Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

junitas06Avatar border
TS
junitas06
Stadium General Munas ke 4 FLP di Bandung: Menjaga Identitas Bangsa di Era Digital
Tidak terasa Forum Lingkar Pena (FLP) sudah berumur 20 tahun. Jika dianalogikan dengan manusia, maka FLP adalah seorang remaja yang beranjak dewasa. Tidak heran rasanya jika perkembangan dunia literasi sudah berubah pesat. Perkembagan literasi di zaman now turut juga dirasakan aktivis FLP. emoticon-Wowcantik

Pada tahun ini FLP melaksanakan musyawarah nasional (MUNAS) di Bandung. Munas yang berlangsung tangal 3-5 November ini dihadiri oleh hampir 300 peserta dari seluruh Indonesia.

Pembukaan MUNAS ke-4 ini berlangsung di Balai Kota Bandung. Dalam kesempatan ini juga dilaksanakan stadium general. Stadium general yang mengangkat judul Menjaga Identitas Bangsa di Era Digital ini menghadirkan 3 pembicara handal. Mereka adalah Masdar Zainal, Nenden Lilis Aisyah, dan Helvy Tiana Rosa. Untuk moderatornya ditunjuklah Gegge Mappangewa.

Pembicara pertama adalah Mashdar Zainal. Sosok muda yang berprestasi. Beliau adalah penerima penghargaan Sastra Acari. Pembicara kedua adalah Nenden Lilis Aisyah. Beberapa karyanya sudah diterbitkan dalam bahasa asing. Pembicara ketiga adalah Helvy Tiana Rosa. Ketua umum pertama FLP ini baru saja memproduseri film berjudul Duka Sedalam Cinta yang diangkat dari novel karyanya.

Mashdar zainal Mengungkapkan keprihatinannya terhadap perubahan yang terjadi dewasa ini. Betapa tidak, perubahan yang “mengerikan” ini menyasar anak-anak yang merupakan generasi penerus bangsa. Kids zaman now tidak dapat merasakan pengalaman-pengalaman kids zaman old. Anak-anak sudah kehilangan identitasnya sebagai anak-anak yang notabene-nya bermain da bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Kids zaman now kecanduan gadget. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan dunia literasi di masa yang akan datang karena anak-anak tidak belajar “menulis” maka generasi penerus literasi dapat saja hilang.

20171103-111956emoticon-Wowcantik
Nenden Lilis Aisyah mengatakan bahwa Bandung merupakan barometer sastra Indonesia. Dalam presentasinya kali ini ia mengangkat judul Bandung dan Dinamika kesusastraannya. Elemen yang berperan membangun kesusastraan di Bandung adalah penerbit dan media massa, komunitas kampus, dan komunitas non kampus. Penulis-penulis di bandung sangat terbantu dalam menyampaikan gagasan kepada khalayak ramai. Menurut teh Lilis, sebelum era digital, buku-buku sangat mengoptimalkan literasi. Sastrawan benar-benar berjibaku dengan media massa dan cetak-mencetak. Seiring berjalannya waktu, perubahan pun terjadi. Tradisi literasi berkurang karena minat membaca masyarakat juga menurun.

Helvy Tiana Rosa mengatakan bahwa di era serba digital ini penulis harus kreatif dan inovatif. Penulis harus menerima perubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan yang ada jangan dijadikan alasan untuk berhenti berkarya, justru penulis harus lebih kreatif. Penulis harus terus berkreasi dalam dunia literasi. Penulis harus melek digital. Kreasi yang dapat dilakukan:
1. Teks : Blog, caption, tulisan, opini di media sosial
2. Audio: berupa musik dan video
Karya ini dapat distribusi dapat dalam bentuk online maupun offline. Secara online dapat melalui berbagai media sosial seperti Instagram, Facebook, Youtube, dan Blog. Secara online dapat melalui berbagai macam event, seminar, workshop, dan pelatihan.
Tepat sebelum sholat Jumat, stadium general diakhiri dengan sesi foto-foto. Sebuah sesi yang selalu ditunggu-tunggu.

[/LEFT][/CENTER]
Diubah oleh junitas06 07-11-2017 08:27
0
613
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan