- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Pengorbanan Dan Wasiat Terakhir Yos Sudarso diLaut Aru


TS
vizum78
Pengorbanan Dan Wasiat Terakhir Yos Sudarso diLaut Aru





Di negeri ini siapa yang tidak kenal dengan pahlawan angkatan laut yang gagah berani dan gugur di medan pertempuran ini.

Yosaphat soedarso atau komodor yos sudarso adalah tokoh tersebut,

Kegagahan dan keberanian beliaulah yang membuat ane ingin menceritakan sejarah beliau dan kontroversi cerita di balik gugurnya beliau di laut aru.

Inilah kisahnya gan:

Spoiler for history never end:

Salah satu pertempuran dramatis saat merebut Irian Barat dari tangan Belanda adalah pertempuran di Laut Aru.
Laksamana Yos Sudarso jadi korbannya. Tapi ada kisah heroik menjelang detik-detik kapal yang ditumpangi Yos Sudarso karam ditembak kapal Belanda.
Pasca konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda, masih ada masalah yang mengganjal antara kedua negara,
Indonesia dengan Belanda.
Masalah yang mengganjal itu mengenai status Papua.
Belanda rupanya, tak kunjung rela melepaskan bumi Cendrawasih ke pangkuan ibu pertiwi.
Sikap keras kepala Belanda itu membuat Soekarno sebagai Presiden marah.
Operasi militer pun digelar dengan sandi operasi Trikora.
Konfrontasi terbuka pun tak bisa dihindarkan.
Beberapa kami terjadi kontak fisik antara militer Belanda dengan tentara nasional Indonesia.
Korban berjatuhan dikedua belah pihak. Tapi, Indonesia pantang menyerah.
Hanya ada satu kata, Papua harus kembali kepangkuan ibu pertiwi.
Ketika itu, kondisi angkatan perang Indonesia masih kalah jauh dengan Belanda.
Maklum, Indonesia adalah negara yang baru merdeka.
Sementara Belanda, adalah negara yang punya persenjataan modern.
Meski begitu, tentara Indonesia tak kalah dengan serdadu Belanda.
Semangat tempur prajurit Indonesia, lebih unggul ketimbang mental berpegang pasukan kolonial.
Salah satu pertempuran yang paling dramatis semasa konfrontasi merebut Papua, adalah pertempuran dahsyat di laut Aru, Papua.
Di kisahkan, pada12 Januari 1962,
tiga buah kapal atau Motor Torpedo Boat (MTB), bergerak ke Laut Aru.
Tiga MTB ini, RI Macan Tutul, RI Harimau dan RI Macan Kumbang.
Bertindak sebagai komandan operasi adalah Kolonel Wiratno.
Dalam operasi tersebut, ikut pula Deputi KSAL, Yos Sudarso yang ketika itu masih berangkat komodor.
Selain Yos, ikut bergabung Kepala Dorektorat Operasi Markas Besar AL, Kolonel Sudomodan Asisten II Kasad Kolonel Mursaid. Yos, menumpang di kapal Macan Tutul.
Sementara Sudomo ada di RI Harimau,Kapal-kapal perang itu bergerak ke laut Aru untuk melakukan patroli rutin.
Selain berpatroli kapal-kapal itu dikerahkan untuk memantau situasi di garis depan operasi militer yang sedang dilakukan. Awalnya, tak ada gangguan.
Kapal-kapal pun berlayar dengan tenang mengarungi laut Aru yang gelap.
Kapal- kapal bergerak malam hari, untuk menghindari kapal musuh. Tanggal 15 Januari 1962, sekitar pukul 21.15 waktu setempat, kapal-kapal yang sedang patroli dikejutkan dengan kehadiran dua pesawat.
Di angkasa terdengar bunyi pesawat menderu. Ternyata itu adalah pesawat milik militer Belanda yang sedang melakukan pengintaian.
Tak pelak, munculnya pesawat Belanda, membuat situasi jadi tegang. Kapal- kapal langsung dalam keadaan siaga.
Benar saja, setelah pesawat lewat, muncul beberapa kapal perusak milik Belanda.

Spoiler for the battle has begin:

Pertempuran pun berjalan tak seimbang, sebab kapal perusak Belanda lebih canggih dari sisi persenjataan.
Di gelap malam, Kapal-kapal kapal perang Indonesia dibombardir kapal perusak Belanda.
Tak mau semua kapal perang karam, Laksamana Yos Sudarso yang ketika itu ada di KRI Macan Tutul,langsung mengambil alih komando.
Ia memerintahkan KRI Macan Tutul untuk bermanuver, menghadang laju kapal perusak Belanda.
KRI Macan Tutul pun jadi tameng bagi Kapal-kapal kapal lainnya.
Tanpa ampun, KRI Macan Tutul pun langsung dibombardir, jadi sasaran empuk senjata kapal perusak Belanda.
Kapal pun kena tembakan. Lalu terbakar dan karam ke dasar lautan.
Tapi, karena manuver KRI Macan Tutul itulah, kapal lainnya, selamat.Tapi, harga yang harus dibayar sangat mahal.
Laksamana Yos Sudarso jadi tumbalnya Dan ada sebuah kisah dramatis sebelum kapal karam.
Saat itu, ketika kapal mulai melesak ke dasar lautan Laksamana sempat berteriak.
Teriakan yang merupakan wasiat terakhirnya sebelum ikut tenggelam bersama KRI Macan Tutul.
Sebuah wasiat yang bikin merinding,Pesan terakhir sang Laksamana disuarakan lewat combat message.
" Kobarkan semangat pertempuran," begitu wasiat terakhir sang Laksmana, sebelum ikut karam bersama kapal yang ditumpanginya.
Kolonel Sudomo sendiri, kelak karirnya moncer.
Bahkan di era Soeharto berkuasa, Sudomo pernah jadi orang kepercayaan penguasa Orde Baru itu.
Sudomo pernah didapuk jadi Panglima Kamtibatau Pangkopkamtib di era Soeharto.
Mungkin, jika Laksmana Yos Sudarso tak mengorbankan diri, nasib Sudomo boleh jadi akan sama, ikut karam bersama kapal yang ditumpanginya.
Sungguh pengorbanan yang patriotik.

https://www.vebma.com/sejarah/Kisah-...0%2C4588004551
Spoiler for riwayat sang tokoh dan kontroversial sejarah setelah beliau gugur:

Flare dijatuhkan, Samudera Pasifik yang semula gelap-gulita menjadi terang-benderang.
Operasi senyap tiga Kapal Republik Indonesia (KRI) di perairan Maluku itu ketahuan!
Kubu lawan ternyata telah menyiapkan tiga kapal yang ukurannya lebih besar dari tiga KRI yang sedang menjalankan misi rahasia.
KRI Harimau, KRI Macan Tutul, dan KRI Macan Kumbang yang semula berlayar tenang kini mulai waspada.
Pertempuran di samudera barangkali segera terjadi.Benar saja.
Pihak Belanda yang juga bersiaga mengira tiga kapal Indonesia itu dilengkapi senjata, padahal tidak.
Tembakan peringatan pertama pun dilepaskan dan jatuh di dekat KRI Harimau, ada Kolonel Sudomo dan sejumlah petinggi Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) lainnya di atas kapal itu.
Sadar kalah perlengkapan tempur, Komodor Yos Sudarso yang memimpin KRI Macan Tutul memerintahkan ketiga kapal republik putar balik untuk mundur sementara.
Belanda yang menyangka gerakan itu adalah manuver untuk menyerang segera melepaskan tembakan sebelum diserang duluan.
Malangnya, mesin KRI Macan Tutul mendadak mati. Yos Sudarso berpikir keras, harus ada kapal republik yang selamat.
Dikisahkan dalam buku yang ditulis Moh. Oemar,Laksda TNI-AL Anumerta Yosaphat Soedarso (2006), Macan Tutul lantas pasang badan sebagai umpan, memberi peluang dua KRI lainnya meninggalkan medan laga.
KRI Macan Tutul harus berhadapan dengan kapal perang Belanda bernama Karel Dorman yang siap menembak.
Tembakan pertama meleset. Namun, di kesempatan kedua, Macan Tutul kena telak.
Kapal buatan Jerman Barat yang dibeli pada 1960 itu pun terbakar dan perlahan karam.
Pekik “kobarkan semangat pertempuran!” melengking dari saluran radio di dua KRI lainnya, itu suara Yos Sudarso.
Serangan pun berhenti, suasana kembali sunyi.
Sejak kecil Yos bercita-cita menjadi prajurit, setidaknya seperti ayahnya yang seorang polisi.
Tapi, kedua orangtua Yos tidak menghendaki anak kesayangan mereka masuk militer, terlalu besar pertaruhannya di masa-masa yang memang rawan perang itu.
Nama aslinya adalah Yosaphat Soedarso, tapi orang-orang lebih sering menyapanya singkat: Yos.
Ia adalah putra dari pasangan Sukarno Darmoprawiro dan Mariyam, lahir di sebuah kota kecil yang terletak di lereng timur Gunung Merbabu, Salatiga, Jawa Tengah, pada 24 November 1925.
Yos merampungkan pendidikan dasarnya di Hollandsch Inlandsch School (HIS), sekolah dasar bikinan Belanda untuk anak-anak pribumi, pada 1940.
Setelah itu, Yos lanjut ke sekolah menengah MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Semarang dan langsung lulus dalam waktu tiga tahun.
Orangtua Yos sempat girang karena sang putra diterima di Kweekschool (sekolah pendidikan guru) di Muntilan. Namun, situasi yang kala itu tidak kondusif membuat Yos gagal menyelesaikan studi gurunya.
Saat itu memang sedang terjadi peralihan kekuasaan dari Belanda kepada Jepang di tengah berlangsungnya Perang Dunia Kedua.
Batal menjadi guru, Yos tak patah arang. Justru mimpinya menjadi prajurit kini berpeluang untuk diwujudkan.
Apalagi pemerintahan militer Jepang di Indonesia memang sedang membutuhkan banyak tambahan tenaga untuk menghadapi Sekutu di Perang Asia Timur Raya.
Yos masuk Sekolah Tinggi Pelayaran di Semarang sekaligus mengikuti pendidikan militer angkatan laut Jepang.
Hanya butuh setahun bagi Yos untuk lulus sekaligus menjadi salah satu siswa terbaik. Tahun 1944, Yos bertugas di kapal milik Jepang bernama Goo Osamu Butai sebagai perwira di bawah kapten.
Usai Jepang kalah dan Indonesia merdeka pada 1945, karier Yos berjalan sangat mulus. Ia bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR,cikal-bakal TNI) Laut dan turut ambil bagian dalam berbagai operasi militer untuk mengatasi aksi letupan perlawanan di daerah.
Pada 1950, setelah Belanda secara penuh mengakui kedaulatan RI, Yos menjabat sebagai komandan dan memimpin cukup banyak kapal milik republik, dari KRI Alu, KRI Gajah Mada, KRI Rajawali, hingga KRI Pattimura.
Yos juga sempat menjabat sebagai hakim pengadilan militer selama 4 bulan pada 1958.
Gejolak internal ALRI pada 1959 menjadi titik krusial dalam karier milter Yos Sudarso.
Ia turut dalam rombongan Letnan Kolonel Ali Sadikin yang tidak sepakat dengan kepemimpinan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAU), Laksamana Subiyakto.
Konflik tersebut disebut-sebut terkait dengan perbedaan pandangan politik, juga idealisme, di kalangan perwira angkatan laut.
Pada waktu itu, militer memang menjadi ajang kekuatan yang hebat antara berbagai golongan politik, seperti digambarkan oleh Denys Lombard dalam Nusa Jawa: Jaringan Asia (1996).
Demi meredam polemik, Subiyakto mundur, digantikan R.E. Martadinata. Tak lama usai suksesi itu, Yos Sudarso naik pangkat berturut-turut dalam tempo singkat, dari Deputi I/Operasi, kemudian Letnan Kolonel, hingga Komodor (Laksamana Pertama).
Saat Yos gugur dalam Pertempuran Laut Aru pada 15 Januari 1962 itu, ia menjabat sebagai Deputi Operasi KSAL atau orang nomor dua di Angkatan Laut Republik Indonesia.
Pada 19 Desember 1961, Presiden RI Sukarno mendeklarasikan Tri Komando Rakyat (Trikora) untuk membebaskan Papua dari Belanda, yang ditindaklanjuti dengan pembentukan Komando Mandala Pembebasan Irian Barat.
Yos Sudarso terlibat sentral dalam rangkaian operasi militer yang ternyata menjadi bakti terakhirnya untuk nusa dan bangsa itu.
Gugurnya Yos Sudarso di Laut Aru membuka tabir yang menyelimuti insiden tersebut.
Operasi militer itu memang bersifat rahasia, dilakukan untuk mencari informasi tentang armada perang Belanda yang memanglebih banyak dan bersenjata lengkap disekitar Irian Barat.
Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dituding sebagai pihak yang paling bertanggungjawab atas insiden tersebut.
Seharusnya, pesawat-pesawat pengintai milik AURI memberikan informasi situasi terkini dari atas perairan Maluku, tapi itu ternyata tidak dilakukan, entah apa sebabnya.
Polemik yang semakin meruncing dan saling menyalahkan membuat Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Laksamana Udara Soerjadi Soerjadarma mundur dari jabatannya pada 19 Januari 1962 dan digantikan oleh Letnan Kolonel Oemar Dhani.
Yang menjadi persoalan, pemerintah sama sekali tidak mengetahui rencana operasi yang dipimpin oleh Kolonel Sudomo tersebut, termasuk Sukarno selaku presiden dan Menteri Keamanan Nasional Republik Indonesia saat itu, A.H. Nasution.
Julius Pour dalam buku Konspirasi di Balik Tenggelamnya Matjan Tutul(2011), menuliskan bahwa Rapat Dewan Pertahanan Nasional di Istana Bogor pada 20 Januari 1962 untuk membahas insiden Laut Aru berlangsung tegang.
Kolonel Mursyid yang turut dalam rombongan Kolonel Sudomo di KRI Macan Kumbang, membantah operasi tersebut ilegal.
Ia menyebutnya sebagai gerakan sukarela karena sudah disepakati oleh para petinggi militer meskipun tidak disampaikan kepada pemerintah karena tujuannya hanya mencari informasi kekuatan Belanda.
Terlepas dari apa yang disebut oleh Pour sebagai konspirasi dalam operasi senyap tersebut, Yos Sudarso telah mengorbankan nyawanya untuk republik dan demi menyelamatkan rekan-rekannya.
KRI Macan Tutul tenggelam bersama 24 orang yang ikut bersamanya sebagai kusuma bangsa.
Sedangkan 53 orang yang selamat dijadikan tawanan oleh Belanda.
Selain mendapat gelar pahlawan nasional dari pemerintah RI, nama Yos Sudarso juga diabadikan sebagai nama banyak sekolah Katolik di berbagai daerah.
Yos memang seorang penganut Katolik taat yang mengabdikan karier dan hidupnya untuk Indonesia. Yos Sudarso gugur meninggalkan istrinya, Siti Kustini, dan 5 orang anak.
https://tirto.id/pengorbanan-yos-sud...0%2C9030847963
kepahlawan rakyat bangsa ini bukan karna suku,agama dan ras apa yang ada pada mereka,tapi karna kecintaan mereka terhadap negeri ini dengan meninggalkan semua di belakang dan hanya satu yg di majukan yaitu bangsa ini harus merdeka dan kemerdekaan itu akan mereka perjuangkan hingga tetes darah terakhir

komodor yos sudarso





Diubah oleh vizum78 22-10-2017 15:56
0
33.4K
Kutip
175
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan