Kaskus

Story

resty.afikaAvatar border
TS
resty.afika
Aku Bukan Pelakor
Setelah itu kami putus. Bukan, bukan putus. Namun aku yang mengalah pada takdir yang seolah berbisik, "kamu ngga akan menang kali ini. Krisan terlalu istimewa". Bodo amatlah yaa.
Akhirnya aku sibuk menangkan hatiku yang hancur. Hancur bukan hanya patah. Cinta pertamaku di ambil orang. Aku marah sekali pada wanita itu. Dan terkadang jika nama Krisan disebut, hatiku luka.
Lalu apakah aku benar-benar pergi dari kehidupannya? Jawabannya tidak. Berkali-kali aku mengadu pada Tuhanku. Mengadu pada tempat sebaik-baiknya aku kembali. Aku menangisi kehilangan manusia tapi aku lupa bahwa Tuhanku selalu berada di sisiku.
Aku berkali-kali menghubungi lelakiku. Tidak mengumbar kata mesra tentunya. Hanya sekadar bertanya kabar menggemaskan. Namun aku tidak terikat status apapun. Hanya teman. Iya teman yang lebih dari teman.
Suatu hari dia bilang, "aku adalah bayangan kamu. Jadi kemanapun kamu pergi aku tetap disisimu". Pret. Persetan dengan kata-kata tersebut. Kemudian aku yang masih polos, percaya saja dengan ucapannya. Menghujam tajam dalam dadaku -sampai kini-.
Aku tidak mau dibilang pelakor tentu saja. Dia yang pelakor. Pokoknya Krisan yang salah. Masa bodoh dengan segala pembelaannya. Lalu apakah hatiku ikhlas? Entahlah, namun aku berusaha melepaskannya.
Jangan tanya berapa laki-laki yang mengejarku kala itu. Banyak sekali. Aku lupa berapa jumlahnya. Mungkin mencapai delapan. Tapi tak ada yang bisa menarik perhatianku daripada lelaki tampanku itu.
Oke baiklah, lelaki tampanku sebut saja namanya Fajar. Aku cukupkan memanggil dia sebagai lelakiku. Karena siapalah aku dihatinya.
Beberapa bulan kemudian, saat hatiku mulai tenang karena di selingkuhi. Aku kembali menjalin hubungan dengan seorang lelaki. Bagus namanya. Ia manis menggemaskan.
Saat itu aku duduk di semester akhir sekolahku. Aku jatuh conta lagi. Eh cinta? Bukan! Aku hanya menyayanginya. Tidak lebih, tidak kurang. Namun kalian harus tahu, aku bahagia.
Dia cerdas dan soleh tentu saja. Aku menyayanginya dan tidak mau berpisah dengannya. Seakan saat itu aku berteriak, "Tuhan aku sudah bahagia. Cukupkan kesedihan-kesedihan itu".
Tuhan berkata lain, saat aku mulai menyayangi Bagus. Sesuatu terjadi pada hari ke tujuh belas hubunganku dengannya. Menurut penuturan temanku. Motornya ingin menyalip sebuah angkot. Namun gagal. Kemudian dari belakang ternyata ada truk, kemudian braaak. Bagus ditabrak. Nyawanya tidak bisa di selamatkan.
Aku menangis meraung. Seolah bertanya pada Tuhan, "Why me God?". Kenapa aku lagi? Kenapa aku lagi yang harus terluka?
Polling
0 suara
Jadi aku pelakor atau bukan?
0
5.5K
30
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan