risaru7Avatar border
TS
risaru7
Sufi dan Jalaluddin Rumi


Dalam istilah islami, sufi merupakan hal yang tidak asing didengar ditelinga kita. Bagi para pembaca yang belum memahami arti Sufi, Sufi berasal dari kata ‘suf’ dari kata Tasawouf yang artinya adalah wool atau dalam arti lain jubah (1). Asumsi penggunaan kata tersebut karena para Nabi dan orang-orang shaleh serta Darwis Kuno pada saat itu (yang dimulai pada abad pertama Islam), memakai pakaian wool, guna menunjukkan kesederhanaan dalam hidup, ketidak-hadiran akan dunia, dan komitmen cinta para Darwis untuk melayani umat manusia. Jadi, sufi adalah sebutan untuk para pendalam ilmu tasawwuf, yakni ilmu yang mendalami ketaqwaan kepada Allah, sebagaimana berdzikir, atau dikenal juga sebagai ilmu laduni (bathin), yakni menkoneksikan hubungan secara vertikal langsung kepada Allah, dan menghadirkan Allah didalam hati kita dengan memadamkan api-api keduniawian.

Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri atau dikenal dengan Jalaluddin Rumi merupakan penyair sufi terkenal sepanjang sejarah agama. Beliau telah menciptakan syair-syair populer dan memiliki nilai keindahan dan kedalaman yang akan ketuhanan tinggi, yang tidak hanya dinikmati kalangan umat muslim saja, namun juga populer dikalangan agama non-muslim terkait dengan syair-syairnya yang mengusung spiritualitas sebagai manusia yang menyentuh fitrah. Oleh karena itu, banyak yang menyebutnya sebagai masterpiece Matsnawi (1) sebagai “Al-Qur’an dalam bahasa Persia”. Bahkan bagi sebagian Muslim berbahasa Persia, Matsnawi adalah karya tulis yang paling banyak dibaca setelah Al-Qur’an dan Hadits. Selama puluhan tahun terakhir, syair-syair Rumi yang telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris telah menjadi buku paling laris di Negeri Barat terutama Amerika Serikat, serta banyak filsuf-filsuf Barat menafsirkan dan mempelajari khusus sastra Rumi.

Rumi meninggalkan dua model karya sastra yaitu esai (matsurah) dan syair berirama (manzhumah). Berikut ini beberapa karya Rumi dalam bentuk esai :

Al-Maj?lis al-Sab’ah, berupa kalimat-kalimat nasihat dan khotbah yang merupakan buah pergumulan batin Rumi ketika mengenal gurunya, Syamsuddin al-Tibrizi.
Majmu’ah min al-Ras?’il, buku yang ditulis oleh Rumi untuk para sahabat dan kerabat.
Kitab Fihi Ma Fihi (2).



Quote:




Selain menghasilkan hasil karya sastra Indah yang memberikan dampak besar bagi peradaban Islam dan sastra. Rumi juga menciptakan sebuah tarian yang dikenal dengan tarian sema (tarian sufi) atau dikenal dengan Whirling Dervishes (Darwis yang berputar) (Gambar a), yang tarian tersebut memiliki makna meninggalkan emosi serta semua rasa duniawi. Penari terus berputar-putar selama berjam-jam hingga mengalami ekstase sebagai tingkat pencapaian perasaan penyatuan dengan Tuhan. Awal terciptanya tari sufi, sebagai bentuk kesedihan Rumi atas ditinggalkan oleh guru spiritual yang telah banyak merubah hidupnya, Syamsuddin Tabriz, yang telah mengajarkan dirinya makna dunia yakni dunia makna dan hakikat, berkat gurunya Rumi terinspirasi mempelajari lebih dalam ilmu tasawuf dan menetaskan banyak karya syair kecintaan yang dalam seorang hamba kepada Sang Pencipta. Tarian sema sufi juga dikenal sebagai tarian meditasi sebagai salah satu metode dzikir untuk selalu mengingat Tuhan dan menghilangkan segala macam pikiran kecuali Allah SWT.

Syair-syair Rumi, sangat mengusung tinggi spiritualitas yang kaya akan makna. Seperti salah satu nasihat yang telah diungkapkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang berbunyi : “Mutu qabla an tamutu“, yang artinya matilah kamu sebelum mati. Jalaluddin Rumi menafsirkan bahwa dalam kalimat itu terdapat dua kata “mati” yang menunjukkan dua kematian. Kematian tamutu adalah kematian alami, sedangkan kematian mutu adalah kematian ego atau diri.

Dalam syair-syair Rumi, membantu kita dalam menemukan arti diri yakni arti esensial hubungan manusia dan Tuhan, ruh merupakan hal yang terpisah dengan jasad, yang senantiasa selalu ingin berpulang dengan-Nya, yang sejatinya fitrah manusia merindu akan Tuhannya. Seperti terjemahan kutipan syair Rumi:


Quote:



Selain itu syair-syair Rumi juga menyatakan bahwa Tuhan selalu berada di dalam diri kita sendiri, karena sesungguhnya ruh selalu memanggil penciptanya. Seperti pada kutipan terjemahan syair Rumi sebagai berikut :


Quote:


Syair-syair Rumi pun adanya menyeru dan menasihati kita, manusia, untuk mengingat kematian, dan rindu akan kematian, serta intropeksi diri dan nasihat tentang kehidupan (psikologi), sebagaimana kutipan syair yang mengingatkan kita semua adalah sebagai berikut :


Quote:


Syair-syair Rumi amatlah indah nan menyentuk qalbu, mengurai makna yang sesungguhnya pada diri, yang sejatinya memang manusia fitrahnya selalu ingin kembali kepada Tuhannya, dan senantiasa condong kearah kebaikan. Hanya saja, terhalang oleh hijab-hijab yang ada didalam diri kita, sehingga qalbu menjadi kotor hingga terparahnya mati karena terbiasa mengabaikan larangan atau “warning” yang terdapat dalam hati dan terus melakukan keburukan atau hawa nafsu. Semoga dengan sebagian kecil kutipan Rumi ini dapat menggugah dan dapat bermanfaat menjadi penerang jiwa bagi kita semua.
Diubah oleh risaru7 15-10-2018 12:50
0
2.8K
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan