Atas aksi edannya, Wakapolres Deli Serdang Kompol Yudi Frianto didampingi Kasat Reskrim AKP Ruzi Gusman dalam paparannya menyebut Edi dijerat pasal 365 ayat (3), 338, 349 KUH Pidana dan Pasal 80 ayat (3) UU No.35 Tahun 2014 tentang perubahan atas UU No23.2002 tentang perlindungan anak. “Tersangka diancam hukuman mati,” tandasnya. (wal)
Sumber: http://news.metro24jam.com/read/2017...mora-ketangkap
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Selamat datang ke sumut, pusat pemerintahan ormas okp, dimana pembunuhan dan perampokan di lakukan di pagi/siang/malam tiada henti, jalanan dikuasai preman, dan teriakan "Anj1ng kaw C*na, mintak duit!" adalah teriakan sehari hari, tiap hari, 4-5 kali sehari, di semua jalanan di sumut, sama rata di pusat kota maupun di pinggiran

Sumutisme/Medanisme jauh lebih mematikan daripada terrorisme, yakin mau investasi di sumut ?

[URL="https://S E N S O Rb9YxBUbmgw"]Petisi Batok[/URL]
#SABERPUNGLISUMUTHOAX
0
1.5K
5


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan