Siapa pun pasti mendamba hidup di negeri yang gemah ripah loh jinawi. Yang dalam Islam dikenal dengan konsep negara Madani. Sebuah konsep yang mencita-citakan mewujudnya sebuah negeri seperti laiknya negara Madinah dahulu. Negara yang dipimpin oleh Sang Nabi. Negeri yang adil, aman dan damai. Dalam pada itu agama Islam, Nasrani dan Yahudi hidup berdampingan dengan rukun, penuh tepa selira.

Membangun negeri yang madani dalam era sekarang ini bukanlah suatu kemustahilan. Ini bisa dibangun mulai dari keluarga. Jika dalam satu keluarga sudah terbangun 'madani', maka cita-cita ke depan membangun negara yang madani bukanlah hanya sekadar cita-cita saja. Tentu saja dengan catatan di seluruh negeri itu keluarga mereka juga sudah madani.

Membangun keluarga yang madani, mutlak berawal dari memilih pasangan hidup. Teringatlah kita akan sebuah firman Tuhan di dalam kitabnya yang mulia yang menyatakan bahwa lelaki baik hanyalah untuk perempuan yang baik, lelaki yang buruk hanya untuk perempuan yang buruk. Demikian juga sebaliknya.

Ketika bibit yang baik bertemu dengan yang baik-baik juga, maka keturunan yang akan dihasilkan tentu akan baik-baik pula. Kalau yang buruk bertemu bibit yang jelek, maka yang dihasilkan pun akan buruk atau jelek juga.

Maka ketika lelaki sholeh menyunting perempuan sholehah, niscaya Insya Allah keturunan mereka akan sholeh-sholehah juga.

Kalau berbicara tentang varietas manusia, secara ilmu biologi, manusia berpotensi melahirkan anak sebanyak 20 orang sepanjang hidupnya. Maksudnya jika seorang perempuan semenjak menstruasi yang pertama kali sampai menopause, hamil dan melahirkan tanpa jeda.

Nah, berarti dari satu pasangan manusia menghasilkan 20 anak bibit unggul. Belum lagi jika keluarga yang lain melakukan hal yang serupa. Kalau anak-anak bibit unggul itu dididik dengan benar, maka masa depan bangsa akan gemilang.

Itu dari satu keluarga. Apalagi jika si suami menjalankan syariat poligami. Kita tinggalkan dahulu perdebatan mengenai seorang suami boleh beristri lebih dari satu orang. Coba kita telaah dari sisi yang lain.

Ketika seorang laki-laki baik-baik menikahi empat perempuan baik-baik, maka potensi akan lahir keturunan mereka maksimal 80 orang bibit baik. Bagaimana jika seluruh lelaki baik-baik di negeri itu berpoligami. Sungguh, ini sebuah solusi untuk mengurangi populasi perempuan lajang yang notabene menurut data statistik jumlahnya sudah 10 kali lipat dari jumlah laki-laki. Di samping untuk menambah jumlah populasi anak-anak bibit unggul.

Coba kita flasback sejenak tentang pelajaran Biologi di SMP atau SMA dulu. Tentang Hukum Mandel yang dikemukakan oleh Gregor Mandel.

Dari Wikipedia, nama lengkapnya Gregor Johann Mendel (lahir di Hynčice (Heinzendorf bei Odrau), Kekaisaran Austria, 20 Juli 1822 – meninggal di Brno, Kekaisaran Austria-Hungaria , 6 Januari 1884 pada umur 61 tahun) adalah ilmuwan dan biarawan Augustinian berbahasa Jerman Silesian yang meraih ketenaran anumerta sebagai pendiri baru Ilmu dari Genetika. Mendel menunjukkan bahwa warisan biologis gen tertentu dari sifat dalam tanaman kacang ercis mengikuti pola-pola tertentu, sekarang disebut sebagai Hukum Mendel.

Hukum Mandel tidak hanya berlaku pada tumbuhan, tapi juga pada makhluk hidup yang lain (manusia dan hewan). Setiap makhluk hidup memiliki dan mewarisi gen. Gen itu ada yang bersifat dominan dan resesif (jelek/ buruk).

Gen disini tidak hanya terlihat pada phsyology makhluk tersebut, tetapi juga akan terlihat pada sifat fisik dan perilakunya.

Maka, ketika lelaki baik-baik dipertemukan dengan perempuan baik-baik maka akan menghasilkan keturunan yang baik-baik pula.

Bagaimana dengan gen resesif? Hal ini mungkin bisa diabaikan karena jumlahnya kecil dan tugas yang dominan lah nantinya untuk mengarahkan yang resesif menjadi baik.

Wallahu a'lam.