Menikah adalah jalan untuk sempurnakan agama. Laki-laki yang menikahi seorang wanita. Wanita tersebut telah menyempurnakan agama suaminya. Wanita yang dinikahi oleh seorang pria. Maka pria itu telah menyempurnakan agama istrinya. Sempurnakan agama adalah prestasi bukan? Levelnya lebih tinggi dari wisuda sarjana, master, bahkan doktor sekalipun. Meskipun gelar-gelar itu bukanlah hal yang diperoleh mudah. Tetapi menikah adalah sebuah prestasi yang mendekatkan diri pada jalan takwa.

Saya belum menikah. Sekedar informasi bahwa yg menulispun berstatus single agar tak menutup kemungkinan meraih "lirikan" para pembaca. Bukan, maksud sebenarnya adalah agar tulisan ini dapat diperbaiki oleh para pembaca yg sudah menikah karena tentu yang paling tahu bagaimana rasanya menikah adalah mereka yg telah melaluinya.

Saya menulis ini dari sebuah riset pribadi. Mereka yang sudah menikah mempunyai senyum yang lebih indah, ranum, merekah. Saya pun yakin itu bukan sekedar tampilan di wajah. Sebab kebahagiaan itu memiliki aura. Seorang teman yang usianya lebih muda dariku, tepatnya 24 tahun. Ia menikah, setelah resepsi ia hanya mengantongi uang 100 ribu untuk kembali ke kota perantauan. Istrinya yg masih mahasiswi di kembalikan ke kos nya dan dirinya juga kembali ke tempatnya bernaung. Hanya berselang beberapa hari, rejeki datang untuk mendapatkan kontrakan yang murah dan nyaman.

Banyak kisah kasih yang jadi prestasi dari pasangan halal. Kisah yang tak mudah karena butuh perjuangan dan pengorbanan. Lalu aku, kamu. Kapan Nikah?

Jawabnya ada... di ujung langit...