Bahagiaadalah tujuan semua umat manusia, karena pada dasarnya manusia dalam melakukan aktifitas apa pun hakiki-nya adalah untuk mencapai kebahagiaan. Namun pendefenisian tentang bahagia kerap menimbulkan perbedaan dan perdebatan bahkan berlawanan antara satu orang dengan lain, tak terkecuali para ilmuwan dan filusuf sekalipun.
Jika ane bertanya kepada agan "apa dan bagaimana sih yang dikatakan bahagia itu", mungkin jawabanya akan berbeda-beda, sesuai pemahaman, pengalaman dan jalan hidup yang di lalui masing-masing.
Sebagian orang menganggap kebahagiaan itu pada hal-hal yang bersifat materil, sehingga pencapaian kebahagiaan dilakukan dengan berusaha meraup materi sebanyak-banyaknya.
Berlimpah harta memang bisa menunjang kebahagiaan, tetapi mereka yang menilai kebahagiaan dengan materi semata hanyalah orang-orang yang tertipu, karena materi tak akan pernah memberikan kebahagiaan hakiki pada manusia. Bahkan upaya pemenuhan kepuasan materil secara berlebihan hanya akan membuat manusia semakin menjauh dari kebahagiaan.
Tragisnya lagi sebagian orang frustrasi dalam menggapai kebahagiaan. Jenuh, stres, gelisah, takut dan lebih parah lagi putus asa dalam menjalani kehidupannya, meskipun kadang sebagian mereka secara materi tergolong "berada" alias kaya raya, dan akhirnya terjerumus mencari kesenangan semu ( pergaulan bebas, narkotika / obat-obatan Terlarang, dls ) yang sifatnya cuma kesenangan sementara dan tidak memikirkan akibat buruk dikemudian hari pada dirinya. Lebih tragis lagi ada yang mengambil jalan pintas dlm keputus asaan-nya dengan jalan "bunuh diri" (na'udzubillahi mindzalik).
Pemahaman dan pemaknaan kita tentang apa itu bahagia sangat menentukan tindakan kita untuk mencapainya.
Bagi ane pribadi dan ane yakin mayoritas masyarakat Indonesia percaya adanya TUHAN dan hari kemudian, sehingga dalam usaha mencapai kebahagiaan pun tentunya berlandaskan pada tujuan bahagia di Dunia dan bahagia di Akhirat. Sehingga dlm usaha mencapai kebahagiaan Dunia TIDAK menghalalkan segala cara (korupsi, merampok, menipu, dls) karena kita yakin Tuhan maha tahu dan balasan kekal di Akhirat menanti.
Thread ane ini tidak bermaksud menggurui agan-2 sekalian, tetapi hanya sekedar berbagi dari hasil browsing berbagai sumber dan sedikit ocehan ane pribadi, karena ane juga manusia biasa yang pernah juga di satu titik merasa jenuh, bimbang, sters, takut dalam melewati ombak kehidupan ini. Namun ane tidak mau putus asa dan tetap berusaha melaluinya dengan hal-hal yang positif.
Dan kebetulan ketika berkunjung di sebuah toko buku, ane dapet sebuah buku yg menurut ane bagus banget, mengupas tentang apa itu Bahagia yang di kupas dari sudut pandang Ilmiah, Filsafat dan Agama. Dari situ ane mulai tertarik mecari tahu "apa itu definisi bahagia" yang sebelumnya ane sama sekali kagak kepikiran untuk pengen tahu lebih banyak.
Spoiler for Gambar:
Definisi Bahagia
Spoiler for Definisi Bahagia:
Kebahagiaan atau kegembiraan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kecukupan hingga kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau kegembiraan yang intens. Berbagai pendekatan filsafat, agama, psikologi, dan biologi telah dilakukan untuk mendefinisikan kebahagiaan dan menentukan sumbernya.
Para filsuf dan pemikir agama telah sering mendefinisikan kebahagiaan dalam kaitan dengan kehidupan yang baik dan tidak hanya sekadar sebagai suatu emosi. Definisi ini digunakan untuk menerjemahkan eudaimonia (Bahasa Yunani: εὐδαιμονία) dan masih digunakan dalam teori kebaikan.
Meskipun pengukuran langsung derajat kebahagiaan masih menjadi tantangan, beberapa peneliti telah mengembangkan alat untuk melakukan hal itu, misalnya dengan The Oxford Happiness Questionnaire. Para peneliti juga telah mengidentifikasikan beberapa hal yang berhubungan dengan kebahagiaan: hubungan dan interaksi sosial, status pernikahan, pekerjaan, kesehatan, kebebasan demokrasi, optimisme, keterlibatan religius, penghasilan, serta kedekatan dengan orang-orang bahagia lain.
1. Earn more money.
Riset menunjukkan bahwa uang memang bisa membeli kebahagiaan, tapi hanya sampai batas tertentu. Setelah manusia bisa memenuhi kebutuhan utama - sandang, pangan, papan - 'daya beli' uang terhadap kebahagiaan menjadi menurun.
Dari riset ditemukan bahwa rata-rata orang kaya lebih bahagia daripada orang miskin. Ada memang orang kaya yang tidak bahagia dan orang miskin yang bahagia, tapi seorang kaya yang tidak bahagia tetap lebih bahagia jika kaya dibanding jika miskin. Namun hubungan antara uang dan kebahagiaan tidak sesederhana itu. Ternyata setelah kebutuhan minimal terpenuhi, yang menjadi kunci 'kebahagiaan' adalah memiliki lebih daripada lingkungan sekitar atau memiliki status. Jadi bukan jumlah absolut uang yang dimiliki, tapi status yang bersangkutan dengan jumlah uang itulah yang membuat orang 'bahagia'. Gaji sejumlah X memberikan kepuasan lebih apabila jumlah tersebut termasuk dalam posisi atas dalam kelompok gaji di sebuah perusahaan, daripada jumlah yang sama apabila jumlah tersebut termasuk posisi bawah.
2. Desire less!.
Ternyata nasehat para tetua kita untuk menahan diri sehingga kita merasa lebih bahagia ada benarnya. Melalui sejumlah kuesioner para ahli menemukan bahwa orang-orang yang cita-citanya berbeda terlalu jauh dengan kenyataan rata-rata merasa lebih tidak bahagia dibanding dengan mereka yang mengharapkan hidup yang tidak berbeda jauh dengan kenyataan.
Dalam beberapa pol para ahli menanyai sejumlah orang untuk menuliskan daftar barang-barang yang mereka butuhkan untuk hidup yang cukup baik. Ternyata setiap orang masih tetap mempunyai daftar 'wish list' untuk bisa bilang bahwa hidup mereka baik, walaupun mereka sudah punya barang-barang lebih dari orang lain.
3. Don't worry if you aren't a genius.
Penelitian belum bisa menemukan korelasi antara kecerdasan dan kebahagiaan. Sepintas kelihatannya seharusnya orang yang pintar bisa lebih mudah merasa 'lebih' dari sekelilingnya dan lebih mudah mendapatkan uang sehingga lebih mudah merasa bahagia. Tapi ternyata kepintaran seseorang bukan faktor penjamin kebahagiaan. Bisa jadi orang pintar lebih sering berharap terlalu tinggi sehingga lebih mudah merasa kecewa dengan pencapaian yang kurang dari pengharapan.
Lalu dinyatakan pula bahwa ukuran kecerdasan yang digunakan selama ini mungkin salah. Seharusnya bukan kecerdasan otak semata yang diukur, tetapi juga kecerdasan sosial, yang bisa jadi lebih merupakan faktor penentu kebahagiaan.
4. Make the most of your genes.
Setelah melakukan penelitian terhadap 4000 lebih kembar dewasa selama bertahun-tahun, seorang ilmuwan dari University of Minnesota menyimpulkan bahwa rasa nyaman dalam hidup kita setengahnya disebabkan oleh apa yang terjadi pada hidup kita saat itu, dan setengahnya lagi oleh 'modal' kebahagiaan, yang 90%nya ditentukan secara genetis. Jadi tingkat kebahagian kita pada dasarnya ditentukan oleh nenek-kakek kita, tetapi apakah kita akan lebih bahagia (lebih bersikap positif) dari itu, atau sebaliknya, ditentukan oleh lingkungan dan orang tua kita. Memang banyak penelitian menunjukkan bahwa kepribadian berhubungan dengan kebahagiaan. Mereka yang lebih ekstrovert cenderung lebih bahagia. Tapi tergantung lingkungan juga, karena di penjara orang-orang introvert cenderung lebih bahagia.
5. Stop comparing your looks with others.
Menurut penelitian, ternyata orang-orang yang berwajah cantik dan tampan merasa lebih bahagia daripada orang pada umumnya. Mungkin ini karena kehidupan ini lebih ramah pada yang cantik atau tampan. Atau mungkin kecantikan adalah refleksi dari kesehatan dan orang yang lebih sehat biasanya lebih bahagia. Tapi menurut para ilmuwan, tidak perlu harus secantik Britney Spears untuk menjadi bahagia. Asalkan kita merasa diri berpenampilan menarik, kita bisa bahagia. Sayangnya menurut penelitian banyak sekali orang yang merasa minder, dan menilai dirinya lebih buruk daripada penilaian orang lain terhadapnya. Jadi untuk bahagia, sebaiknya jangan berpikir kita ini buruk rupa dan jangan membandingkan diri dengan para model!
6. Make friends and value them.
Berdasarkan riset terhadap kaum miskin di Calcutta dan para mahasiswa kelas menengah, para ilmuwan menyimpulkan bahwa hubungan sosial punya andil besar dalam kebahagiaan seseorang. Semakin seseorang punya dukungan sosial dari teman dan keluarga, semakin ia bahagia. Oleh karena itu gelandangan di India lebih bahagia karena punya kelompok lebih besar, dibanding dengan gelandangan di Amerika.
7. Get married.
Hasil riset sebuah tim peneliti dari Amerika terhadap laporan-laporan dari berbagai negara menunjukkan bahwa orang-orang yang menikah cenderung lebih bahagia dibandingkan dengan yang melajang. Apakah itu berarti perkimpoian membawa kebahagiaan, ataukah umumnya orang-orang bahagialah yang menikah? Memang bisa dua-duanya, akan tetapi umumnya orang bisa menjadi lebih bahagia dengan menikah. Perkimpoian memberikan efek positif yang lebih besar dibanding dengan hidup bersama tanpa menikah. Mungkin ini disebabkan karena perkimpoian memberikan ketenangan dan keamanan yang lebih besar dibandingkan dengan hidup bersama tanpa ikatan.
8. Find God (or a believe system).
Berbagai penelitian ilmiah yang dikumpulkan sebuah tim dari North Carolina menunjukkan bahwa orang-orang yang mempunyai agama atau kepercayaan tertentu umumnya merasa lebih bahagia, atau setidaknya punya lebih banyak emosi positif, dibandingkan dengan yang tidak. Menurut mereka mempunyai kepercayaan menyebabkan orang merasa punya tujuan dalam hidup. Efek paling besar terlihat dalam masa-masa sulit. Mereka yang percaya sesuatu biasanya bisa lebih mudah menerima atau mengatasi kesulitan tersebut.
Sebuah kepercayaan juga sangat membantu mengatasi ketakutan terhadap kematian. Selain itu, agama dan kepercayaan biasanya juga membawa dukungan sosial dari kelompok. Tetapi yang lebih penting, kelompok ini juga memberikan kesempatan kepada individu untuk 'memberi' yang ternyata memberikan kepuasan yang jauh lebih besar daripada sekedar menerima.
9. Do someone a good turn.
Beberapa studi menemukan bahwa ada korelasi antara tingkah laku altruistik dan kebahagiaan. Semakin banyak seseorang berderma, semakin bahagia dia. Belum jelas juga, apakah itu menunjukkan bahwa berderma dan berbaik hati membuat orang bahagia, ataukah orang bahagia lebih banyak berderma. Mungkin keduanya betul. Semakin bahagia seseorang semakin gampang memberi. Tetapi ilmuwan menyatakan bahwa pada akhirnya efek kumulatif dari tingkah laku yang dermawan membuat seseorang lebih bahagia.
10. Grow old gracefully.
Ternyata menjadi tua itu tidak seburuk yang dikira orang. Menurut hasil beberapa riset, orang-orang tua punya emosi positif sebanyak orang muda, tetapi mereka punya lebih sedikit emosi negatif dibanding orang muda. Mengapa orang-orang tua lebih bahagia daripada orang muda? Kemungkinan semakin tua kita semakin belajar menendalikan emosi dan memfokuskan diri pada hal-hal yang membuat bahagia. Atau orang tua sudah belajar untuk menjadi lebih realistis dalam bercita-cita.
10 Hal Yang Perlu Dilakukan Untuk Menjadi Bahagia (Menurut Ilmuwan).
Spoiler for 10 Hal Yang Perlu Dilakukan Untuk Menjadi Bahagia:
10 Hal Yang Perlu Dilakukan Untuk Menjadi Bahagia.
Dalam beberapa tahun ini, psikologis dan periset telah meneliti pertanyaan ini: “Apakah yang membuat kita berbahagia?”
Ilmuwan seperti Sonja Lyubomirsky (Stanford University), Steven Post, dan Robert Biswas-Diener telah meneliti ke seluruh belahan dunia dan menyimpulkan bahwa ada 10 hal yang membuat orang menjadi bahagia:
1. Nikmati kejadian sehari-hari.
Berhentilah sejenak untuk menghirup harumnya mawar atau melihat anak-anak bermain. Orang-orang yang mengambil waktu untuk menikmati keindahan sesuatu yang biasanya mereka lewatkan atau memikirkan kembali kejadian-kejadian indah yang dahulu menunjukkan peningkatan dalam kebahagian dan pengurangan depresi. Hal ini dituturkan oleh Sonja Lyubomirsky.
2. Hindari membanding-bandingkan diri dengan orang lain.
Membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain dapat merusak kebahagiaan dan kepercayaan diri. Memfokuskan diri kepada pencapaian diri kita masing-masing akan menimbulkan rasa kepuasan yang lebih besar.
3. Tempatkan Uang di Urutan Terbawah.
Orang yang menempatkan UANG di urutan utama dalam hidupnya akan lebih beresiko untuk menjadi depresi dan mempunyai kepercayaan diri yang rendah. Hal ini dituturkan oleh Tim Kasser dan Richard Ryan. “Semakin kita mencari kepuasan dalam benda materi, maka semakin kecillah kepuasan yang kita dapatkan dari materi tersebut”. Orang yang memburu uang pun mempunyai nilai lebih rendah dalam test vitalitas dan aktualisasi diri.
“Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang”
4. Buatlah tujuan yang berarti.
“Orang-orang yang mempunyai tujuan, baik itu mempelajari suatu pekerjaan tangan atau mendidik anak-anak, lebih berbahagia dibanding mereka yang tidak mempunyai tujuan dan impian atau aspirasi” tutur Ed Diener dan Robert Biswas-Diener. “Sebagai manusia, kita memerlukan sebuah arti untuk mencapai sesuatu”
5. Berinisiatif saat bekerja.
Ilmuwan Amy Wrzesniewski berkata bahwa ketika kita berinisiatif dalam berkarya, membantu orang lain, menyarankan perbaikan, atau melakukan pekerjaan pekerjaan ekstra diluar job desc kita, kita membuat pekerjaan kita lebih berharga untuk diri kita.
6. Membangun Pertemanan.
Orang-orang yang berbahagia mempunyai keluarga, teman, dan hubungan yang berbahagia pula. Manusia memerlukan hubungan yang luas dan dalam. Karena itu komunitas sel adalah penting untuk kebahagiaan seseorang.
7. Tersenyum bahkan ketika tidak merasa ingin tersenyum.
Orang yang berbahagia selalu melihat ke depan dengan optimisme. Mereka melihat kesempatan, sukses, dan kemungkinan. Ketika melihat masa depan mereka optimistis dan ketika melihat ke belakang mereka mengingat kejadian-kejadian yang baik saja.
8. Mengucapkan “terima kasih” dengan sepenuh hati.
Orang yang berterima kasih dan bersyukur setiap hari lebih sehat, lebih optimis dan lebih mungkin untuk meningkatkan diri dalam mencapai target hidupnya. Martin Seligman menemukan bahwa orang yang menulis surat syukur untuk orang yang membuat perbedaan dalam hidupnya lebih berbahagia dan mempunyai tingkat depresi yang rendah.
9. Berolahraga.
Riset di Duke University membuktikan bahwa berolahraga sangat efektif untuk menyembuhkan depresi. Olahraga secara rutin juga melepaskan endorfin yang membuatkita merasa bahagia dan meningkatkan kepercayaan diri.
10. Membantu orang lain.
Periset Stephen Post berkata bahwa membantu tetangga, terlibat dalam aksi volunteer, dan mendonasi harta dan tenaga akan berdampak baik bagi kesehatan kita. Bahkan khasiatnya lebih besar daripada berhenti merokok atau berolahraga.
Mendengarkan orang lain, membagi keterampilan anda, merayakan keberhasilan orang lain, dan mengampuni juga berkontribusi untuk kebahagiaan. “Orang-orang yang memberikan sebagian uangnya kepada orang lain juga terbukti mempunyai kebahagiaan yang lebih dibanding mereka yang memakai uangnya untuk diri sendiri” tutur Elizabeth Dunn.