KRICOM - Anies Baswedan-Sandiaga Uno sepertinya akan menghadapi dilema saat mereka memimpin kota Jakarta nanti. Salah satu hambatannya adalah isu SARA dan sentimen kesukuan yang masih akan menguat di masa kepemimpinan mereka.

Menurut pengamat politik Arbi Sanit, latar belakang Anies yang berdarah Arab menyulitkan dirinya untuk menjalin hubungan dengan warga keturunan Cina yang selama ini bermukim di Jakarta. Apalagi, mayoritas warga Cina ini menguasai sentra perekonomian di Jakarta.

"Yang harus dirangkul itu kan suku Cina dan kaum intelektual yang mendukung Ahok. Itu kesulitannya, enggak gampang untuk melakukan rekonsiliasi," kata Arbi kepada Kriminalitas.com di Jakarta, Kamis (12/10/2017).

Menurutnya, manusia sejak kecil lahir dalam perbedaan suku dan agama. Sampai kapan pun hal itu tak akan bisa dihapus karena sudah diciptakan Tuhan.

"Mau dihapus bagaimana. Itu basis dari kehidupan bernegara. Perbedaan suku itu tak bisa ditolak sehingga semua harus menjaga persatuan," tuturnya.

"Enggak bisa orang keblinger, suku-sukunya mau dipisah, mau menang sendiri seperti yang dulu dilakukan kelompok mereka saat pilkada dengan menggunakan agama," tuturnya.

Arbi mengatakan, berbeda dengan Basuki Tjahaja purnama (Ahok) yang dikenal dinamis dan bisa berhubungan dengan sejumlah orang dari berbagai latar belakang.

"Ahok keturunan Cina. Orang Cina itu memang bisa hidup di sejumlah tempat karena ajaran mereka yang keras dan harus hidup dinamis," tuturnya.

Dia menambahkan, Anies-Sandi perlu menyadari jika mereka adalah pemimpin bagi seluruh warga Jakarta, termasuk pemeluk agama non-Islam yang jumlah penduduknya cukup banyak di ibu kota.

Termasuk pendukung Ahok yang selama ini didominasi kaum intelektual, moderat, minoritas, dan menengah ke atas.

"Yang paling diperlukan bagi mereka untuk bersikap adil, tak boleh menunjukkan balas jasa kepada kelompok Islam garis keras. Dia harus menunjukkan kalau dia gubernur bagi plural, non-Islam, dan moderat," tutup pengamat dari Universitas Indonesia ini.

http://www.kriminalitas.com/pengamat...hoa-di-jakarta

klu kayak gini kampanyenya gimana ga sengsi tuh Tionghoa?