Kaskus

News

dishwalaAvatar border
TS
dishwala
Aksi Jutaan Mahasiswa Siap Lawan Radikalisme Macam Ucapan Eggi Sudjana
Jakarta, (Tagar 8/10/2017) – Hasil studi kalangan perguruan tinggi menunjukkan bahwa aksi radikalisme dan intoleransi di Indonesia sudah jauh melenceng dari nilai-nilai kebangsaan. Kasus terbaru adalah pernyataan pengacara Eggi Sudjana yang melecehkan penganut agama Kristen, Hindu, dan Budha.

Melihat fenomena tersebut, kalangan perguruan tinggi se-Indonesia bersatu untuk melawan radikalisme dan intoleransi yang sudah mencemaskan sendi-sendi kebangsaan dan persatuan. Aksi perlawanan ini pun sudah berdenyut menyusul pertemuan pimpinan perguruan tinggi se-Indonesia di Bali pada September lalu.

Puncaknya, aksi perlawanan itu akan dilakukan serentak pada 28 Oktober 2017 dalam kuliah akbar yang melibatkan sekitar 4,5 juta mahasiswa.

“Paham radikalisme dan intoleransi secara umum, khususnya di kalangan perguruan tinggi, saat ini memang sudah memprihatinkan. Dari beberapa kasus radikalisme maupun intoleransi ada juga yang pelakunya melibatkan mahasiswa,” ungkap Ketua Steering Committe (SC) Pimpinan Perguruan Tinggi Jawa Barat Nurlaela Kumala Dewi dalam jumpa pers di Kampus Sekolah Tinggi Manajemen Logistik (STIMLO) Bandung, Sabtu (7/10) sore.

Dia menyebutkan, menyusul pertemuan 3.000 pimpinan perguruan tinggi se-Indonesia di Nusa Dua Bali pada 25-26 September 2017, aksi perlawanan terhadap radikalisme dan intoleransi akan dilakukan serentak pada 28 Oktober 2017 bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda.

"Untuk menangkal radikalisme yang sudah sedemikian tinggi, dan terasa di lingkungan kampus kami bersama-sama akan melawan hal itu," tegas Nurlela yang didukung 37 SC se-Jawa Barat.

Aksi perlawanan, kata Nurlela, di Jawa Barat akan dipusatkan di Bandung, di satu tempat tapi untuk kabupaten/kota lainnya akan dilakukan di tempat masing-masing.

Nurlaela yang juga Ketua Sekolah Tinggi Manajemen Logistik Bandung itu menyebutkan, radikalisme sangat terasa dengan adanya sejumlah aksi teror yang terjadi di Tanah Air akhir-akhir ini.

“Beberapa aksi teror itu dilakukan oleh sosok yang berusia muda. Aksi-aksi semacam itu dapat memengaruhi anak-anak bertindak lebih radikal lagi,” ujarnya.

Itulah, jelas Nurlela, latar belakang diadakannya kuliah akbar melawan radikalisme dan intoleransi adalah karena semakin parahnya pelaku radikalisme di kalangan intelektual muda yang gampang digosok faham-faham radikal.

“Jadi itulah sebabnya kami perguruan tinggi se-Indonesia sepakat untuk bersatu padu melawan radikalisme yang sudah sedemikian kritis. Dilihat dari hasil survei cukup tinggi, terasa sekali di lingkungan kampus dan kami akan melawan itu,” jelasnya.

Bentuk-betuk radikalisme di lingkungan kampus, papar Nurlela, adalah adanya penyerangan bersifat pelan tetapi menimbulkam efek luar biasa. Jika dibiarkan maka ditakutkan akan menimbulkan tindakan-tindakan lebih radikal.

“Paling kelihatan yang paling riil ketika mereka melakukan penyerangan, itu caranya pelan tapi menimbulkan efek luar biasa. Kalau kita biarkan intelek-intelek muda itu akan lebih radikal lagi. Kami takutkan kalau ini dibiarkan kejadian-kejadian radikal seperti bom Bali akan terulang,” cetusnya.

Nurlela juga mengungkapkan, berdasarkan laporan pihak kepolisian terkait penyerangan yang dilakukan kalangan radikalisme sangat cepat, sehingga target sasarannya seperti mahasiswa dapat dengan mudah tercuci otaknya, bahkan dalam hitungan menit terutama penyerangan melalui media sosial.

“Menurut laporan kepolisian serangan itu hitungannya bukan bulanan atau mingguan tapi hanya dalam tempo 10 menit saja mereka tercuci otaknya, mereka terpengaruh sampai melakukan tindakan lebih radikal, bahkan yang lebih parah bisa menimbulkan korban jiwa,” tuturnya.

Belum lagi, kata Nurlela, informasi yang berbau radikalisme dan intoleransi di dunia maya, yang sangat mudah mempengaruhi pemikiran generasi muda.

"Paham radikalisme masuk tidak secara fisik tapi membuat postingan yang tanpa sadar berbeda, dan meyinggung. Kalau dibiarkan nantinya lebih parah, menjurus rasis dan radikal. Ini merupakan perhatian seluruh pimpinan perguruan tinggi di Jawa Barat. Kita perlu menguatkan para mahasiswa dengan Pancasila," paparnya.

Nurlela menjelaskan, kuliah akbar adalah salah satu cara yang dilakukan para pimpinan kampus untuk melawan radikalisme, yakni melalui pemahaman kembali Pancasila dan NKRI.

“Anak yang mulai kelihatan menyimpang harus diantisipasi, kita dekati, kita beri arahan. Selain itu juga mengadakan workshop, seminar, dan pemantapan Pancasila untuk seluruh sivitas akademika di lingkungan kampus,” ujarnya.

Persiapan Aksi

Hal senada terkait perlawanan terhadap radikalisme dan intoleransi sebelumnya juga diungkapkan Prof Dr H Zainal Abidin MAg. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Sulawesi Tengah ini menyebutkan, saat ini panitia sedang berkumpul untuk koordinasi penyelenggaraan aksi melawan radikalisme dan intoleransi.

“Salah satu kegiatan dalam aksi kebangsaan perguruan tinggi melawan radikalisme yaitu kuliah akbar yang diikuti 4,5 juta mahasiswa,” kata Zainal di Jakarta, Kamis (5/10).

Ketua MUI Kota Palu itu menjelaskan, kuliah akbar digelar serentak bersamaan dengan aksi kebangsaan perguruan tinggi melawan radikalisme di setiap ibu kota provinsi. Ini sebagai bentuk komitmen dari deklarasi sekitar 4.000 perguruan tinggi di Indonesia untuk melawan radikalisme di Nusa Dua Bali yang dihadiri Presiden Joko Widodo.

“Kuliah akbar diperkirakan akan diikuti tidak kurang dari 4,5 juta mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang tersebar di 34 propinsi dan 350 kabupaten/kota,” jelasnya.

“Panitia pengarah dan panitia pelaksana sedang bertemu untuk membahas dan menuntaskan segala persiapan pelaksanaan aksi,” kata Zainal yang juga Deklarator Aksi Kebangsaan di Nusa Dua Bali.

Sementara itu, Tarmizi selaku Ketua DPD Pospera Aceh menginformasikan, setelah aksi perlawanan dilakukan dalam bentuk kuliah akbar dan orasi kebangsaan, akan dilanjutkan dengan pembacaan deklarasi perguruan tinggi melawan radikalisme.

“Untuk mempertegas sikap perguruan tinggi melawan radikalisme dan intoleransi, aksi perlawanan melibatkan mahasiswa, dosen, civitas akademik, dan pihak lain yang dianggap se-ide dan se-tujuan menjaga Indonesia dari isu SARA, kebencian, fitnah, dan adu domba,” ujar Tarmizi.

http://www.tagar.id/aksi-jutaan-maha...-eggi-sudjana/

JGN CUMA OMDO. YG BERBAU PENCUCI OTAK KEK HTI LGSG GEBUKIN AMPE BONYOK
0
5.6K
104
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan