Pengetahuan bahan pembuatan bara mini tergolong “classified”alias rahasia, sehingga jarang sekali pengetahuan ini dibagikan kepada orang lain. Beruntung penulis bisa mendapatkan pengetahuan mengenai bahan dan cara pembuatan baram – hanya untuk hal inipun penulis tidak dapat menuliskan secara detail bahan dan cara pembuatannya.
Namun bahan pembuatan Baram ini terdiri atas rempah-rempah yang sangat baik buat kesehatan seperti laos, uhat tingen, lengkuas, merica, uhat pinang, uhat enyuh, pala, kayu manis, Lombok, bawang putih dll.. bahan-bahan ini tentunya sangat baik buat kesehatan peminumnya jika digunakan secara benar. Yang sering terjadi orang mengalami kematian akibat meminum baram adalah apabila bara mini dicampur-campur dengan spritus, obat-obatan, dan lain macam campuran untuk membuat orang semakin mabuk. Tetapi baram sejatinya sangat baik buat kesehatan.
Didalam pengolahan baram ini pun – sang pembuat memiliki beberapa pantangan dan menentukan hari yang baik. Pantangan-pantangan ini misal: tidak boleh membuat baram dalam keadaan sedang bertengkar atau ada orang rumah yang sedang bertengkar bahkan jika hewan peliharaan bertengkarpun tetap tidak boleh membuat baram, kemudian tidak membuat baram setelah melakukan hubungan badan – jadi selama pembuatan harus berpantang, atau jika ada anggota keluarga yang sakit atau meninggal maka tidak diperbolehkan membuat baram ini. Konon dipercaya hal ini akan mempengaruhi rasa mapun kematangan baram, juga akan mempengaruhi emosi orang yang meminumnya. Jika sang pembuat dalam keadaan emosi maka rasa baram akan terasa masam dan yang meminumnya cenderung akan memiliki emosi yang tidak baik.

Dalam pembuatan baram, sang pembuat akan mengucapkan doa-doa dalam setiap prosesnya. Misal dalam proses pembuatan tapainya“toh ikau tapai pulut, aku balaku ikau masak, mangat ikau manis menyak, tada bahari, laris manis” – artinya“ini engkau ketan, aku meminta supaya engkau masak, supaya engkau manis berlemak, peda dan laris manis”
Baram ini memiliki nilai yang sakral bagi suku Dayak Ngaju. Penggunaannya didalam beberapa ritual, misal untuk BESANGIANG – Ritual besangiang adalah ritual memanggil roh-roh baik (malaikat) untuk membantu manusia seperti untuk menyembuhkan, membuang sial dll. RAPIN TUAK atau BARAM ini adalah syarat mutlak dalam ritual SANGIANG – sebab jika tidak tersedia RAPIN TUAK ini maka Ruh Sengiang tidak akan mau datang. Selain dalam ritual besangiang, baram digunakan dalam prosesi pernikahan Adat Dayak Ngaju – saat ini menyedihkannya penggunaan baram sudah diganti dengan Anggur Kolesoum cap orang tua, padahal penggunaan BARAM memiliki filosofi yang mendalam. Minuman ini diberikan ketika dilakukan acara Haluang Hapelek – Menanyakan maksud kedatang fihak laki-laki, biasanya akan ada adu pantun dan penuh candaan. Jika salah satu fihak salah bicara atau kalah berpantun maka akan didenda meminum tuak, jadi baram ini digunakan sebagai cara mempererat hubungan antar keluarga juga untuk menyambut tamu kehormatan. Selain sebagai alat ritual, baram memiliki khasiat dalam pengobatan yaitu untuk mengobati asam urat dan penyakit stroke.
Untuk cara meminum baram buat orang Dayak Ngaju, mereka menggunakan gelas tanduk dan secara bergantian mereka meminumnya sambil bercerita. Berbeda dengan sub Suku Dayak lain seperti di daerah Kalimantan Utara dimana mereka menggunakan BALANAI atau tempayan dengan menggunakan sedotan yang terbuat dari buluh, seperti pengalaman penulis ketika berkunjung Desa Sedulun tempat komunitas Dayak Bulusu – ketika kami pertama kali disana kami disambut dengan sangat hangat, acara minum ini digunakan sebagai acara permainan dimana akan ditaru sebuah kayu diatas kendi dan dua orang berlomba meminumnya jika salah satu tidak berhasil melewati tanda dari kayu itu maka ia akan dihukum makan makanan yang disiapkan – sungguh suasana kekeluargaan yang ramah khas suku Dayak.

Buat Orang Dayak baram bukan hanya minuman keras yang digunakan untuk bermabuk-mabukan tetapi bernilai sacral dan mempererat rasa kekeluargaan baik buat orang yang baru dikenal maupun yang sudah lama dikenal. Sehingga BARAM ini tidak seharusnya dilarang produksinya – orang Jepang saja bisa menghargai sake nya sebagai minuman khas mereka. Kenapa kita malahan mematikan tradisi dan mengijinkan peredaran minuman keras yang mahal dari luar negeri yang buat masyarakat Dayak khususnya tidak memiliki nilai kesakralan. Istilah Bahasa inggrisnya “What a shame!!!”