- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Cerita Pejalan Domestik
FR Jelajahi "sebagian" Sungai Mamberamo & Pesisirnya | Kab. Mamberamo Raya | Papua


TS
zerezandy
FR Jelajahi "sebagian" Sungai Mamberamo & Pesisirnya | Kab. Mamberamo Raya | Papua

Quote:
Jelajahi "sebagian" Sungai Mamberamo dan Pesisirnya di Kabupaten Mamberamo Raya, Papua | Pertengahan 2014
Quote:
Perjalanan ke Mamberamo Raya ane awali dari Jakarta, tempat ane mbajak sawah. Pesawat tujuan Papua memang kebanyakan malam hari (sekarang ada flightpagi), jadi pulang nguli ane lgsg beres2 barang dan packing. Selain barang pribadi, ane juga bawa barang titipan dari rekan kantor yang lumayan banyaknya. Saking banyaknya ane harus naek taksi ke kosan karena gabisa bawa nya kalo naek motor, melayang deh selembar ngurah rai dan motor kesayangan ane terpaksa ditinggal di parkiran kantor, sampai ketemu lagi ya sayang. 
Setelah nonton sebuah acara dengan unsur klasik yang dikemas secara modern yang cukup fenomenal baru2 ini di salah satu stasiun tv swasta (elah apaan sih
) ane langsung bersiap karena udah jam 21.30. Tepat jam 22.00 taksi yang sudah ane pesen sebelumnya menelepon bahwa sudah metunggu di depan dan ane langsung bergegas. Perjalanan ke bandara CGK lancar tanpa macet (iyalah jam segitu, weekday pula).
Sesampainya di bandara ane langsung ambil troli buat bawa barang2, dan tak lupa membayar tentunya. Masuk gerbang checkin nunjukin kode booking doank dari tulisan pulpen di tangan ke petugas dan memindah barang bawaan ke conveyor belt untuk di scan, alamak memang lumayan jg bawaan ane (overbagasi 26 Kg
) itung2 olahraga malem2. Di meja petugas checkin maskapai yg ane gunakan nampak antrian beberapa orang, ga sepi dan ga rame juga sih, rata2 tujuan makasar dan papua (emang maskapai kain tradisional ini kan jam segini flight nya kesono doank).
Tepat jam 23.55 pesawat take off dari runwaysetelah taxi cukup lama dan juga setelah jam tangan ane cepetin 2 jam (ini sih namanya telat
) karena menyesuaikan waktu di papua. Beberapa saat setelah lampu tanda kenakan sabuk pengaman dimatikan keadaan tiba2 menjadi gelap gulita, dan tau2 ane dibangunin pramugari cantig & menteg, dan selanjutnya terjadilah hal2 yang diinginkan tersebut, sudah pada tau lah ga perlu ane ceritain
(makan nasi goreng
, karena ane liat depan ane milih nasi rames lauknya bikin ga selera).
Sesudah minta tambahan segelas teh hangat kepada pretty & plump stewardess, keadaan menjadi gelap kembali sampai ane terbangun ketika matahari sudah menampakkan wajahnya yang malu2 di ufuk timur (alah gagal niru bahasa novel
). Terlihat indahnya danau sentani dari kejauhan dan pesawat tiba2 menukik tajam, sangat tajam, setajam.. ... ya inti nya pesawat mau landing lah. Pendaratan yang mulus, wajar lah kalau ini maskapai mengincar segmen pasar yang selama ini dikuasai mutlak oleh maskapai plat merah di penerbangan domestik saat ini, hire pilotnya ga asal2an, dari cara landingnya sih kerasa kalo pilot berpengalaman (bah cetek bener ane ambil kesimpulan nya
).
Keluar pesawat ane menuju area baggage claim bandara DJJ, dan hanya 1 conveyor belt yang berfungsi, alamat antri panjang deh. Oiya disini terdapat troli barang, namun semua sudah dikuasai mutlak oleh porter yang rata2 orang lokal, jadi kalo pengen pake troli nya harus pake juga porternya (emang barang di “pake’). Setelah beres dan memberi tips goban ke porternya ane langsung keluar dan menemui seorang dari sekian banyak driver taksi non resmi yang sebenarnya akan mendatangi kita sendiri walaupun tidak dipanggil
, enaknya taksi non resmi ini adalah harga masih bisa di nego.
Akhirnya deal di harga 275 ribu dengan tujuan Jayapura tetapi terlebih dulu menuju terminal cargo yang letaknya beberapa ratus meter dari terminal penumpang. Sesampai di terminal cargo ane langsung menimbang barang2 titipan untuk dikirim ke Nabire dan celakanya ane lupa gabawa cash terpaksa deh minta antar driver ke atm PBA (Pusat Bank Asia) terdekat dan terdekatnya itu sekitar 4-5 Km an
kemudian kembali lagi ke terminal cargo menyelesaikan administrasi.
Titipan barang sudah beres, langsung tancap ke arah Jayapura. Perjalanan ke Jayapura kota sekitar 40 an Km tapi bisa ditempuh kurang lebih 2 jam (ga kalah ama jakarta macetnya). Jalan ke arah Jayapura memang macet di beberapa titik seperti Terminal Waena, Simpang Abepura, Hamadi, dan Entrop. Sang driver yang malas melalui macet ini langsung potong arah melewati jalur Uncen-Skyline yang relatif sepi dan pemandangan nya boleh lah
, minusnya cuma daerah ini rawan kalo malem. Turun dari Skyline melewati Teluk Youtefa yang cakep lalu menuju arah Jayaasri tempat kantor cabang ane di sini, dan setelah sampai langsung turunin barang2, bayar (driver nya minta ongkos tambah karena nganter ane PP ke atm dulu tadi, akhirnya ane kasih 300rb ga pake kembalian
) lalu tidurrr..
Untuk mendapatkan tiket pesawat menuju Bandara Kasonaweja di Kabupaten Mamberamo Raya tidak semudah pesawat komersil biasa karena yang dipakai adalah pesawat kecil single engine turbopropyang hanya muat sekitar 8-10 penumpang. Tidak heran jika kita harus menunggu berhari hari untuk dapat tiket karena yang berebut banyak, kapasitas angkutnya tidak banyak. Untuk penerbangan berjadwal ada Susi Air Senin sampai Jumat masing2 1 flight, ada juga Alda Air dengan jadwal tiap senin dan kamis 1 flight juga, dengan rata2 harga tiket kurang lebih 3 juta an per pax. Ane sendiri kehabisan tiket dan baru ada seminggu kemudian
.
Beberapa hari hunting tiket akhirnya ane bersama 2 orang rekan ane yang juga akan menuju ke Mamberamo memutuskan ikut pesawat charter milik maskapai Tariku Air, kebetulan ada orang lain dari perusahaan tetangga ingin charter juga jadi sekalian patungan. Fyi, harga charter 1 pesawat sekitar 36 jutaan lebih, dan kami bertiga patungan sekitar 8 juta
sisanya sekitar 12 jutaan ditombokin orang lain tadi. Berangkatlah ane keesokan pagi hari nya ke bandara, namun bukan di terminal reguler melainkan di hangar Tariku Air karena langsung boarding disana. Letaknya ga jauh dari terminal cargo tempat ane kirimin barang kemarin2.
Padahal ane berharap bisa menikmati pemandangan diatas eh ternyata gelap juga pemandangan nya (ketiduran
). Setelah sekitar 1 jam penerbangan, mendekati sungai Mamberamo ane terbangun oleh bisingnya suara propellereh dibangunin temen sih (perasaan dari waktu take off emang udah berisik) dan pesawat bersiap landing. Seperti saat take off pada waktu landing pun tetap mulus, tapi itu sih perasaan ane aja karena yang laen pada bilang enggak
. Entah kenapa ane lebih merasa nyaman naek pesawat kecil, meskipun kalo lagi terbang ada angin kenceng malah lebih terasa guncangan nya
, tapi masih bisa menikmati pemandangan di bawah, kalo naik pesawat jet komersial kan yang diliat cuma awan dan awan.
Bandara Kasonaweja di Kabupaten Mamberamo mempunyai Runwaydengan panjang sekitar 400 m dengan konstruksi sirtu yang dipadatkan dan tidak berpagar. Cukup pendek namun pas untuk pesawat seukuran ini, kalo ga salah tipe nya PAC 750XL buatan Pacific Aerospace Corporation. Malah kadang runway nya ini dipake anak2 kecil main bola yang letak sekolahnya ga jauh dari bandara
. Ada suatu cerita saat pesawat mau landing ternyata ada beberapa pig yang lagi main2 di runway dan akhirnya pesawat yg sudah di posisi landing kembali terbang memutar sambil menunggu pig nya lewat
.
Dari bandara, ane berjalan menuju dermaga karena tempat tujuan ane, Burmeso letaknya di seberang sungai Mamberamo. Sebenarnya ada ojek dengan harga 10 ribu namun ane coba berjalan kira2 15-20 menit udah nyampe. Disitu antri dengan penumpang lain untuk naik speed (orang sini nyebutnya speedboat, padahal kenyataan nya cuman perahu biasa dengan mesin tempel
). Ongkosnya bervariasi antara 25-100 ribu per orang bergantung banyaknya penumpang yang naik, kalo naik sendirian sih lebih mahal bayarnya (iyalah itungan nya carter
). Menyeberang ke dermaga Burmeso tidak lama, tidak sampai 30 menit sudah tiba di seberang karena arahnya mengikuti arus sungai, kalo arah sebaliknya melawan arus sungai butuh waktu lebih lama.
Selanjutnya dari dermaga Burmeso ane masih harus naik ojek lagi menuju kantor cabang disini, tempat tinggal sementara ane. Benar2 perjalanan darat-air-udara, udah macam elemen di film avatar aja
. Dengan jarak kurang lebih 4 Km, ongkos ojek 25 rb cukup worthlah mengingat panasnya disini dan kondisi jalan yang naik turun berbatu. Fyi suhu disini dapat mencapai 38-39 derajat celcius, masih sedikit lebih rendah lah dari tempat ane sebelumnya di kalimantan tengah yang pernah sampai 41-42
.
Setelah menghabiskan beberapa hari yang panas disini, ane melanjutkan perjalanan ke suatu daerah bernama Trimuris yang dapat ditempuh ke arah utara/hilir Sungai Mamberamo selama 2 jam naik speed/perahu motor tempel (S/PMT) atau 4-6 jam naik kapal perintis. Kapal perintis ini juga melayani rute Burmeso-Trimuris-Sarmi-Jayapura dan ongkos nya berkisar 100 ribu, tapi nyampe Jayapura 3 hari
bahkan lebih untuk rute sebaliknya karena melawan arus sungai. Ada 2 jenis kapal perintis yang sempet ane lihat dengan nama lambung Marthen Indeij dan Lestari, ukuran nya tidak terlalu besar memang, suatu saat ane juga pingin mencoba sensasi menaikinya
.
Dengan menumpang Dump Truck ke arah dermaga, ane langsung naik ke perahu ketika motoris S/PMT sudah datang (kenyataan nya nunggu motoris nya datang 3 jam
), karena ga semua S/PMT disini yang mau ke Trimuris, kebanyakan hanya melayani rute penyeberangan Burmeso-Kaso saja. Ongkosnya lumayan, hampir 1 juta per orang tapi gpp lah daripada disuruh berenang
yang ada malah dicaplok Crocodylus novaeguineae yang populasinya cukup banyak di Sungai ini. Perjalanan cukup lancar sampai akhirnya sampai Trimuris menjelang maghrib, beberapa pemandangan yang sempat diabadikan dengan hape butut ane di perjalanan antara lain:
Semula ane mengira disini lebih panas dari Burmeso, karena posisinya lebih ke arah hilir eh ternyata beda drastis, disini se dingin Kota Malang dan kalo abis ujan pasti berkabut. Kesalahan ane adalah meninggalkan jaket di Burmeso untuk menekan bobot tas, tapi untungnya ane udah terbiasa dengan cuaca dingin seperti ini
. Seperti biasa setiba di kantor cabang sini ane langsung molorr
, eh ternyata gabisa merem gara2 perut bunyi terus, akhirnya tanya2 dan dapet info warung terdekat dari sini jaraknya 2 km dan itupun jalan kaki, pulang makan dijamin lapar lagi nih
. Disini ane sempat berjalan masuk ke hutan melewati jalan setapak yang masih baru dibuat, pemandangan nya sih ajib, tapi lalat babinya juga ajib
Beberapa hari yang dingin disini akhirnya harus diakhiri, sore hari setelah jalan kaki PP 4 Km untuk makan
ane bersiap naik S/PMT ke Burmeso kembali. Setelah mengisi bbm motoris langsung tancap gas, namun di tengah2 perjalanan tetiba berhenti mendadak. Ternyata di depan sedang hujan deras dan motoris bertanya, pada siap nggak nerobos ujan (Yaelah yang harus siap harusnya ente motorisnya tong, pan kitorang tinggal duduk). Dan benar saja, sensasinya beda ketika naik perahu terbuka menerobos hujan, Basah!
.
Kami sempat mampir di suatu kampung di tepian sungai yang bernama Kampung Wini sambil menunggu hujan reda. Sama seperti di Burmeso dan Trimuris, disini tidak ada listrik, jadi hanya keluarga yang mempunyai genset yang rumahnya terang ketika malam hari, yang lain ya terpaksa mati gaya sampai keesokan harinya
. Namun tak jarang juga genset menganggur karena susahnya mencari solar disamping harganya yg cukup tinggi disini, sekitar Rp. 19.000-21.000 per liter bergantung ketersediaan, makin langka makin mahal. Padahal arus sungai mamberamo sendiri punya potensi sangat besar untuk dibangun PLTA, dan terik nya matahari disini bisa digunakan sebagai sumber energi solar cell.
Sampai di Burmeso langit sudah gelap, dan pakaian sudah kering kena angin (mesti kerokan nih ntar malem biar ga masuk angin). Buru2 cari ojek menuju tempat peristirahatan, kemudian mandi dan selanjutnya tau sendirilah
. Pagi besoknya bangun langsung dapat info bahwa choppersewaan kantor akan ada trip ke Biak esok nya, wah pas juga nih kalo nebeng kesana daripada harus balik ke arah timur dulu lagi ke Jayapura. Langsung beres2 baju dan cucian, serta bayar hutang2 di warung dan toko langganan
.
Pada pagi hari keberangkatan, eh kepulangan sih tepatnya, pilot beserta crew sudah standby di helipad menunggu para penumpang yang akan ikut berangkat, memang yah ga salah kalo orang indonesia itu terkenal akan Djam Karet nya
, sampai pilotnya geleng2 kepala. Setelah semua persiapan selesai, chopper mulai dipanasin mesin nya, lebih berisik dari fixed wing plane, namun saat take off lebih halus, tau2 udah diatas aja. Menyusuri Sungai Mamberamo dari atas memang sangat indah, udah seperti di Amazon, Brazil aja (padahal blom pernah kesana
). Tapi sayangnya ga seindah hasil jepretan di kamera, maklum hape butut
.
Perjalanan dari Burmeso ke Biak ditempuh kurang lebih 1 jam lebih dikit dengan helikopter jenis Mi-171ini. Landing di bandara Frans Kaisiepo Biak pas ketika jadwal pesawat komersial sebuah maskapai milik warga indonesia (Bukan BUMN) yang berwarna biru sudah boarding dan final call, jadinya harus menginap dulu semalam disini. Di depan bandara persis ada sebuah hotel dengan nuansa resort yang lumayan bagus, harganya juga bagus, bagus buat yang punya hotel maksutnya
.

Setelah nonton sebuah acara dengan unsur klasik yang dikemas secara modern yang cukup fenomenal baru2 ini di salah satu stasiun tv swasta (elah apaan sih

Sesampainya di bandara ane langsung ambil troli buat bawa barang2, dan tak lupa membayar tentunya. Masuk gerbang checkin nunjukin kode booking doank dari tulisan pulpen di tangan ke petugas dan memindah barang bawaan ke conveyor belt untuk di scan, alamak memang lumayan jg bawaan ane (overbagasi 26 Kg

Spoiler for brangkatttt yuuuu:
Quote:

Spoiler for CGK-DJJ:

Tepat jam 23.55 pesawat take off dari runwaysetelah taxi cukup lama dan juga setelah jam tangan ane cepetin 2 jam (ini sih namanya telat



Sesudah minta tambahan segelas teh hangat kepada pretty & plump stewardess, keadaan menjadi gelap kembali sampai ane terbangun ketika matahari sudah menampakkan wajahnya yang malu2 di ufuk timur (alah gagal niru bahasa novel


Keluar pesawat ane menuju area baggage claim bandara DJJ, dan hanya 1 conveyor belt yang berfungsi, alamat antri panjang deh. Oiya disini terdapat troli barang, namun semua sudah dikuasai mutlak oleh porter yang rata2 orang lokal, jadi kalo pengen pake troli nya harus pake juga porternya (emang barang di “pake’). Setelah beres dan memberi tips goban ke porternya ane langsung keluar dan menemui seorang dari sekian banyak driver taksi non resmi yang sebenarnya akan mendatangi kita sendiri walaupun tidak dipanggil

Akhirnya deal di harga 275 ribu dengan tujuan Jayapura tetapi terlebih dulu menuju terminal cargo yang letaknya beberapa ratus meter dari terminal penumpang. Sesampai di terminal cargo ane langsung menimbang barang2 titipan untuk dikirim ke Nabire dan celakanya ane lupa gabawa cash terpaksa deh minta antar driver ke atm PBA (Pusat Bank Asia) terdekat dan terdekatnya itu sekitar 4-5 Km an

Titipan barang sudah beres, langsung tancap ke arah Jayapura. Perjalanan ke Jayapura kota sekitar 40 an Km tapi bisa ditempuh kurang lebih 2 jam (ga kalah ama jakarta macetnya). Jalan ke arah Jayapura memang macet di beberapa titik seperti Terminal Waena, Simpang Abepura, Hamadi, dan Entrop. Sang driver yang malas melalui macet ini langsung potong arah melewati jalur Uncen-Skyline yang relatif sepi dan pemandangan nya boleh lah


Spoiler for Sentani-Jayapura:

Untuk mendapatkan tiket pesawat menuju Bandara Kasonaweja di Kabupaten Mamberamo Raya tidak semudah pesawat komersil biasa karena yang dipakai adalah pesawat kecil single engine turbopropyang hanya muat sekitar 8-10 penumpang. Tidak heran jika kita harus menunggu berhari hari untuk dapat tiket karena yang berebut banyak, kapasitas angkutnya tidak banyak. Untuk penerbangan berjadwal ada Susi Air Senin sampai Jumat masing2 1 flight, ada juga Alda Air dengan jadwal tiap senin dan kamis 1 flight juga, dengan rata2 harga tiket kurang lebih 3 juta an per pax. Ane sendiri kehabisan tiket dan baru ada seminggu kemudian

Beberapa hari hunting tiket akhirnya ane bersama 2 orang rekan ane yang juga akan menuju ke Mamberamo memutuskan ikut pesawat charter milik maskapai Tariku Air, kebetulan ada orang lain dari perusahaan tetangga ingin charter juga jadi sekalian patungan. Fyi, harga charter 1 pesawat sekitar 36 jutaan lebih, dan kami bertiga patungan sekitar 8 juta

Spoiler for Diajak poto bareng dulu sebelum dinaekin:
Quote:

Padahal ane berharap bisa menikmati pemandangan diatas eh ternyata gelap juga pemandangan nya (ketiduran



Spoiler for Landing Position Capt:
Quote:

Bandara Kasonaweja di Kabupaten Mamberamo mempunyai Runwaydengan panjang sekitar 400 m dengan konstruksi sirtu yang dipadatkan dan tidak berpagar. Cukup pendek namun pas untuk pesawat seukuran ini, kalo ga salah tipe nya PAC 750XL buatan Pacific Aerospace Corporation. Malah kadang runway nya ini dipake anak2 kecil main bola yang letak sekolahnya ga jauh dari bandara


Dari bandara, ane berjalan menuju dermaga karena tempat tujuan ane, Burmeso letaknya di seberang sungai Mamberamo. Sebenarnya ada ojek dengan harga 10 ribu namun ane coba berjalan kira2 15-20 menit udah nyampe. Disitu antri dengan penumpang lain untuk naik speed (orang sini nyebutnya speedboat, padahal kenyataan nya cuman perahu biasa dengan mesin tempel


Spoiler for Port of Burmeso:
Quote:

Spoiler for Gugel map pun nyerah cari rute nya:

Selanjutnya dari dermaga Burmeso ane masih harus naik ojek lagi menuju kantor cabang disini, tempat tinggal sementara ane. Benar2 perjalanan darat-air-udara, udah macam elemen di film avatar aja


Setelah menghabiskan beberapa hari yang panas disini, ane melanjutkan perjalanan ke suatu daerah bernama Trimuris yang dapat ditempuh ke arah utara/hilir Sungai Mamberamo selama 2 jam naik speed/perahu motor tempel (S/PMT) atau 4-6 jam naik kapal perintis. Kapal perintis ini juga melayani rute Burmeso-Trimuris-Sarmi-Jayapura dan ongkos nya berkisar 100 ribu, tapi nyampe Jayapura 3 hari


Dengan menumpang Dump Truck ke arah dermaga, ane langsung naik ke perahu ketika motoris S/PMT sudah datang (kenyataan nya nunggu motoris nya datang 3 jam


Spoiler for Sunset Near Trimuris:
Quote:

Spoiler for Still Near Trimuris:
Quote:

Spoiler for Burmeso-Terimuris:

Semula ane mengira disini lebih panas dari Burmeso, karena posisinya lebih ke arah hilir eh ternyata beda drastis, disini se dingin Kota Malang dan kalo abis ujan pasti berkabut. Kesalahan ane adalah meninggalkan jaket di Burmeso untuk menekan bobot tas, tapi untungnya ane udah terbiasa dengan cuaca dingin seperti ini



Spoiler for GPS Smartphone:
Quote:

Spoiler for Koordinat GPS S 020548.4 E 1375443.3:
Quote:

Spoiler for Sluncuran enak nih :
Quote:

Spoiler for Naik-naik Ke Puncak Gunung:
Quote:

Beberapa hari yang dingin disini akhirnya harus diakhiri, sore hari setelah jalan kaki PP 4 Km untuk makan


Spoiler for Hujan Deras Di Depan:
Quote:

Spoiler for Kabut Setelah Hujan:
Quote:

Spoiler for Masih Berkabut:
Quote:

Spoiler for Lagi-lagi Kabut:
Quote:

Spoiler for Lagi dan Lagi:
Quote:

Spoiler for Kabut dan Kabut:
Quote:

Kami sempat mampir di suatu kampung di tepian sungai yang bernama Kampung Wini sambil menunggu hujan reda. Sama seperti di Burmeso dan Trimuris, disini tidak ada listrik, jadi hanya keluarga yang mempunyai genset yang rumahnya terang ketika malam hari, yang lain ya terpaksa mati gaya sampai keesokan harinya

Spoiler for Teluk Kampung Wini:
Quote:

Spoiler for Kampung Wini:
Quote:

Sampai di Burmeso langit sudah gelap, dan pakaian sudah kering kena angin (mesti kerokan nih ntar malem biar ga masuk angin). Buru2 cari ojek menuju tempat peristirahatan, kemudian mandi dan selanjutnya tau sendirilah


Pada pagi hari keberangkatan, eh kepulangan sih tepatnya, pilot beserta crew sudah standby di helipad menunggu para penumpang yang akan ikut berangkat, memang yah ga salah kalo orang indonesia itu terkenal akan Djam Karet nya



Spoiler for Intip Jendela:
Quote:

Spoiler for Bagus Aslinya, Jelek Fotonya:
Quote:

Spoiler for Di Atas Selat Yapen:

Spoiler for Touchdown Biak:

Spoiler for Groufie with chopper crew:
Quote:

Spoiler for Kapan Lagi Naek Chopper:
Quote:

Spoiler for Burmeso-BIK:

Perjalanan dari Burmeso ke Biak ditempuh kurang lebih 1 jam lebih dikit dengan helikopter jenis Mi-171ini. Landing di bandara Frans Kaisiepo Biak pas ketika jadwal pesawat komersial sebuah maskapai milik warga indonesia (Bukan BUMN) yang berwarna biru sudah boarding dan final call, jadinya harus menginap dulu semalam disini. Di depan bandara persis ada sebuah hotel dengan nuansa resort yang lumayan bagus, harganya juga bagus, bagus buat yang punya hotel maksutnya

..tu bi kontinyuwed
Diubah oleh zerezandy 20-11-2017 07:26


tata604 memberi reputasi
1
3.2K
Kutip
12
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan