- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Konsep Pribumi dan Non-Pribumi Dahulu dan Sekarang


TS
skydavee
Konsep Pribumi dan Non-Pribumi Dahulu dan Sekarang

Spoiler for Indonesia Bersatu:

Sebelumnya, saya mau ikut mengucapkan selamat kepada pasangan Pak Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, yang baru saja dilantik menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2017-2022.
Saya harus mengakui dengan jantan, bahwa saya bukanlah salah satu warga yang memilih Gubernur dan Wakil gubernur terpilih untuk bertahta selama kurang lebih lima tahun kedepan. Dan itu dengan jelas saya ungkapkan. Bukankah saya gentleman?
Pidato pada pelantikan pertama ada yang menurut kaca mata analisis saya kurang tepat. Sebagai informasi, saya hanyalah rakyat jelata yang berhak menyuarakan uneg-uneg saya di alam demokrasi ini. Pada bagian manakah gerangan itu?
Melontarkan kata pribumi dan non-pribumi menurut saya, ibarat kembali membuka sejarah lama pada masa penjajahan. Meski kalimat ini sudah diklarifikasi oleh yang bersangkutan, namun apa daya, kalimat ini terlanjur menjadi sedikit polemik. Apakah karena terjadi dan diucapkan oleh orang yang nota bene berbeda pandangan politiknya?
Inilah kekuatan medsos sekaligus hebatnya wartawan membuat berita ini menjadi heboh.
Wartawan kan gitu. Ada bahan, disuruh kejar rating, ditambah dengan hal-hal yang bombastis, jadi deh berita itu menghiasi alam jagad medsos dan menjadi headline luarbiasa.
Sebenarnya, ada apa sih dengan predikat pribumi dan non-pribumi ini? Mengapa kesannya jadi beragam persepsi sekaligus ribuan opini? Apakah tingkatan level-nya julukan ini mengalahkan isu tentang PKI? Halah, PKI lagi. Bosen deh eiykee cynn...!!!
Sematan pribumi dan non-pribumi, dalam artikel ini, saya tidak akan memetakan mana ras atau golongan kedua hal ini. Karena jika itu saya lakukan, saya termasuk orang dzolim yang kembali membuka luka lama. Saya hanya ingin membahas, dalam hal ikhwal apa dan demi tujuan apakah pembagian ini dilakukan oleh para penjajah jaman doeloe. Sudah tentu, kita pasti masih ingat ketika pelajaran sejarah, bahwa Belanda adalah penjajah terlama yang menghabiskan banyak rempah-rempah kita untuk membangun negaranya.
Tujuan pembagian kedua golongan ini pada jaman penjajahan adalah pada "pelayanan". Mereka yang keturunan Belanda, akan mendapatkan pelayanan, jika kita ibaratkan pada kelas di kereta api, adalah kelas Eksekutif. Dimana pada kelas ini mereka mendapatkan berbagai fasilitas mewah. Seperti kursi yang bisa diputar-putar, tempat duduk yang lebar dan empuk sehingga pantat tak lekas panas, mendapatkan selimut dan lain-lain. Selimut beneran lho ya? Bukan selimut tetangga.
Sedangkan golongan kedua, yakni golongan pengusaha atau saudagar, akan mendapatkan kelas bisnis. Pada kelas ini, kita masih dapat selimut. Tapi, jika masih gerbong lama, tempat duduknya masih berdempetan.
Agak bahaya jika kebetulan yang duduk bukan muhrimnya. Apalagi jika penumpangnya masih sama-sama remaja. Biasanya suka senggolan dengan alasan gak jelas. Ujung-ujungnya nanya punya obeng apa tidak. Kalau dijawab gak punya, lalu ditanya nomor hp punya kagak? Biasalah, modus.
Nah, golongan yang ketiga ini, yakni pribumi, yang sejatinya penduduk asli, malah dapat kelas ekonomi. Ngeselin banget kan?
Bayangkan kelas ekonomi itu kayak apa. Untungnya PT Kereta Api sudah berbenah. Kalau kereta api jenis ekonomi jaman 1990-an, entahlah. Gak bisa dibayangkan. Sudahlah gak ada AC, tempat duduknya berebutan. Ditinggal pipis bentar ke toilet, eh sudah ada yang nempatin. Mau ngotot, ntar jawabannya, "sama-sama bayar. Lu mau apa?". Belum lagi pengamen sama pedagang asongan plus pencopet bergentayangan. Wes mbohhh...!!!
Pembeda layanan pada pembagian kasta ini juga meliputi akses pendidikan dan kesehatan. Termasuk juga pernikahan. Jangan harap pribumi bisa bebas menikah dengan non-pribumi. Itu hal tabu. Dan tentu, jika ada sejarah yang tercecer dimana ada kasus pernikahan pribumi dan non pada masa penjajahan, mohon kiranya saya dikasi info yach? Biar artikel ini jadi lebih obyektif.
Melihat gambaran sekilas tentang diskriminasi dengan cara saya diatas, rasa-rasanya tak elok deh apabila masih membawa kata-kata ini dalam bidang apapun, dan demi alasan apapun.
Saya lebih setuju jika kita diberi penegasan tentang bahaya dari laten korupsi dan faham radikal yang memiliki celah terjadinya benturan antar warga.
Atau pola persaudaraan antar golongan yang mulai tergerus dengan berdiri diatas ego masing-masing.
Menurut KBBI, istilah pribumi sekarang telah mengalami perluasan. Intinya, siapapun anda, jika kita penghuni suatu tempat diwilayah Indonesia, lahir, tumbuh dan berkembang di Indonesia, maka disebut pribumi. Terlepas nenek moyang kita berasal dari Merkurius, dari Kripton, dari planet Namexs, atau dari planet Meikarta, pokoknya kita lahir, eek, pipis, besar dan tinggal di Indonesia, ya kita orang Indonesia. Mau berkulit putih, coklat, coklat kehitam-hitaman, berambut merah, merah maron, atau bermata belok dan sipit, kita Indonesia. Habis perkara!
Nah, kembali ke pidato tadi, dalam hemat saya, agak kurang sedikit bijak jika masih menyinggung kata pribumi dan non-pribumi demi alasan apapun. Karena para pendiri bangsa ini, telah dengan segenap air mata, cucuran keringat, darah bahkan nyawa, demi manunggalnya rakyat Indonesia dengan segala latar belakangnya.
Tugas besar kita saat ini bukanlah membuat polemik kata dan kalimat tak indah itu menjadi lebih besar dan berpotensi terjadinya konflik. Tapi bagaimana membuat negara ini yang masih tertatih-tatih, memiliki harga diri dikalangan dunia internasional.
Mohon dengan sangat, bagi siapapun pemimpin dan pejabat, agar mengeluarkan pernyataan yang bisa bikin rakyat adem ayem. Karena masyarakat dalam tingkatan grass root, mudah sekali terpancing emosinya. Saya aja barusan buka beranda medsos geleng-geleng kepala.
Yoongalahh... Sampai kapan bangsa ini bisa maju mengejar ketertinggalannya dari negara tetangga. Jika hal sepele aja bisa memicu pertumpahan darah...
Kemajemukan bangsa Indonesia ini sudah menjadi takdir. Untuk itu, jagalah semuanya sampai dengan dunia berakhir. Tidak perlu lagi bicara masalah ras atau apapun demi tujuan terselubung. Cukuplah apa yang terjadi belakangan ini menjadi evaluasi, bahwa bangsa kita sedang mengalami pergeseran moril.
Terakhir, mengenai pilihan politik pada pilkada Jakarta kemaren, saya bocorkan rahasianya ya? Jujur, saya memang gak milih pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Memilih Basuki atau Ahok dengan Pak Djarot pun tidak. Lha wong KTP saya bukan KTP DKI...
Salam
©Skydavee...

[Spoiler=source]

Referensi :
1. https://nusantaranews.wordpress.com/...an-non-pribumi
2. https://www.edunews.id/literasi/opin...-apa-fungsinya
3. http://nusantarakini.com/2017/05/31/...n-non-pribumi/
Diubah oleh skydavee 17-10-2017 22:13
0
24.2K
Kutip
198
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan