- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Tabel usia pernikahan dalam sudut pandang ekonomi dan masa depan


TS
kwoonyuri
Tabel usia pernikahan dalam sudut pandang ekonomi dan masa depan

Setelah melihat tabel diatas, seketika saya menjadi teringat dan kalap terntang pernikahan, terlebih ketika saya membuka salah satu media sosial yang isinya teman-teman saya memposting atau memberikan kode-kodean didalam postingannya terkait pernikahan. seketika pola pikir saya pun berputar, bagaimana jika saya telat menikah, bagaimana jika saya mempunyai anak namun usia saya sudah terlalu tua.
Hal tersebut berdampak pola pikir saya secara tidak langsung, yang bisa dikatakan pada awalnya ingin menikmati hidup terlebih dahulu, dipaksa untuk berpikir sadar kearah pernikahan. padahal usia saya bisa dibilang masih bisa masuk Timnas U-22
. tapi saya sadar bahwa untuk menuju kearah sana masih lama. mungkin untuk laki-laki tidak mempermasalahkan tabel diatas tersebut, tapi bagaimana dengan kaum wanita ? siapa yang tahu ada yang tertekan secara psikologis dikarenakan efek kebelet menikah muda
Maka saya kagum dengan teman-teman saya, terutama yang perempuan, yang berani memutuskan untuk menikah—meninggalkan orang tua dan tinggal bersama suami—bahkan ada yang sudah punya anak.
Tapi akibatnya, jadi timbul kecemburuan sosial. Keinginan-keinginan masa lampau untuk menikah yang awalnya sudah terpendam dalam-dalam, akhirnya bangkit kembali setelah tahu beberapa teman sudah banyak yang menikah. Akibatnya dalam hati bilang, “Dia aja bisa, masa gua kagak.”
ketika diundang teman yang sudah menikah, Ini rumit. Mau tidak datang, tapi diundang. Kalau datang, yang ada hanyalah hati yang tersayat-sayat. Apalagi setelah tahu, yang mengundang adalah mantan kekasih, dan konyolnya, di depan undangan tersebut tertulis “(nama Anda) dan partner, di tempat”, padahal keadaan masih sendiri dan berselimut sepi. Sebenarnya tidak ada maksud menyinggung, datang bareng nenek pun itu bisa disebut partner. Tapi namanya juga sentimentil, rasanya ingin makan bangku hajatan saja. Akhirnya timbul keinginan cepat menikah
Sebenarnya ada cara-cara agar keinginan menikah tidak menimbulkan efek domino, caranya, kalau datang ke kondangan tidak perlu lah postang-posting hal yang menyedihkan, bikin kebelet saja. Tapi itu terserah sih, memangnya saya fasis apa suka mengatur-ngatur..
Hal tersebut berdampak pola pikir saya secara tidak langsung, yang bisa dikatakan pada awalnya ingin menikmati hidup terlebih dahulu, dipaksa untuk berpikir sadar kearah pernikahan. padahal usia saya bisa dibilang masih bisa masuk Timnas U-22

Maka saya kagum dengan teman-teman saya, terutama yang perempuan, yang berani memutuskan untuk menikah—meninggalkan orang tua dan tinggal bersama suami—bahkan ada yang sudah punya anak.
Tapi akibatnya, jadi timbul kecemburuan sosial. Keinginan-keinginan masa lampau untuk menikah yang awalnya sudah terpendam dalam-dalam, akhirnya bangkit kembali setelah tahu beberapa teman sudah banyak yang menikah. Akibatnya dalam hati bilang, “Dia aja bisa, masa gua kagak.”
ketika diundang teman yang sudah menikah, Ini rumit. Mau tidak datang, tapi diundang. Kalau datang, yang ada hanyalah hati yang tersayat-sayat. Apalagi setelah tahu, yang mengundang adalah mantan kekasih, dan konyolnya, di depan undangan tersebut tertulis “(nama Anda) dan partner, di tempat”, padahal keadaan masih sendiri dan berselimut sepi. Sebenarnya tidak ada maksud menyinggung, datang bareng nenek pun itu bisa disebut partner. Tapi namanya juga sentimentil, rasanya ingin makan bangku hajatan saja. Akhirnya timbul keinginan cepat menikah
Sebenarnya ada cara-cara agar keinginan menikah tidak menimbulkan efek domino, caranya, kalau datang ke kondangan tidak perlu lah postang-posting hal yang menyedihkan, bikin kebelet saja. Tapi itu terserah sih, memangnya saya fasis apa suka mengatur-ngatur..
Jadi ada dalam status apa agan agan ? waspada kah ?
Pencerahan Tulisan, ane suka ini bagus
Diubah oleh kwoonyuri 29-10-2017 16:06
0
10.5K
20


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan