- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
GREY - Life Is Black And White


TS
nasrangga
GREY - Life Is Black And White
Permisi gan/sist sekalian.
Mau belajar nulis cerita, karena masih butuh masukkan dan sarannya minta dikomen ya.
Ini sedikit bagian cerita ane di wattpad, kalo banyak yg nyimak insya allah ane lanjutin ceritanya.
kritik....kritik....
kritik...kritik....
.... .... ....
.... .... ....
Gemuruh rintik hujan perlahan membangunkanku.
Kuarahkan pandangan untuk mencari sang pengingat waktu.
Ternyata jam dindingku sudah menunjukkan pukul 8.45 pagi.
hoo..ahm..
Suasana seperti ini membuatku merasa malas untuk beranjak dari lembutnya pelukan sofa ini.
Kriiing...
Kriiingg..
Tiba-tiba ponselku berdering tepat setelah kupejamkan kembali mata ini.
"Ahhh.." gumamku kesal.
Kuperhatikan layar ponselku, ternyata Anti yang menelepon sepagi ini.
"Pagi sayang." Ucapnya dengan nada manja.
"Hemmh..." Jawabku dengan malas.
"Kamu masih tidur ? Nanti telat kuliahnya loh." Sambungnya.
"Iya .. iya.. baru bangun ini." Balasku masih dengan nada malas.
"Yaudah kalo gitu, jangan sampe nggak masuk kuliah lagi ya."
"Aku mau berangkat ke kampus. Bye sayang." Ucapnya dengan lembut.
"Iya sayang, bye." Jawabku mengakhiri percakapan.
Tut.
Kuakhiri pembicaraan di telepon dan kupejamkan kembali mata ini yang masih terasa berat sekali untuk dibuka walau hanya sesenti.
--------------
-Perkenalan-
--------------
Aku dan Anti sudah menjalin hubungan selama hampir 6 bulan, dan ini merupakan rekor terlama ku berpacaran dengan wanita.
Maksudku bukannya aku berpacaran juga dengan pria, tetapi jika dibandingkan dengan hubunganku dengan wanita-wanita sebelumnya yang hanya dalam hitungan minggu atau bahkan hari, hubungan kali inilah yang bertahan paling lama.
Aku pun tak mengerti mengapa kisahku dengan wanita selalu berakhir dengan cepat dan tanpa alasan yang jelas. Mungkin aku memang belum terlalu ambil pusing soal wanita.
Hubunganku dengan Anti pun terjadi secara tak sengaja.
Bahkan kami kuliah di universitas yang berbeda.
Aku adalah mahasiswa teknik di salah satu universitas swasta di bagian barat jakarta.
Sedangkan Anti adalah mahasiswi ekonomi di perguruan tinggi swasta di pusat ibukota.
Perkenalan kami ini disebabkan oleh Vania. Dia adalah sahabatku sejak pertama kali aku menginjakkan kaki di universitas ini.
Ia adalah orang yang paling dekat denganku disini. Bahkan orang-orang yang tidak mengenal kami, akan mengira kalau kami ini berpacaran.
Kuakui Vania memang cantik, dan salah satu gadis yang di-idolakan di universitas ini. Dan hal itu ia manfaatkan untuk mempermainkan para lelaki yang mengejar-ngejarnya. Terdengar jahat memang. Tetapi sebenarnya dia adalah gadis yang baik menurutku.
Berbanding terbalik dengan Vania, aku malah bisa dibilang jarang, bahkan hampir tidak pernah menjalin hubungan dengan wanita lagi.
Terakhir aku berhubungan dekat dengan wanita adalah ketika masih duduk di sekolah menengah atas.
Yahh.. mungkin seperti yang sudah kuceritakan sebelumnya, sepertinya aku memang belum ingin ambil pusing masalah hati wanita.
***
Hampir setiap hari seusai kuliah, Vania mengajakku mampir ke kafe milik tantenya yang hanya berjarak 15 menit dari kampus.
Hanya untuk sekedar mengobrol, mengerjakan tugas, ataupun menunggu lalu lintas sedikit lenggang dari kemacetan jakarta di sore hari.
Suatu hari, seperti biasa Vania mengajakku ke kafe, karena kebetulan sedang ada tugas, jadi ku 'iya'kan saja ajakannya itu.
Seusai kuliah, kami langsung menuju kafe menggunakan motor, Vania boncengan dengan Afri pacarnya, sementara aku sendiri.
***
"Tumben nih van, kafe sepi banget hari ini keliatannya. Tutup kali ya?" Kataku setibanya di parkiran kafe. Karena kulihat tidak ada pengunjung sama sekali selain kami bertiga.
"Iya nih, gak tau gue juga kenapa sepi gini. Tapi tadi gue tanya tante Mia katanya buka kok." Jawabnya dengan wajah sedikit bingung.
"Yaudah yuk masuk aja dulu." Ajaknya sambil mendahului masuk kafe.
Dibukanya pintu kafe.
Tring..Tring...Tring..
Suara lonceng pertanda pintu kafe terbuka seutuhnya.
"HAPPY BIRTHDAY VANIA PUTRI SALSABILA."
Suara teriakan serentak yang tiba-tiba, mengejutkan kami ketika baru melangkahkan kaki melewati pintu kafe.
Kulihat Vania hanya terdiam di tengah pintu, tak lama kemudian seluruh anggota keluarganya berhamburan menghampiri seraya membawakan kue tart berukuran besar sembari menyanyikan lagu ulang tahun untuk Vania.
Aku dan Afri pun segera masuk dan ikut menyanyi bersama keluarganya.
"Happy Birthday...
Happy Birthday..
Happy Birthday Va..niaaa."
Yeaahhh...
Prok..Prok..Prok
Prok..Prok
"Selamat ulang tahun ya sayang, nggak terasa ya kamu udah 20 tahun. Sukses dan sehat selalu ya untuk kamu. Papa dan mama selalu berdoa yang terbaik untuk kamu." Kata Ibunda Vania sambil memeluk anaknya.
"Makasih ya pah..mah.. Vania sayang banget sama kalian." Jawab Vania sembari terisak haru dan memeluk kedua orangtuanya.
***
Aku duduk sendiri di meja dekat jendela sembari menunggu hidanganku datang.
Sedangkan Vania masih sibuk bercengkrama dan berfoto ria bersama kerabat dan keluarganya.
Di tengah keramaian, kumelihat seseorang yang terasa asing bagiku.
Kuperhatikan ia yang hanya duduk sendirian, dan berjarak 4 meja dariku.
Seorang gadis berambut pendek ala pramugari, mengenakan dress biru selutut, yang segera memalingkan wajahnya ketika beradu pandang denganku.
Tak berapa lama kemudian ia meraih tasnya dan mengeluarkan selembar kertas putih, dan meletakkannya diatas meja.
Ya, aku dan Vania sudah bersahabat selama hampir 2 tahun, dan hampir seluruh anggota keluarga Vania aku kenal.
Lalu siapakah gadis ini?
To be continued...
Mau belajar nulis cerita, karena masih butuh masukkan dan sarannya minta dikomen ya.
Ini sedikit bagian cerita ane di wattpad, kalo banyak yg nyimak insya allah ane lanjutin ceritanya.
Spoiler for Prologue:
White Paper
kritik....kritik....
kritik...kritik....
.... .... ....
.... .... ....
Gemuruh rintik hujan perlahan membangunkanku.
Kuarahkan pandangan untuk mencari sang pengingat waktu.
Ternyata jam dindingku sudah menunjukkan pukul 8.45 pagi.
hoo..ahm..
Suasana seperti ini membuatku merasa malas untuk beranjak dari lembutnya pelukan sofa ini.
Kriiing...
Kriiingg..
Tiba-tiba ponselku berdering tepat setelah kupejamkan kembali mata ini.
"Ahhh.." gumamku kesal.
Kuperhatikan layar ponselku, ternyata Anti yang menelepon sepagi ini.
"Pagi sayang." Ucapnya dengan nada manja.
"Hemmh..." Jawabku dengan malas.
"Kamu masih tidur ? Nanti telat kuliahnya loh." Sambungnya.
"Iya .. iya.. baru bangun ini." Balasku masih dengan nada malas.
"Yaudah kalo gitu, jangan sampe nggak masuk kuliah lagi ya."
"Aku mau berangkat ke kampus. Bye sayang." Ucapnya dengan lembut.
"Iya sayang, bye." Jawabku mengakhiri percakapan.
Tut.
Kuakhiri pembicaraan di telepon dan kupejamkan kembali mata ini yang masih terasa berat sekali untuk dibuka walau hanya sesenti.
--------------
-Perkenalan-
--------------
Aku dan Anti sudah menjalin hubungan selama hampir 6 bulan, dan ini merupakan rekor terlama ku berpacaran dengan wanita.
Maksudku bukannya aku berpacaran juga dengan pria, tetapi jika dibandingkan dengan hubunganku dengan wanita-wanita sebelumnya yang hanya dalam hitungan minggu atau bahkan hari, hubungan kali inilah yang bertahan paling lama.
Aku pun tak mengerti mengapa kisahku dengan wanita selalu berakhir dengan cepat dan tanpa alasan yang jelas. Mungkin aku memang belum terlalu ambil pusing soal wanita.
Hubunganku dengan Anti pun terjadi secara tak sengaja.
Bahkan kami kuliah di universitas yang berbeda.
Aku adalah mahasiswa teknik di salah satu universitas swasta di bagian barat jakarta.
Sedangkan Anti adalah mahasiswi ekonomi di perguruan tinggi swasta di pusat ibukota.
Perkenalan kami ini disebabkan oleh Vania. Dia adalah sahabatku sejak pertama kali aku menginjakkan kaki di universitas ini.
Ia adalah orang yang paling dekat denganku disini. Bahkan orang-orang yang tidak mengenal kami, akan mengira kalau kami ini berpacaran.
Kuakui Vania memang cantik, dan salah satu gadis yang di-idolakan di universitas ini. Dan hal itu ia manfaatkan untuk mempermainkan para lelaki yang mengejar-ngejarnya. Terdengar jahat memang. Tetapi sebenarnya dia adalah gadis yang baik menurutku.
Berbanding terbalik dengan Vania, aku malah bisa dibilang jarang, bahkan hampir tidak pernah menjalin hubungan dengan wanita lagi.
Terakhir aku berhubungan dekat dengan wanita adalah ketika masih duduk di sekolah menengah atas.
Yahh.. mungkin seperti yang sudah kuceritakan sebelumnya, sepertinya aku memang belum ingin ambil pusing masalah hati wanita.
***
Hampir setiap hari seusai kuliah, Vania mengajakku mampir ke kafe milik tantenya yang hanya berjarak 15 menit dari kampus.
Hanya untuk sekedar mengobrol, mengerjakan tugas, ataupun menunggu lalu lintas sedikit lenggang dari kemacetan jakarta di sore hari.
Suatu hari, seperti biasa Vania mengajakku ke kafe, karena kebetulan sedang ada tugas, jadi ku 'iya'kan saja ajakannya itu.
Seusai kuliah, kami langsung menuju kafe menggunakan motor, Vania boncengan dengan Afri pacarnya, sementara aku sendiri.
***
"Tumben nih van, kafe sepi banget hari ini keliatannya. Tutup kali ya?" Kataku setibanya di parkiran kafe. Karena kulihat tidak ada pengunjung sama sekali selain kami bertiga.
"Iya nih, gak tau gue juga kenapa sepi gini. Tapi tadi gue tanya tante Mia katanya buka kok." Jawabnya dengan wajah sedikit bingung.
"Yaudah yuk masuk aja dulu." Ajaknya sambil mendahului masuk kafe.
Dibukanya pintu kafe.
Tring..Tring...Tring..
Suara lonceng pertanda pintu kafe terbuka seutuhnya.
"HAPPY BIRTHDAY VANIA PUTRI SALSABILA."
Suara teriakan serentak yang tiba-tiba, mengejutkan kami ketika baru melangkahkan kaki melewati pintu kafe.
Kulihat Vania hanya terdiam di tengah pintu, tak lama kemudian seluruh anggota keluarganya berhamburan menghampiri seraya membawakan kue tart berukuran besar sembari menyanyikan lagu ulang tahun untuk Vania.
Aku dan Afri pun segera masuk dan ikut menyanyi bersama keluarganya.
"Happy Birthday...
Happy Birthday..
Happy Birthday Va..niaaa."
Yeaahhh...
Prok..Prok..Prok
Prok..Prok
"Selamat ulang tahun ya sayang, nggak terasa ya kamu udah 20 tahun. Sukses dan sehat selalu ya untuk kamu. Papa dan mama selalu berdoa yang terbaik untuk kamu." Kata Ibunda Vania sambil memeluk anaknya.
"Makasih ya pah..mah.. Vania sayang banget sama kalian." Jawab Vania sembari terisak haru dan memeluk kedua orangtuanya.
***
Aku duduk sendiri di meja dekat jendela sembari menunggu hidanganku datang.
Sedangkan Vania masih sibuk bercengkrama dan berfoto ria bersama kerabat dan keluarganya.
Di tengah keramaian, kumelihat seseorang yang terasa asing bagiku.
Kuperhatikan ia yang hanya duduk sendirian, dan berjarak 4 meja dariku.
Seorang gadis berambut pendek ala pramugari, mengenakan dress biru selutut, yang segera memalingkan wajahnya ketika beradu pandang denganku.
Tak berapa lama kemudian ia meraih tasnya dan mengeluarkan selembar kertas putih, dan meletakkannya diatas meja.
Ya, aku dan Vania sudah bersahabat selama hampir 2 tahun, dan hampir seluruh anggota keluarga Vania aku kenal.
Lalu siapakah gadis ini?
To be continued...


anasabila memberi reputasi
1
2.6K
Kutip
18
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan