Kaskus

Entertainment

gilgirooAvatar border
TS
gilgiroo
Hubungan Zoroastrianisme Terhadap Agama Abrahamik
Hubungan Zoroastrianisme Terhadap Agama Abrahamik

Hubungan Zoroastrianisme Terhadap Agama Abrahamik

Perlu diakui bahwa dalam interaksi sosial budaya, akan terjadi pengambilan ide-ide antar kaum/bangsa. Termasuk dalam urusan agama / kepercayaan. Zoroastrianisme adalah sebuah agama tua yang mempunyai banyak pengaruh dalam peradaban umat manusia di kemudian hari. Pendiri agama ini adalah seorang Persia(sekarang-Iran) bernama Zaratustra. Dalam sejarah agama dunia, Zoroastrianisme kemungkinan besar adalah agama monoteis pertama di dunia. Zoroastrianisme pernah menjadi agama resmi kerajaan Persia.

Hampir semua ahli sejarah dunia sepakat bahwa ide ajaran yang diusung agama Abrahamik (Yudaisme, Kristen & Islam), berasal dari Zoroastrianisme. Meski khusus untuk Yudaisme, ada beberapa ahli sejarah yang masih memperdebatkan hal ini. Namun,gaya bahasa dan penulisan manuskrip Zoroastrian cenderung menunjukkan bahwa agama ini jauh lebih tua dari Yudaisme. Mari kita bahas beberapa hal mengenai ide-ide pokok ajaran agama Abrahamik, terkait dengan Zoroastrianisme.

Zoroastrianisme, Yudaisme & Kristen

Widengren menyatakan:

Kepentingan sejarah agama-agama Iran ada pada peran besar yang mereka mainkan dalam perkembangan iran dan dalam kuatnya pengaruh agama tipe Iran yang ada di Barat, khususnya pada agama Yahudi setelah masa pembuangan; pada agama-agama misterius Hellenistik seperti Mithraisme; Gnosticisme; dan Islam, dimana gagasan-gagasan iran ditemukan, baik dalam Sekte Syiah, sekte- sekte utama abad pertengahan dan pada agama (aliran) islam lain serta eskatologi populer lainnya. Widengren juga menunjukkan pengaruh Zoroastrianisme pada Perjanjian Lama selama pembuangan Babilon pada Yahudi dalam karya Die Religionen Irans (1965).

Morton Smith mungkin yang pertama menunjukkan kemiripan antara Yesaya 40-48 dengan himne Zoroastrianisme yang dikenal sebagai Gatha, khususnya Gatha 44.3-5: gagasan bahwa Tuhan menciptakan terang dan gelap ada di keduanya.

John Hinnels menulis “Zoroastrian Savior Imagery and Its Influence on the New Testament,” dengan pengaruhnya yang berkembang lewat kontak-kontak orang Yahudi dengan orang Parthian pada abad ke-2 SM dan pertengahan abad ke-1 M.

Konsep Tuhan & Wahyu

Ahura Mazda (juga disebut Ohrmazd, Hourmazd, Hormazd, Aramazd and Azzandara) adalah Tuhan dari peradaban Persia kuno. Ia dideskripsikan sebagai yang Maha Ada, Maha Kuasa dan Abadi, memiliki Kekuasaan dan Daya Cipta Tinggi. Tuhan ini mempunyai perantara untuk menyampaikan pesan. Ia disebut Spenta Mainyu (Roh Suci) dan mengatur jagat raya lewat para malaikat. Tapi Kekuasaan Tuhan, dihalangi oleh musuhnya, Ahriman, mirip dengan Setan, yang akan dihancurkan pada akhir dunia.

Disini ada kemiripan dalam ajaran eskatologinya, doktrin dunia yang melakukan regenerasi, kerajaan sempurna, kedatangan penyelamat/messiah, kebangkitan orang mati dan hidup selama-lamanya. Ahura Mazda menurunkan wahyu dan perintahnya pada Zoroaster digunung tempat pertemuan suci; YHWH melakukan pertemuan yg mirip yaitu dengan Musa di gunung Sinai.

Konsep Penyucian

Aturan penyucian Zoroastrian terutama praktek membuang kekotoran (yg menyebabkan kenajisan) karena kontak dengan mayat atau materi kotor lain ada dalam Avestan Vendidad yg hampir mirip dengan aturan kitab Imamat.

Masa Penciptaan

Enam hari penciptaan dalam Kitab Kejadian mirip dengan enam perioda penciptaan yang dituliskan dalam ayat-ayat Zoroastrian.

Adam & Hawa

Dalam agama abrahamik, umat manusia berasal dari Adam dan Hawa. Sama halnya dengan Zoroastrianisme. Mashya (lelaki) serta Mashyana (perempuan) adalah Adam dan Hawa versi agama asli Persia ini.

Kisah Air Bah

Kisah banjir bandang dalam agama Abrahamik, dideskripsikan telah menghancurkan seluruh umat manusia kecuali sekelompok orang saleh beserta keluarganya; dalam Avesta (kumpulan teks suci Zoroastrianisme), sebuah musim dingin memusnahkan populasi bumi kecuali keluarga Yima di Vara. Dalam kedua kisah tersebut, bumi diisi oleh orang-orang baru dengan sepasang makhluk terbaik utk tiap jenis, dan lalu bumi terbagi menjadi tiga kerajaan.

Tiga anak dari penerus Yima, Thraetaona: Airya, Sairima dan Tura menjadi pewaris dari Persia;

Ini mirip Shem, Ham dan Japhet-nya versi Semit. Yudaisme dengan kuat dipengaruhi oleh Zoroastrianisme jika dipandang dari sudut ilmu angelologi dan demonolog, dan mungkin juga dalam doktrin kebangkitannya.



Zoroastrianisme & Islam

Islam jelas terpengaruh oleh ajaran Yudaisme dan Kristen. Beberapa kemiripan Yudaisme dan Kristen terhadap Zoroastrianisme di atas juga ada dalam ajaran Islam.

Penulis islamis pertama yang menganggap serius ide pengaruh langsung Zoroastrianisme terhadap islam mungkin adalah Goldziher, yang mana artikel-artikelnya banyak dikutip di bab ini.

Kemenangan muslim atas tentara Sassanian Persia pada perang Qadisiyah tahun 636M, menandai awal kontak langsung dua masyarakat ini. Kontak dua budaya ini punya pengaruh sangat besar pada Arab dan Islam. OrangPersiayang masuk islam membawa pengertian baru mengenai kehidupan religius ke dalam Islam.

Konsep Negara Agama

Ketika dinasti Umayyah digulingkan, dinasti Abbasiyah mendirikan negara teokratis dibawah pengaruh religio-politisnya Persia; Revolusi Abu Muslim yang membawa Abbasiyah kepuncak kekuasaan aslinya bisa disebut sebagai sebuah gerakan berbau ‘Persia’. Abbasiyah mengadopsi banyak tradisi dari kaum Sassanian: mereka memakai gelar RajaPersia, meski mereka sadar akan hubungan pengertian antara institusi kalifah dengan konsep kerajaannyaPersia; kerajaan mereka berupa negara agama/ulama dan merekalah yang menjadi pemuka agamanya; seperti kaum Sassanian mereka menganggap diri mereka suci. Ada hubungan yang sangat dekat antara pemerintahan dan agama, sebuah hubungan yang saling ketergantungan, sebuah persatuan yang sempurna terbentuk didalamnya. Pemerintahan dan agama menjadi identik dan dg demikian agama menjadi pemerintah bagi orang-orang lainnya.

Tentang Mengaji

Konsep pembacaan ayat- ayat Quran sangat mirip dengan kepercayaan Persia yang juga suka membacakan ayat-ayat dari Avestan Vendidad. Mereka sama-sama yakin dg membacakan Kitab Suci akan membantu meringankan tugas manusia dari segala kekurangan yang didapatkan di bumi; ini penting selain bagi negara juga bagi keselamatan jiwa masing-masing individu. Baik muslim maupun Zoroastrian suka membaca kitab-kitab mereka sampai berhari-hari setelah kematian salah seorang keluarga.

Tentang Mizan

Doktrin Islam mengenai Mizan atau timbangan (Surah 21.47), yaitu timbangan yang dipakai utk menimbang perbuatan semua manusia, jelas berasal dari Persia. Dalam konsep ‘timbangan’ ini, umat Islam diperhitungkan nilai dari perbuatan baik dan jahatnya, seperti praktik timbangan yang sebenarnya. Nabi pernah berkata: Siapapun yang mengucapkan doa diatas tandu jenazah mendapatkan satu kirat tapi yang hadir pada saat jenazah dikebumikan mendapat dua kirat yang mana beratnya sama dengan berat gunung Chod. Sholat berjamaah punya nilai dua puluh limakali lebih banyak dari sholat individu. Dan lain sebagainya.

Menurut ajaran Islam, pada hari Kiamat, malaikat Jibril akan memegang timbangan ini, sebelah menggantung diatas surga dan yang lainnya diatas neraka. Mirip dalam Parsisme, ketika hari kiamat dua malaikat akan berdiri pada jembatan penghubung surga dan neraka, memeriksa setiap orang yang lewat. Satu malaikat yg mewakili Kemurahan Hati Tuhan, memegang timbangan ditangannya utk menimbang semua perbuatan baik orang ini, jika perbuatan baiknya lebih banyak dia akan dilewatkan ke surga; sebaliknya malaikat kedua mewakili keadilan Tuhan, menimbang perbuatan jahat dan akan melempar mereka ke neraka.

Tentang Shalat

Sholat lima waktu muslim juga mirip dengan agama asli Persia ini. Muhammad sendiri, mulanya menetapkan dua sholat saja. Lalu, seperti ditulis dalam Quran, sholat ketiga ditambahkan, menjadi sholat subuh, sholat magrib dan sholat ashar, yang berhubungan dengan tradisi Yahudi Shakharith, Minkah dan Arbith.

Terjadinya interaksi dengan kaum Zoroastrian tentu memberikan pengaruh. Semangat religius kaum Zoroastrian dikenal sangat tinggi. Ini kemudian berujung pada penetapan shalat lima waktu sebagai standar tingkat religiusitas muslim. Hal ini sama benar dengan kebiasaan Gahs (sholat)-nya orang Persia.

Selain pengaruh Persia terhadap islam yang masuk melalui Yudaisme dan Kristen, interaksi sosial budaya juga menjadi salah satu pemicu masuknya budaya Persia sejak masa Arab Pra Islam.

Para pedagang Mekkah secara teratur melakukan kontak dengan budaya Persia; sementara banyak juga penyair Arab suka berkelana ke kerajaan Arab di al-Hira dekat Efrat, dimana kerajaan ini sudah lama berada dibawah pengaruh Persia dan seperti Jeffery katakan, “kerajaan ini menjadi pusat utama dari pencampuran budaya Iran diantara orang Arab,”. Para penyair seperti al-Asha, menulis puisi-puisi yang sepenuhnya memakai kata- kata Persia.

Sejumlah besar kata-kata Persia dari Avestan dan Persia Tengah (Pahlavi) serta ungkapan-ungkapan lain muncul pula di Arab. Bahkan ada bukti kaum berhala Arab ada yang menjadi pemeluk Zoroastrian. Pengaruh Persia juga bisa dirasakan di Arab Selatan, dimana para pegawai pemerintah Persia memerintah disana atas nama Sassanian. Malah kita punya kesaksian dari Quran langsung, yang menyebut orang Zoroastrian sebagai orang Majusi dan menyebut serta mensejajarkan mereka dengan orang Yahudi, Sabian dan Kristen, sebagai orang-orang percaya (surah 22.17).

Ibn Hisham, penulis biografi Muhammad, mengatakan bahwa ada seseorang bernama an- Nadr ibn al-Harith yang biasa bercerita pada orang Mekah kisah-kisah ‘Rustem the Great’ dan tentang Isfandiyar serta Raja-raja Persia, orang ini selalu sesumbar bahwa kisah-kisah dari Muhammad tidaklah lebih baik dari kisah-kisah yang dia ceritakan. Torrey: “sang nabi melihat para pendengarnya menghilang, dan menjadi dendam pada orang ini, dendam yang kemudian dia lampiaskan setelah perang Badar. An-Nadr ditangkap dan membayar semua ceritanya dengan nyawa.” Kita juga belajar dari Ibn Hisham bahwa diantara para sahabat nabi ada seorangPersiabernama Salman, yang menceritakan pada Muhammad tentang agama nenek moyangnya.

Hari Sabat

Muhammad juga terpengaruh Zoroastrian mengenai sikapnya tentang hari Sabat dan sikapnya yg menentang gagasan Tuhan perlu istirahat setelah menciptakan dunia dalam enam hari. Teolog Parsi juga mengambil posisi yang sama, menentang hari Sabatnya Yahudi. Bagi Muhammad dan semua muslim, Jum’at bukanlah hari Sabat, hari istirahat, tapi sebuah hari dimana orang-orang berkumpul utk melakukan penyembahan kultusnya.

Buraq

Menurut hadis, Muhammad melakukan perjalanan kesurga, dimana dia bertemu malaikat Jibril, Musa dan Ibrahim dkk, menaiki seekor binatang bernama Buraq, binatang bersayap dua, putih, sebesar kuda. Buraq kabarnya mirip dengan binatang khayal orang-orang Assyrian, Gryphon, telah ditunjukkan oleh Blochet bahwa konsep muslim banyak yang berasal dari ide-ide orang Persia. Perincian dari kenaikan kesurga ini juga mirip dengan literatur Zoroastrian.

Kenaikan kesurga (atau Mi’raj) dapat dibandingkan dengan kisah Pahlavi dalam teks yang disebut Arta Viraf (atau Artay Viraf) yang ditulis beberapa ratus tahun sebelum era Muslim.Parapendeta Zoroastrian merasa iman manusia telah memudar lalu mereka mengirim Arta Viraf ke surga utk mencari tahu apa yang telah terjadi. Arta naik dari satu surga ke surga lainnya dan akhirnya berhasil kembali ke bumi utk memberitahu orang-orang apa yang telah dia lihat disana:

Kenaikanku yang pertama adalah ke surga terendah;. Dan disana kami lihat malaikat yg bersinar menyilaukan. Dan aku tanya Sarosh sang suci dan Azar sang Malaikat: “Tempat apakah ini, dan siapakah mereka?” [Kami lalu diberitahu bahwa Arta juga naik kesurga kedua dan ketiga.] “bangkit dari singgasana emasnya, Bahman sang Malaikat kepala, ia mengantarku hingga bertemu Ormazd yang bersama sekelompok malaikat dan para pemimpin surga, semuanya bersinar cemerlang, sinar yang belum pernah kulihat sebelumnya.

Pemimpinku berkata: Inilah Ormazd. Aku mengucap salam padanya dan dia berkata senang sekali menyambutku yg datang dari dunia ketempat bersinar dan suci ini.. Akhirnya guideku dan malaikat api setelah menunjukkan surga membawaku ke neraka; dan dari tempat gelap dan mengerikan itu membawaku keatas ketempat yang sangat indah dimana Ormazd dan kelompok malaikatnya berada. Aku dg semangat menyalami dia, lalu dia dengan ramah berkata: “Arta Viraf, pergilah kedunia, kau telah melihat dan sekarang tahu mengenai Ormazd, karena akulah Dia; yang Sejati dan Benar, Dia yang aku kenal.

Tentang Sirat

Dalam hadis kita juga mengenal sebuah ‘jalan’, Sirat. Kadang disebut jalan yang lurus, tapi seringnya istilah ini dipakai utk menyebutkan sebuah jembatan yang menyeberangi neraka. Jembatan tsb lebih tipis dari sehelai rambut (yg dibelah tujuh) dan lebih tajam dari sebilah pedang, dan dihiasi oleh hal-hal cemerlang pada satu sisi dan onak duri pada sisi lainnya. Orang-orang saleh akan mampu melewatinya dengan mudah, tapi orang jahat akan terpeleset dan jatuh kedalam neraka.”

Ide ini jelas-jelas berasal dari sistem Zoroastrian. Setelah kematian, jiwa manusia harus menyeberangi Jembatan Chinvat Peretu, yang setajam silet bagi orang-orang jahat dan membuatnya tak mungkin bisa terlewati.

Agama-agama dari India dan Iran mempunyai warisan budaya yang sama, karena nenek moyang mereka berasal dari keturunan yang sama – Indo Iranian, lalu mencabang menjadi bangsa yang lebih besar lagi, Indo-Eropa. Dg demikian tidaklah heran jika menemukan tentang ‘jembatan’ (Chinvat Peretu) dalam teks Hindu kuno (misal, Yajur Veda).

Tentang Surga

Bayangan islam mengenai surga juga mirip dengan kisah-kisah dariIndiadanIran. Teks Zoroastrian, Hadhoxt Nask, menjelaskan nasib sebuah jiwa setelah kematian. Jiwa orang baik diam dekat mayatnya selama tiga hari, dan pada hari ketiga jiwanya akan menyaksikan perwujudan dalam bentuk seorang gadis cantik, perawan 15 tahun; lalu mereka bersama naik ke surga. Imajinasi ini mirip juga dengan kisah Hindu, Apsarasa, dijelaskan adanya ‘dewi menggairahkan yang tinggal di surganya Indra’ [9] dan kadang sering berupa para penari dari para dewa, tapi mereka juga yang menyambut jiwa-jiwa yg masuk dalam surga. “Mereka adalah hadiah bagi penghuni surga Indra, para penghuni yang gugur dimedan laga.”

Dg demikian, kisah Hindu dalam segala hal mirip dengan bayangan islam akan surga, berikut adegan-adegan menggiurkan dari para Houris (bidadari) dan perawan, hal ini menimbulkan kehebohan dikalangan para komentator Kristen awal.Paraperawan ini juga ditawarkan di surga bagi para pejuang muslim yang meninggal dijalan Allah. Dalam beberapa ayat Quran dinyatakan penjelasan tentang surga yang bersumber dariPersia: “ibriq.” Kendi air; “araik,” dipan-dipan. Yang dikatakan Jeffery mengenai subjek ini adalah: “Sepertinya sudah pasti bahwa kata “houri” (artinya gadis berkulit putih), yg dipakai orang Arab Utara adalah diambil dari komunitas Kristen, dan lalu Muhammad, dibawah pengaruh bahasaIranmemakainya utk menjelaskan perawan surganya.”


Teks Pahlavi yang menjelaskan surga membicarakan sebuah taman, dimana segala macam bunga dan pohon tumbuh. Ini mengingatkan kita pada Taman Surga (Surah 56.12-39; Surah 76.12-22; Surah 10.9; Surah 55.50): “Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. . . kedua surga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan. . . Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir. . . Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasangan.”

Insan Kamil

Ada kemiripan yang kuat antara konsep Zoroastrian tentang manusia sempurna dan konsep Sufi dalam Islam mengenai manusia sempurna. Kedua keyakinan itu membutuhkan niat yg kuat utk ibadah agar bisa diterima menjadi sempurna. Keduanya sama-sama punya angka2 keramat atau takhyul: misal, angka 33 punya arti penting dalam ritual Parsi, dan dalam islam: 33 malaikat membawa orang sholat kesurga; ketika serangkaian doa-doa suci disebut kita temukan tentang adanya 33 tasbih, 33 tahmid, 33 takbir dan seterusnya.

Beberapa persamaan di atas sedikit banyak telah menggambarkan betapa masing-masing agama yang kita kenal saat ini sesungguhnya hanyalah ramuan dari agama dan kepercayaan yang ada sebelumnya. Ini semua adalah sebuah keniscayaan ketika manusia berinteraksi satu sama lain. Sehingga, sungguh tidak masuk akal jika ada kaum atau penganut agama tertentu yang dengan sombong mengklaim diri mereka sebagai “YANG PALING BENAR”.

SUMBER

-Boyce, Mary, dalam History of Zoroastrianism, Vol.I 1975 & Vol.II 1982.Leiden: Brill

-Widengren ‘Iranian Religions’ dalam Encyclopaedia Britannica XI

-Hinnels, dalam Numen 1969.

-‘Zoroastrianism,’ dalam Jewish Encyclopaedia

-Goldziher, Ignaz. “Parsism and Islam.” Dalam Revue de l’histoire des religions, vol.43 1901

-Jeffery, Arthur. dalam The Foreign Vocabulary of the Koran.Baroda, 1938

-Torrey, C.C. dalam The Jewish Foundation of Islam.New York, 1933

-Tisdall, William. dalam Original Sources of Islam.Edinburgh, 1901

-Stutley, M.J. A Dictionary of Hinduism.London, 1977

-Dowson. Hindu Mythology and Religion.Calcutta, 1991

-Jeffery, Arthur. The Foreign Vocabulary of the Koran.Baroda, 1938

-Ashtiani, Abbas Iqbal and Pirnia, Hassan. Tarikh-eIran(History ofIran),Tehran: Kayyam Publishing House, 1973

-Shadows in the Desert: AncientPersiaat War, By Kaveh Farrokh, Published by Osprey Publishing, 2007

-Ibnu Hisam & Ibnu Ishaq, Sirat Rasul Allah.

HAIL SAMAWII
0
18.7K
111
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan