- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Suatu Sore : Sosok Jilbab Merah Itu


TS
gitsrijal
Suatu Sore : Sosok Jilbab Merah Itu
Kami berpapasan di trotoar persimpangan PGC dimana angkot 06 berbelok. Dari kejauhan sosok itu berjalan mendekatiku dan aku berjalan mendekatinya. Sosok itu mengenakan jilbab berwarna merah. Kaos berlengan panjang yang juga berwarna sama dengan jilbabnya.
Raut mukanya mengingatkan aku pada seseorang. Sepertinya aku pernah melihat wajah itu. Kami berpapasan tepat di tengah panjangnya trotoar itu. Semula dia tampak diam. Raut mukanya datar. Namun auranya teduh. Matanya juga teduh. Mata itu mengingatkan aku pada seseorang.
Jarak kami kian dekat saja. tiba-tiba raut mukanya berubah menjadi sumringah. Seolah mendapatiku adalah orang yang dikenalnya, Apakah memang dia mengenalku? Entahlah. Dia mempercepat langkahnya menujuku dan ternyata dia menyambut sosok yang ada di belakangku. Siapakah?
Refleks aku membalikkan badan. Saat itu aku melihat adegan yang sangat mirip dengan sinetron. Sosok itu menyambut dua sosok anak-anak yang mengamen.
Sepertinya antara anak-anak dan sosok berjilbab merah saling mengenal. Mereka menyalami sosok itu selayaknya adik menyalami kakaknya yang dirindukan. Mereka mencium tangannya. Dan dia pun dengan senang hati, Tanpa ragu dan canggung memeluk anak-anak itu. Aku mengerjap. Mungkin salah lihat namun yang tergambar di mata aku saat itu memang dia memeluk anak-anak itu. Terlihat anak-anak itu sangat lusuh dan dekil. Dan hal itu tak menyurutkan kemuaan si sosok untuk tetap memeluknya.
Adegan ini sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Sayang aku tak mempunyai kamera untuk mengabadikannya. Bahkan aplikasi handphoneku belum mampu untuk merekan moment berharga. Aku hanya bisa menyayangkan hal ini.
Beberapa saat aku terdiam. Terpaku. Melihat adegan tulus itu. Lalu aku melanjutkan perjalanan menuju halte bus way PGC. Dalam perjalanan menuju halte tersebut sempat berpikir untuk mengingat-ngingat wajah itu. Wajah yang sepertinya pernah aku lihat di kampus dulu sewaktu akau masih kuliah. Sembari jalan itu pula aku merenung, kadang aku tak bisa begitu tulus menerima keadaan seseorang. Kadang masih merasa jijik dengan hal kotor dari seseorang dari segi penampilannya. Namun sosok itu mengajarkanku untuk menerima siapapun. Dalam kondisi apapun. dan kebetulan sekali sosok pengamen cilik itu selain dekil juga basah karena hujan sore ini.
Akhirnya aku tiba diatas jembatan. Sosok berjilbab merah itu masih duduk berjongkok. Aku melihatnya dari atas jembatan, dari kejauhan. Kemudian satu anak lagi datang untuk bergabung dengan kerumunan itu. Ah, namun system trafic lamp menghalangi dan mengaburkan pandanganku. Aku mencari posisi yang jelas namun usahaku sia-sia. Masih terhalang kendaraan yang berhenti.

Perjalanan sore ini mengingatkanku satu hal. terima saja keadaan orang yang ada disekelilingmu. Bercengkrama dan berinteraksilah dengan setulus hati. Karena hanya hati yang bisa memahami hati.
Raut mukanya mengingatkan aku pada seseorang. Sepertinya aku pernah melihat wajah itu. Kami berpapasan tepat di tengah panjangnya trotoar itu. Semula dia tampak diam. Raut mukanya datar. Namun auranya teduh. Matanya juga teduh. Mata itu mengingatkan aku pada seseorang.
Jarak kami kian dekat saja. tiba-tiba raut mukanya berubah menjadi sumringah. Seolah mendapatiku adalah orang yang dikenalnya, Apakah memang dia mengenalku? Entahlah. Dia mempercepat langkahnya menujuku dan ternyata dia menyambut sosok yang ada di belakangku. Siapakah?
Refleks aku membalikkan badan. Saat itu aku melihat adegan yang sangat mirip dengan sinetron. Sosok itu menyambut dua sosok anak-anak yang mengamen.
Sepertinya antara anak-anak dan sosok berjilbab merah saling mengenal. Mereka menyalami sosok itu selayaknya adik menyalami kakaknya yang dirindukan. Mereka mencium tangannya. Dan dia pun dengan senang hati, Tanpa ragu dan canggung memeluk anak-anak itu. Aku mengerjap. Mungkin salah lihat namun yang tergambar di mata aku saat itu memang dia memeluk anak-anak itu. Terlihat anak-anak itu sangat lusuh dan dekil. Dan hal itu tak menyurutkan kemuaan si sosok untuk tetap memeluknya.
Adegan ini sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Sayang aku tak mempunyai kamera untuk mengabadikannya. Bahkan aplikasi handphoneku belum mampu untuk merekan moment berharga. Aku hanya bisa menyayangkan hal ini.
Beberapa saat aku terdiam. Terpaku. Melihat adegan tulus itu. Lalu aku melanjutkan perjalanan menuju halte bus way PGC. Dalam perjalanan menuju halte tersebut sempat berpikir untuk mengingat-ngingat wajah itu. Wajah yang sepertinya pernah aku lihat di kampus dulu sewaktu akau masih kuliah. Sembari jalan itu pula aku merenung, kadang aku tak bisa begitu tulus menerima keadaan seseorang. Kadang masih merasa jijik dengan hal kotor dari seseorang dari segi penampilannya. Namun sosok itu mengajarkanku untuk menerima siapapun. Dalam kondisi apapun. dan kebetulan sekali sosok pengamen cilik itu selain dekil juga basah karena hujan sore ini.
Akhirnya aku tiba diatas jembatan. Sosok berjilbab merah itu masih duduk berjongkok. Aku melihatnya dari atas jembatan, dari kejauhan. Kemudian satu anak lagi datang untuk bergabung dengan kerumunan itu. Ah, namun system trafic lamp menghalangi dan mengaburkan pandanganku. Aku mencari posisi yang jelas namun usahaku sia-sia. Masih terhalang kendaraan yang berhenti.

Perjalanan sore ini mengingatkanku satu hal. terima saja keadaan orang yang ada disekelilingmu. Bercengkrama dan berinteraksilah dengan setulus hati. Karena hanya hati yang bisa memahami hati.
Diubah oleh gitsrijal 13-11-2017 10:32


anasabila memberi reputasi
1
2.4K
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan