Dalam tradisi urang Banjar, ketika senja dan matahari berwarna kuning, maka orangtua akan segera meminta anaknya untuk masuk ke dalam rumah.
Dengan alasan, ketika senja dan matahari berwarna kuning menyala, disebut-sebut berhantu. Biasa diucapkan 'sanja kuning, bahantu'.
Nah mengenai mitos ini pula yang dibahas akun sejarah banjar. Menjelaskan mengenai mitos sanja kuning bahantu yang menjadi mitosBanjar.
Sanja kuning identik dengan mitosakan datangnya malapetaka, entah sakit atau kejadian 'berdarah'.
Quote:
Sanja kuning ini terjadi biasanya pada waktu menjelang magrib tiba. Masyarakat beranggapan apabila waktu sanja kuning tersebut menimbulkan mtos-mitos yang bervariasi.
Mitos yang dipercayai oleh masyarakat Banjar terhadap fenomena sanja kuning adalah keyakinan bahwa sanja kuning merupakan adanya suatu hal atau pertanda yang tidak baik.
Masyarakat meyakini, bahwa dengan adanya sanja kuning, berarti akan datang malapetaka, misalnya jatuh sakit, yang dinamai dengan penyakit sangga (penyakit kuning),
angin pidara (kapidaraan),bahkan dibeberapa daerah pernah disebut munculnya sanja kuning karna ada urg mati babunuhan,entah dimana hubungannya,he."
Mitos lain senja kuning diidentikan dengan berkeliarannya hantu, hingga santet. Karena alasan inilah orangtua zaman dahulu melarang anak-anak bermain ketika ada senja kuning.
"Sanja kuning juga dikaitkan dengan berkeliarannya setan2 yg baru keluar dan lapar mencari mangsa, sanja kuning juga diakaitkan dengan berkeliarannya parang maya atau santet.
oleh karena itu bagi remaja khususnya perempuan yang dilarang berada duduk-duduk di luar rumah saat sanja kuning tersebut begitu pula anak-anak dilarang bermain-main
pada waktu sanja kuning tersebut. Mitos sanja kuning memang lebih dikenal untuk menceritakan kisah-kisah di masa lampau. Kisah-kisah tersebut biasanya dianggap sebagai warisan orang-orang zaman dahulu.
Mitos sanja kuning adalah salah satu kisah yang terdapat di Kalimantan Selatan khususnya pada masyarakat Banjar. Dalam sejarah, kepercayaan terhadap mitos sanja kuning ini sudah ada secara turun temurun dalam masyarakat."
Quote:
Karena mitos inilah, banyak hal yang dianggap tabu, hingga memunculkan larangan dan anjuran seperti:
- Tidak diperbolehkan keluar dan beraktivitas di luar rumah pada waktu sanja kuning ini, khususnya untuk anak-anak.
- Dilarang duduk di depan pintu dan beranda rumah
- Tidak diperbolehkan memasak dengan menggunakan kompor,tetapi harus menggunakan kayu bakar.
- Dianjurkan untuk berdo’a memohon perlindungan.
- Marabun dupa atau membakar kemenyan
- Dilarang membunyikan dan memainkan alat musik
"Larangan-larangan atau anjuran tersebut jika dilanggar akan berakibat pada hal-hal yang tidak diinginkan.
Hal-hal yang tidak diinginkan tersebut seperti sakit yang berkepanjangan, tekena angin pidara atau kapidaraan dan lain sebagainya."
Dalam bahasa Indonesia, sanja kuning adalah lembayung. Lembayung berarti merah jingga, warna yang terlihat ketika matahari mulai tenggelam
[url]Dilansirhttp://antararuangmakna.blogspot.co.idwaktu[/url] lembayung senja merupakan fase ketika matahari hampir sepenuhnya terbenam. Waktu merendahnya matahari dimulai ketika pukul tiga sore.
Fase ini ditandai dengan condongnya matahari ke ufuk barat dan berubahnya cahaya matahari perlahan dari kuning keemas-emasan menjadi merah jingga.
Cakrawala akan berubah menjadi merah jingga atau oranye ketika lembayung. Hawa panas akan berangsur-angsur menjadi sejuk.
Lembayung senja merupakan fase puncak dari pergerakan matahari dalam satu hari. Ketika lembayung berakhir, matahari telah utuh terbenam di ufuk barat dan secara perlahan akan berganti dengan kegelapan.
Bersyukurlah jika manusia di bumi masih menikmati saat-saat yang romantis ini, karena ketika lembayung dan senja banyak sekali diidiomkan orang sebagai saat-saat yang paling romantis di samping saat matahari terbit dan bulan purnama dengan bintang gemintangnya.
Terbenamnya matahari banyak sekali dimaknai sebagai fase penyempurnaan. Dalam sistem penanggalan Islam, saat-saat lembayung merupakan saat-saat pergantian hari.
Sistem penanggalan Islam adalah diawali dengan gema adzan Magrib sebagai permulaan sebuah hari, bukan ketika jam menunjukkan pukul duabelas malam. Dengan sistem penaggalan inilah, penyempurnaan hari dalam Islam ditandai dengan waktu lembayung senja.
Dalam Alquran pun waktu lembayung senja disinggung dalam Surah Al-Insyiqaaq. Di ayat ke-16 diterangkan bahwa Allah telah bersumpah ketika cahaya merah di waktu senja dan ketika pada waktu malam, bahwa sesungguhnya manusia akan melewati fase kehidupan.
Fase tersebut berjalan ketika pembuahan sel telur oleh sperma hingga manusia tersebut meninggal dan dibangkitkan kembali. Surah tersebut mengutarakan terjadinya kiamat dan janji Allah kepada orang yang beriman ketika kiamat.
Berangkat dari ayat tersebut, sumpah Allah kepada makhlukNya terucap bukan ketika pagi atau siang, melainkan pada senja menuju malam. Senja sebagai saat-saat pergantian hari menuju malam serta pergantian tanggal dalam sistem Islam merupakan
saat ketika manusia harus menghentikan sejenak aktivitasnya dan melakukan ibadah kepada Allah. Ibadah ini ditandai dengan berkumandangnya azan Maghrib sebagai tanda bergantinya siang menuju malam. Saat-saat ketika manusia harus melakukan
penyempurnaan atas aktivitas dunia yang dilakukan pada pagi dan siang hari. Dan penyempurnaan itu ialah bersujud dan mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan Seru Sekalian Alam.
Antara mitos dan fakta sih gan kalau menurut ane. Yang percaya boleh dan yang tidak percaya juga boleh
Satu hal lagi gan. Jangan pernah meremehkan mitos karna kita tak pernah tau ketika mitos menjadi nyata ? Karna kebudayaan adalah mitos tp faktanya terjadi
Spoiler for sumber:
banjarmasin.kaltenginfo, muhammad hilmi. Tribunews.kalselteng.com