Memasuki musim hujan, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengagendakan pelebaran dan pengerukan sungai-sungai di ibu kota Republik Indonesia ini. Namun, ia enggan menyebut soal kemungkinan penggusuran warga yang tinggal di pinggir sungai.
"Yang urgent sekarang (adalah) keruk dulu, karena untuk pelebaran (sungai) perlu waktu, sambil kita satu-persatu pastikan lebar sungai memadai untuk air lewat," kata Anies, di kawasan Gunung Mas, Cisarua, Bogor, Sabtu (21/10).
Rencananya itu sejalan dengan keinginan warga. Anies mencontohkannya dengan pengalaman saat memantau tanggul jebol di Kelurahan Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (20/10).
"Seperti kemarin (Jumat), saya datang dan saya lihat. Hampir semua bilang 'Iya, Pak, memang ini harus dilebarkan. Harusnya (lebar sungai) 6 meter, tapi lebarnya 2 meter,'" kata Anies, menirukan obrolannya dengan warga Jatipadang.
Bicara tentang pelebaran sungai itu, Anies enggan menyebutkan akan ada penggusuran warga pinggir sungai untuk direlokasi kemudian seperti yang dilakukan pimpinan DKI sebelumnya.
"Sebentar, jangan buru-buru," kilah Anies, saat ditanya peluang penggusuran itu.
Menurutnya, upaya Pemprov melebarkan sungai tidak harus membuat warga pindah jauh dari tempat tinggalnya kini. Pihaknya akan melihat kondisi tiap-tiap lokasinya lebih dulu.
"Saya selalu sampaikan, penyelesaian kasus tidak bisa sama semua. Tiap-tiap kasus kita lihat, lahannya beda-beda, tingkat kepadatannya seperti apa. Jangan semua orang harus pindah," ujar Anies.
Tentang sumbangan banjir ke Jakarta dari kawasan Puncak, Bogor, yang diduga akibat masifnya pembangunan vila, Anies mengaku tidak bisa berkomentar lebih jauh.
"Saya tidak mau masuk wilayah Pak Gubernur Jawa Barat (Ahmad Heryawan), tetapi saya percaya bahwa penanganan masalah manajemen air ini lintas wilayah," ucapnya.