Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

suarabenarAvatar border
TS
suarabenar
Tragedi Kematian Kiper Persela dan Penanganan Medis yang Mendapat Sorotan.
Benar Kematian itu Urusan Yang Maha Kuasa, tapi kita juga diwajibkan bertawakal dan berbuat yang terbaik untuk hidup kita bukan?


Sepakbola Indonesia menerima kabar duka lagi. Kali ini, datang dari atas lapangan, dengan meninggalnya kiper Persela Lamongan, Choirul Huda, setelah mengalami benturan dengan rekan setimnya sendiri dalam laga melawan Semen Padang, yang menyebabkan ia diperkirakan mengalami trauma dada, kepala, dan leher.

Kabar meninggalnya Choirul Huda sangat mengejutkan mengingat Huda masih sadarkan diri setelah mengalami benturan, ketika ia terduduk kesakitan sambil memegangi rahangnya yang ikut mengalami benturan.

Huda kemudian langsung dilarikan ke rumah sakit menggunakan ambulans, dan menurut dr Yudistiro Andri Nugroho, Kepala Unit Instalasi Gawat Darurat RSUD dr Segiri Lamongan, pihaknya sudah melakukan berbagai cara untuk menolong kiper senior Persela itu.
"Di ambulans juga ditangani secara medis untuk bantuan napas maupun untuk penanganan henti jantung. Sesampainya di UGD segera ditangani. Kita lakukan pemasangan alat bantu napas yang sifatnya permanen. Kita lakukan inkubasi dengan memasang alat semacam pipa napas. Itu yang menjamin oksigen bisa 100 persen masuk ke paru-paru," akunya.

Dr Yudistiro kemudian menjelaskan bahwa perkiraan awal penyebab kematian kiper yang sudah bermain dalam lebih dari 500 pertandingan untuk Persela tersebut.
“Ada kemungkinan traum
a dada, trauma kepala dan trauma leher. Di dalam tulang leher itu ada sumsum tulang yang menghubungkan batang otak. Di batang otak itu ada pusat-pusat semua organ vital, pusat denyut jantung dan napas."

Analisis awal ini memunculkan pertanyaan; jika trauma leher adalah salah satu kemungkinan penyebab meninggalnya legenda Persela ini, apakah penanganan pertama yang dilakukan oleh tim medis di atas lapangan sudah benar?

Setelah kabar meninggalnya Choirul Huda tersebar, memang cukup banyak orang yang mengunggah pendapatnya mengenai pertolongan pertama yang dianggap dilakukan tidak benar. Salah satunya adalah @sigitpramudya1, akun Twitter milik Sigit Pramudya, fisioterapis PSS Sleman yang sebelumnya juga pernah bekerja untuk Persib Bandung.
Ada beberapa hal yang disoroti oleh Sigit, yaitu tidak adanya cervical collar (alat penyangga leher), proses mengangkat Choirul Huda ke atas tandu, hingga proses membawa Huda ke ambulans.

Tragedi Kematian Kiper Persela dan Penanganan Medis yang Mendapat Sorotan.


Apa yang disampaikan Sigit tentu masuk akal jika melihat tayangan ulang bagaimana penanganan Choirul Huda yang terkesan sangat buru-buru dan agak serampangan. Ini menjadi masalah karena Choirul Huda mengalami benturan yang cukup hebat di area kepala (rahang bawah), yang kemudian diketahui juga memberikan trauma pada leher. Padahal, menurut situs Medicalogy, leher adalah bagian tubuh yang vital mengingat bagian ini memiliki tujuh tulang pertama yang menyusun tulang belakang. Leher juga merupakan bagian tubuh yang menghubungkan tubuh dengan otak, organ tervital bagi kehidupan manusia.


Apa yang disampaikan Sigit tentu masuk akal jika melihat tayangan ulang bagaimana penanganan Choirul Huda yang terkesan sangat buru-buru dan agak serampangan. Ini menjadi masalah karena Choirul Huda mengalami benturan yang cukup hebat di area kepala (rahang bawah), yang kemudian diketahui juga memberikan trauma pada leher. Padahal, menurut situs Medicalogy, leher adalah bagian tubuh yang vital mengingat bagian ini memiliki tujuh tulang pertama yang menyusun tulang belakang. Leher juga merupakan bagian tubuh yang menghubungkan tubuh dengan otak, organ tervital bagi kehidupan manusia.

Menurut situs BlogDokter yang dikelola oleh dr. I Made Cock Wirawan, S.Ked dari Rindam IX Udayana, salah satu tanda atau gejala seseorang mengalami cedera tulang belakang adalah orang tersebut mengalami cedera kepala dan terjadi penurunan kesadaran. Inilah yang terjadi pada Choirul Huda, yang mengalami benturan di area kepala dan kemudian pingsan di atas lapangan.
Dan apa hal pertama yang perlu dilakukan seorang petugas medis ketika ada kasus seperti itu? Menariknya, ini yang ditulis dr. Made: jangan pindahkan korban dan biarkan korban dalam posisinya. Bahkan, jika hendak memberikan pertolongan jika korban mengalami masalah pernapasan pun, petugas medis tidak boleh menggerakkan kepala.

Tragedi Kematian Kiper Persela dan Penanganan Medis yang Mendapat Sorotan.


Sementara ketika korban harus dimiringkan, dr. Made menulis bahwa kepala harus dipegang agar tetap berada sejajar dengan tubuh. Singkatnya, dalam kasus seperti yang dialami oleh Choirul Huda, petugas medis seharusnya berhati-hati dalam melakukan pertolongan pertama, terutama ketika mengangkat dan membawanya ke ambulans.

Yang terjadi di lapangan, sayangnya, tidak sesuai dengan manual pertolongan pertama itu. Choirul Huda diangkat sembarangan ke atas tandu, lalu dibawa berlari ke ambulans.
Inilah yang mungkin membuat Sigit Pramudya mempertanyakan proses pertolongan pertama ini. Apalagi kita belakangan mengetahui bahwa trauma leher dan kepala adalah dua dugaan yang diapungkan dokter IGD atas meninggalnya Huda.
Ini bukan pertama kalinya Sigit mempertanyakan proses penanganan seorang pemain di atas lapangan. Pada 17 Mei lalu, Sigit juga pernah menuliskan beberapa tweet kisahnya ketika menangani Tedi Berlian, pemain belakang PSS Sleman yang tidak sadarkan diri di atas lapangan setelah melakukan usaha membuang bola dengan tendangan salto.

Ketika itu, Sigit pun mengeluhkan soal tim medis dari panitia pelaksana pertandingan yang ingin cepat-cepat mengangkat Tedi keluar lapangan, padahal Tedi juga mengalami benturan kepala dan tulang belakang yang membuatnya harus melalui proses penanganan yang sama seperti yang seharusnya didapatkan Choirul Huda; ia harus dibiarkan dalam posisinya karena tidak boleh diubah posisinya secara tiba-tiba untuk menghindari cedera yang lebih fatal.

Tragedi Kematian Kiper Persela dan Penanganan Medis yang Mendapat Sorotan.


Apakah mungkin tragedi ini dapat dihindarkan jika Choirul Huda ditangani dengan benar? Entahlah. Tapi yang pasti, pertolongan pertama yang lebih baik seharusnya didapatkan oleh Choirul Huda dan pemain-pemain sepakbola Indonesia lain pada umumnya, karena pertolongan pertama yang benar akan membuka peluang yang lebih besar bagi seorang pemain untuk menghindari cedera yang lebih serius.
Apalagi, jika kita ingat bahwa sepakbola adalah olahraga yang rentan adu fisik – terutama di negeri yang sepakbolanya terbiasa melihat tekel-tekel berbahaya dan dibiarkan begitu saja oleh wasit.

Profesionalisme sisi medis adalah hal penting di sini. Kesiapan para petugas dan pemahaman akan cara pertolongan pertama yang benar adalah sesuatu yang sangat vital pada kejadian-kejadian seperti yang dialami oleh Choirul Huda atau Tedi Berlian. Sudah saatnya PSSI, klub, hingga panpel menyadari bahwa aspek kesiapan medis ini tidak boleh diremehkan, karena pada akhirnya, hidup para pesepakbola lah yang dipertaruhkan.

Tragedi Kematian Kiper Persela dan Penanganan Medis yang Mendapat Sorotan.


Selamat Jalan Kapten Tim Persela, CHOIRUL HUDA, yang dikenal sebagai One Man One Club-nya Indonesia. Simbol integritas dan kesetiaan yang agung. Dia juga dikenal sebagai sosok yang hangat dan memiliki leadership yang bagus. Semoga Allah SWT menempatkanmu di sisi Terbaik. Amin

emoticon-Turut Berduka

Source :
https://www.fourfourtwo.com/id/featu...bola-indonesia
Diubah oleh suarabenar 16-10-2017 03:12
tien212700
tien212700 memberi reputasi
1
2.4K
14
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan