Kaskus

News

BeritagarIDAvatar border
TS
BeritagarID
Mengenang Benny Panjaitan, pemusik legendaris Indonesia
Mengenang Benny Panjaitan, pemusik legendaris Indonesia
Dino Panjaitan (tengah), anak pertama almarhum Benny Panjaitan menangis disamping jenazah ayahnya (dalam bingkai foto) saat disemayamkan di Rumah Duka Darmais, Jakarta, Selasa (24/10).
Pada Selasa (24/10/2017), dunia musik Indonesia kehilangan seorang legenda. Benny Panjaitan meninggal dunia karena penyakit stroke yang ia derita sejak 2010. Sebagai vokalis band legendaris Panbers, Benny turut membentuk dinamika musik Indonesia, menjadi dasar dari perkembangan kelompok band modern.

Benny Panjaitan lahir dengan nama Porbenget Mimbar Mual Hamonangan Pandjaitan di Tarutung, Tapanuli Utara, Sumatra Utara, pada 4 September 1947.

Dilansir dari Tribunnews, sewaktu Benny lahir, perang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia sedang panas-panasnya. Benny yang anak kedua terpaksa tidak lahir di Medan. Ia lahir di Tarutung, saat keluarganya tengah mengungsi.

Benny sudah belajar main musik, tepatnya biola, ketika masih berusia 15 tahun. Seni musik memang mengalir dalam darah Benny. Ayahnya, Drs. J. M.M. Pandjaitan, S.H adalah bankir yang pernah jadi direktur Bank Rakyat Indonesia, tapi hobi main biola. Sementara sang ibu yaitu Bosani S.O Sitompul jago piano.

Pada akhir 1960-an, Benny bersama saudara-saudaranya Hans (gitar), Doan (bass dan keyboard), dan Asido (drum) membentuk band bernama Panbers. Sebagai vokalis, Benny adalah motor penggerak band yang dibentuk di Surabaya itu. Anak kedua dari Pandjaitan bersaudara ini juga menjadi komposer banyak lagu Panbers.

Kedua orangtua yang sangat mendukung bisa membuat Benny dan saudara-saudaranya boleh membentuk band, dari saat masih tinggal di Palembang hingga bertolak ke Surabaya sebagai band anak sekolah menengah atas (SMA). Maklum, pekerjaan ayah mereka sebagai bankir kerap membuatnya harus berpindah-pindah tugas.

Waktu itu Panbers masih menyanyikan lagu-lagu Batak yang sudah ada seperti "A Sing Sing So" dan "Butet".

Pada 1970-an, keluarga Panjaitan pindah ke Jakarta. Dimulailah karier gemilang Panbers--singkatan dari Panjaitan Bersaudara. Mereka kerap disebut sebagai salah satu pelopor band di Indonesia bersama kelompok legendaris lainnya: Koes Plus.

Panbers mulai dikenal masyarakat saat membawakan lagu "Akhir Cinta" saat pertunjukan musik Djambore Band Djakarta pada 7 November 1970 di Istora Senayan (sekarang Gelora Bung Karno, red.), Jakarta.

Dilansir dari Rolling Stone, mendiang Denny Sakrie sempat mencatat, penampilan Panbers di Istora itu mengejutkan khalayak musik Indonesia.

Selain "Akhir Cinta", mereka membawakan lagu "Djakarta City Sound" yang beraroma rock. Penampilan panggung mereka juga mencengangkan terutama drummer Asido Panjaitan yang kerap berakrobat.

Pada 1971, Panbers merilis album Sound 1: Kami Tjinta Perdamaian. Album yang dirilis oleh label milik Dick Tamimi yaitu Dimita Moulding Industries ini berisikan lagu seperti "Djakarta City Sound", "Let Us Dance Together", dan "Haai", kebanyakan lagunya ditulis oleh Benny.

"Di awal tahun '70 saya sudah berpikir, aku enggak jadi apa-apa kalau tidak mencipta lagu. Terciptalah lagu, saya mulai dengan lagu "Awal dan Cinta". Saya sudah berani nyanyikan di TV dan di pesta-pesta," ujar Benny kepada majalah Tatap (h/t Toba Dreams).

Manggung di TV itulah yang menarik perhatian Dicky Tamimi sehingga ia merekrut Panbers untuk membuat album. Sang produser juga orang yang mengangkat Koes Bersaudara.

Pada awal kariernya, nuansa rock seperti "Djakarta City Sound" banyak dibawa oleh Panbers. Namun hingga kini, khalayak umum mengenang Panbers sebagai musisi dengan tembang kenangan bernada pop seperti "Gereja Tua" yang menerima piringan emas pada tahun 1986.

Meski warna Batak sangat kental dalam band setalian darah ini, tapi dengan cepat Panbers diterima dan menjadi idola kawula muda di seluruh pelosok negeri. Ini ada resepnya sendiri.

"Tahun 80-an kami sudah bikin album Batak, album rohani, album dangdut dan album daerah-daerah lain. Di situ kekuatan Panbers : lagu Manado, Flores, Ambon, Gorontalo, Jawa masuk semua. Saya sudah bikin lagu kurang lebih dalam 15 bahasa daerah Indonesia. Kayak lagu "Gereja Tua" itu 10 daerah versinya. Kekuatan kami di situ," jelas Benny.

Benny dan kawan-kawan juga cerdas dalam membaca keadaan sosial di Indonesia pada 1970-an. Tepatnya suara kaum marjinal di negeri ini, cerita klasik soal kaum yang 'kalah' dari segi sosial.

Dengan berpulangnya Benny ke Yang Maha Kuasa, kini formasi asli dari empat Panjaitan Bersaudara hanya menyisakan Asido Panjaitan.

Sebelumnya Hans dan Doan telah lebih dulu berpulang. Hans pada 1995, Doan pada 2010. Mereka sebenarnya juga punya adik perempuan yang di awal karier membantu mengisi keyboard yaitu Natasya. Ia berpulang lebih dulu pada 1973 karena demam berdarah.
Mengenang Benny Panjaitan, pemusik legendaris Indonesia


Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...aris-indonesia

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Mengenang Benny Panjaitan, pemusik legendaris Indonesia Target pajak APBN 2018 dinilai ambisius

- Mengenang Benny Panjaitan, pemusik legendaris Indonesia Ironi Bupati Nganjuk, menang praperadilan tapi kena OTT

- Mengenang Benny Panjaitan, pemusik legendaris Indonesia Setelah sah jadi UU, revisi dan uji materi pun menunggu

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
6K
37
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan