Kaskus

Story

sweetaswineAvatar border
TS
sweetaswine
Beasiswa untuk si Bodoh
Selamat datang di thread pertama gue, mohon maaf kalau masih berantakan emoticon-Malu

Selamat Membaca emoticon-2 Jempol


Quote:



Beasiswa untuk si Bodoh


"Kau tidak tertarik mengikuti beasiswa untuk murid-murid yang berprestasi? Tanya dia dengan penuh heran.


"Diriku? Berprestasi? Aku ini orang bodoh, mana bisa mengikuti beasiswa seperti itu." Jawabku.


"Kau cukup berprestasi disekolah ini, menjadi ketua osis, mengikuti lomba dan kegiatan ditingkat kota." Dia tetap teguh dengan pendiriannya bahwa aku harus mengikuti beasiswa itu.


"Aku melanggar beberapa aturan disekolah, menentang beberapa aturan, apakah itu bisa disebut berprestasi?"


"Tapi kau melanggar, apa yang semestinya kau langgar, bukankah itu hal yang baik?"


"Jika kabur saat jam pelajaran, tetap teguh pendirian dan melawan argumen guru, itu hal baik untukmu, simpan pendapatmu itu untuk dirimu sendiri saja."


"Tapi kau kabur untuk merealisasikan apa itu 17 Agustus di wilayahmu, kau melawan argumen guru karena apa yang kau sampaikan benar."


"Semua hal itu percuma, tidak membuatku mendapatkan beasiswa tersebut, aku ini bodoh dalam akademik, nilai matematika ku saja selalu dibawah kkm, dan kau tau itu. Meskipun aku berprestasi disekolah ini bukan berarti aku lebih baik dari murid di sekolah lain, setiap sekolah memiliki standarnya masing masing, bukti pemerataan pendidikan belum terlaksana." kataku.


"Iya aku mengerti, pemerataan pendidikan itu hanya omong kosong disini, kualitas guru yang berbeda akan menghasilkan murid yang berbeda juga." dia mulai paham dan menurunkan suaranya.


"Syukurlah kau mengerti, alam ini sudah cukup adil dalam membagikan rezeki yang diberikan oleh-Nya, hanya manusia saja yang serakah ingin mengambil semuanya, tapi tenang saja, rezeki itu tidak hanya dalam pendidikan saja, tapi dalam segala hal yang dapat kau syukuri, itu adalah rezeki. Aku pulang." Mengakhiri pembicaraan dan mulai berjalan meninggalkan sekolah itu.


"Dalam kamar ini tercipta manusia yang bodoh, menentang aturan, terjadinya pornoaksi, membuat kalimat-kalimat kutukan dan menyeramkan, ah kamarku tempat dimana aku dapat berisitrahat dengan tenang."memasuki kamar dan mulai menggerutu di dalam hati dan mulai membaringkan badan ini.


Otak jahat ini mulai mendominasi dan membenci perihal pendidikan di negeri ini. Pendidikan macam apa ini, kualitas pendidikan di beda-beda kan, biaya pendidikan di beda-beda, fasilitas sudah pasti sebanding dengan harga yang dibayar, sama seperti kau menyewa psk beda harga ya beda kualitas. Kualitas guru macam ini kau jadikan pedoman? Seorang bajingan mengajarkan hal yang lebih berharga dari gurumu itu, belum lagi data-data yang tidak valid membuatku tidak dapat mengikuti seleksi memasuki perguruan tinggi negeri. Negeri ini memang senang bercanda, lebih mahal membayar orang yang tugasnya membuat orang tertawa daripada orang yang mengejarkan tentang tata krama. Pantas saja aku selalu di maki guruku, kerjaanku seperti menggurui dirinya, padahal aku baru mengerti bahwa gaji mereka dibawah pengemis lampu jalanan, tapi tolonglah kualitasmu ini tingkatkan, bagaimana aku dapat bersaing dengan negara asing jika kualitas di negeri ini seperti tai.


Aku sadar, aku ini orang bodoh yang sering menggerutu, tapi pendidikan yang kudapatkan ini memang menyedihkan, bagaimana tidak menyedihkan, bayarannya saja sangat murah, dan aku pembayarannya saja tidak terlalu dipaksakan, jadi wajar saja pendidikan yang kudapatkan ini se-ala kadarnya seperti jajanan pinggir jalanan yang jelas pasti berbeda dengan jajanan di restoran.


Sebelum aku menggerutu lebih panjang, aku ingin menceritakan latar belakangku, Namaku Kanawa, Umurku 17 tahun, mendapatkan nem tertinggi disekolah yang kualitas pendidikannya rendah, senang melanggar aturan tapi tidak akan senang jika dihukum.

Aku terlahir dikeluarga yang bisa disebut kurang mampu, orang tuaku yang religius mengarjakan aku banyak hal tentang agama terutama tentang bersyukur hidup di dunia ini. Ayahku ini sangat cerdas menceramahi anaknya tetapi tidak ingin menceramahi anak lain karena dia pernah bilang.


"Meskipun kau bicara panjang lebar, jika kau tak menggemgam uang orang lain akan menganggapnya omong kosong".


Ibuku seorang pengajar membaca, dan menulis Al-Quran di masjid dekat rumahku, dia seseorang yang ramah, dan juga baik hati.


Pernah suatu waktu dalam keadaan yang kritis menimpa keluargaku, ayahku belum mempunyai pekerjaan dikarenakan jarang sekali orang mempekerjakan orang yang mempunyai penyakit asma, Ibuku yang baru sembuh dari TBCnya membuat dia tidak dapat bekerja dulu, aku yang masih mengemyam pendidikan madrasah aliyah, adikku yang pertama dan kedua masih sekolah dasar, hanya bisa kebingungan dan merengek meminta uang saku, belum tekanan kepada keluargaku dari mertua ayahku yang mengatakan tidak becus menjadi kepala keluarga, dikarenakan belum bekerja. Jika menurutmu ini bukan situasi yang menyeramkan berarti dirimu ini paling menyukai drama korea. Terus kami sekeluarga makan apa? Mendapat bantuan? Turun hujan uang dari langit? Datangnya pemimpin dan memberi makanan? Haha, tentu tidak sepenuhnya benar. Memang ada yang memberi tapi mereka membenci kami, memang ada yang memberi tapi mereka memaki kami. Emangnya dengan pemberian saja cukup memenuhi kebutuhan?


Ayahku mencuri singkong memenuhi kebutuhan hidup kami, dalam kurun waktu yang tidak sebentar, tapi setelah mencuri dia bilang.


"Dosa ini biar ayah yang tanggung yang penting kalian bisa makan, ini urusannya hidup sama mati, tenang saja batangnya sudah ditancapkan kembali, dan kalian bertiga belajar saja yang benar".


Bayangkan saja makanan pokok diganti menjadi singkong yang sudah direbus atau di goreng, menjadi santapan kami sehari-hari. Memang itu hal yang biasa dipedesaan, tapi saya dan keluarga saya hidup di kota, kesenjangan ini sungguh sangat terasa, mengeluh? Kita belum semenderita orang yang hidup di kota dengan mudahnya berpikir jikalau menjual badan adalah hal yang terbaik untuk mengisi perut. Itu cukup untuk menjelaskan tentang keluargaku, meski hanya sedikit tentang ibuku, dia adalah ibu yang terbaik karena melahirkan anak yang akan memimpin negeri ini, itu pendapatku, kalau kau tidak setuju buatlah pendapatmu sendiri.


"Nawaaa, makan dulu." Ibuku membangunkan dari tidur sore yang menyenangkan.


Ayahku sudah menempati tempat makanku, dan ketika aku mulai mengambil makan, dia langsung berbicara

"Makan yang banyak, besok belum tentu bisa makan"


"Iyalah pasti makan banyak ini, orang laper." kataku.


Jika kau mengira makananku itu makanan yang mahal kau salah, makananku ini sederhana namun karena orang tua ku pintar memasak, jadi makanan yang masuk kedalam perutku selalu mudah ku proses dalam mulut dengan keadaan yang bahagia.


"Jangan mandi terlalu sore, nanti airnya sudah mati" Ibuku mengingatkan hal yang sudah aku bosan mendengarnya namun aku tetap saja lupa.


"Iyaaa, bu." kataku.


Maghrib datang dan aku menunaikan shalat, tidak perlu aku menjelaskan perihal shalatku, urutannya tetap sama dengan apa yang diajarkan Rasul.


Kembali ke kamarku, tempat ini aneh, membuatku berkhayal dan bernalar dengan mudah tanpa rasa takut. Dan aku masih memikirkan perihal bagaimana aku dapat masuk perguruan tinggi, sudah bodoh ditambah tidak mampu, aku ini ada ada saja.


Kenapa pemerintah memberi bantuan kepada orang yang tak mampu dan berprestasi, mungkin agar mereka mendapatkan pendidikan gratis? Tapi mereka yang mampu juga mendapatkan beasiswa dengan mudah, belum lagi mereka dapat membeli kursi-kursi pendidikan sebelumnya dengan mudah dan mengikuti les dengan biaya yang mereka sanggupi, alhamdullilah kata mereka. Kataku juga alhamdulillah masih bisa berpikir, meski sedikit kacau dengan cara berpikirku,tapi ini gayaku berpikir.


Aku sih mengira pemerintah tidak membutuhkan orang-orang bodoh dan tak mampu sepertiku, dia membutuhkan orang yang cerdas agar dapat memajukan bangsa ini meski tak mampu tapi akan dibantu.

Terus nasibku ini bagaimana? Sudah bodoh ditambah tak mampu, hanya bisa berkeinginan memasuki perguruan tinggi dan melupakan perihal keinginan itu dan mulai menikmati pengangguran yang menyebalkan namun sedikit menyenangkan.


Aku juga ingin menikmati makan, minum, menikmati akhir pekan, sebagaimana engkau yang berada diatas negeri ini merasakannya. Negeriku ini sudah merdeka, tapi apa itu makna merdeka? Bahkan perutku ini sulit menjelaskannya. Jikalau kami memang hambatan dan menyusahkan pemerintahanmu, kenapa kau tak singkirkan saja kami? Atau kau bisa memulai dengan memperhatikan aku yang bodoh dan juga tak mampu. Karena aku juga lahir di negeri ini dalam keadaan yang memiliki hak dan kewajiban yang sama, Aku juga menginginkan kasih sayang dalam bentuk yang sebenar-benarnya. Dan mulai pertimbangkan, beasiswa untuk si Bodoh.
Diubah oleh sweetaswine 27-10-2017 13:53
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
2.7K
13
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan