- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Riset : Generasi Milenial yang Boros dan Berkocek Cetek


TS
rudiasman
Riset : Generasi Milenial yang Boros dan Berkocek Cetek

Banyak yang bilang, generasi milenial adalah kelompok demografi yang terancam tak bisa beli rumah. Kekhawatiran itu bahkan pernah terlontar dari mulut Menko Perekonomian Darmin Nasution. Pasalnya, generasi muda ini tidak punya tabungan.
Secara pendapatan, sebetulnya cukup bisa diandalkan. Banyak generasi milenial yang berpenghasilan di atas upah minimum, bahkan di atas rata-rata pendapatan perkapita Rp 47,96 juta pertahun.
Generasi milenial sangat konsumtif. Sebuah studi global yang dilakukan oleh Bankrate.com mengungkapkan jika milenial yang dikenal dengan melek teknologi ini juga dinilai reputasi keuangannya tidak terlalu cemerlang. Kebanyakan menghabiskan uang di luar rumah, seperti nongkrong di café atau menjajal layanan belanja online.

Demikian juga disampaikan grant Sabatier, pendiri Millenial Money seperti dikutip Liputan6 dari USA Today. Ia menuturkan, kalau survei Bankrate tersebut mewakili generasi milenial terutama menghabiskan uang untuk beli kopi. Rata-rata generasi milenial minum lebih banyak kopi dan menghabiskan lebih banyak uang setiap tahun ketimbang menabung untuk pensiun.
Hunian
Persoalan keuangan generasi milenial ini berdampak pada preferensi hunian. Menurut berbagai survei baik secara nasional maupun global, tren hunian untuk generasi bonus demografi ini akan mengarah ke hunian vertikal. Hunian tapak tak lagi diminati generasi milenial karena persoalan performa keuangan.

Di berbagai kota dunia seperti London, Tokyo atau Paris, hunian vertikal (flat atau apartemen) menjadi pilihan generasi milenial. Hal ini tampaknya disadari oleh para pengembang di tanah air. Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan pembangunan apartemen sangat masif. Menariknya, apartemen tak lagi jadi hunian eksklusif.
Developer berlomba membangun apartemen menengah dengan harga miring, meskipun berlokasi di tengah kota. Cuma memang, apartemen di luar kota jauh lebih semarak. Seperti di kawasan Cibubur, Cimanggis, hingga Bekasi.
Di tengah kota Jakarta, Green Pramuka mungkin satu-satunya apartemen murah saat ini. Ketika pertama kali dirilis tahun 2010, unit apartemen di perbatasan Jakarta Pusat dan Jakarta Timur ini dilepas Rp 150 jutaan. Saat ini harganya sudah mencapai angka Rp 400 juta untuk tipe studio.

Harga tersebut masih reasonable bagi generasi milenila yang berpenghasilan Rp 7 juta rupiah perbulan. Menggelar promo cicilan 3 juta hingga 10 tahun lamanya, merupakan salah satu upaya Green Pramuka memberikan kemudahan kepada kaum milenial memilik hunian. Green Pramuka mengandalkan akses transportasi umum dan apartemen berkonsep superblok yang dilengkapi pusat perbelanjaan hingga resto ala milenial.
Bagi kota-kota besar lain, problem hunian di Jabodetabek bisa menjadi cermin. Kelangkaan hunian yang mengancam jutaan penduduk muda tidak punya tempat tinggal tetap, harus diantisipasi sejak dini. Soalnya, masalah hunian ini berpengaruh pada produktivitas masyarakat.
Quote:
Spoiler for Opini pribadi TS dari berbagai rujukan:
0
2.8K
13


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan