- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Mencoba Tanpa Mata


TS
zurufa
Mencoba Tanpa Mata
“Mencoba Tanpa Mata”
Oleh Fath Zulfa Ali
“Wiiiiiiing” suara yang aku dengar ketika aku mencoba menghilangkan mataku. Terasa keraguan yang mengguncang diriku, ketika aku mencobanya. Paksaan misi, tugas, kewajiban yang diperintahkan oleh pemimpin kepada ketua kegu kita. Ketuaku berkata “ tutuplah matamu dengan sehelai kain ini”.
Diberikannya sehelai kain abu abu yang sebelumnya mengikat leherku dan leher teman-temanku setiap harinya. Perintah demi perintah diberikan ketuaku untuk hal ini. Ketakutan dan keraguan terus menyerangku, membabi buta kekuatan mentalku. Tetapi, jika aku terus tenggelam dakam ketakutan ini aku akan mati terlindas waktu. Tubuhku tergerak dengan keberanian yang diberikan rekan-rekan segrubku, kami tergerak dengan tekad yang satu, tekad inilah yang membuatku berani dan tersenyum.
Atas dasar “percaya”,”sing penting yakin” percaya! Akan ketua kami,teman kami,pemimpin kami. Percaya akan keselamatan hidup kami padanya, langkah demi langkah aku menapak. Halangan ,rintangan kita lewati berkat ketua kita ,tetapi ditengah-tengah perjalanan melewati tempat yang ramai. Aku mendengan banyak sekali anjing pengganggu yang menggonggong “lompat”,”ada lubang” dan terdengar pula gonggongan anjing terburuk yang pernah aku dengar “bodoh!!! Gendeng ta kon iku???”. Aku biarkan saja mereka yang menggonggong kepadaku dan teman-temanku. Aku hanya tersenyum pada mereka meskipun aku tidak melihat mata anjing yang terburuk itu.
Setelah terlewati tempat yang aku kira sebagai taman bermain anjing itu. kita lanjutkan perjalanan yang mengerikan ini atas dasar perintah. Aku gunakan indera pendengaranku “disini sepi” aku bilang.”kita sampai” ucap ketuaku. “hilangkanlah benda yang menghalangi mata itu” perintahnya. Dengan segera aku singkirkan benda itu dari mataku dan akhirnya terlihat ciptaan Tuhan yang berwarna ungu mekar tepat didepanku.
“hey...hey...hey...”panggil pemimpin kita dengan wajah amat kesal. Terdengar penjelasan pemimpin “ ini terlalu lama grup yang lain sudah sampai”. Dengan keadaan panik kami kembali menutup mata dan berbaris kembali bersiap untuk pergi dari sana.”budal” kataku. Dengan perintah si pemimpin kami berlari hingga sampai dibasecamp dan beristirahat menghilangkan beban berat yang menggantung dan tertumpuk ditubuhku.
Sekarang aku bisa mengerti betapa putus asanya orang-orang tuna netra yang sudah tidak bisa melihat lagi. Betapa kuatnya metal mereka saat mendengar gonggongan anjing dari orang-orang jahat. Sakit ,marah ,dendam ,ingin membunuh orang-orang itu. Tetapi kita bisa apa?? Hanya punya tubuh lemah ,punya mata juga sudah rusak. Aku bersyukur masih memiliki tubuh kuat dan mata yang masih bekerja dengan baik
XI Bahasa
Diubah oleh zurufa 29-11-2017 08:28


anasabila memberi reputasi
1
2.3K
13


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan