- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Poligami, Seks Bebas, LGBT, dan Perang Pemikiran


TS
RifanX
Poligami, Seks Bebas, LGBT, dan Perang Pemikiran

Sedikit opini ane tentang ramai-ramai istri ketiga gan

Quote:
Akhir-akhir ini di medsoc sedang ramai perang opini terkait poligami, diawali oleh seorang Da'i yang baru saja memposting foto makan-makan bersama ketiga istrinya. Seperti biasa reaksi dari netizen pun bermunculan.
Yang buat penulis tersenyum adalah ternyata perang opini ini dimotori oleh dua kelompok yang tak asing lagi di dunia maya Indonesia. Dua kelompok itu adalah kelompok yang pro-Jokowi dan kelompok yang kontra-Jokowi.
Cibiran-cibiran yang membuat otak ngilu pun dilempar oleh kelompok-kelompok pro-Jokowi ini (Ade Armando, Ahmad Sakhal, Sumanto al-Qurtuby). Baik cibiran yang ditujukan kepada sang Da'i maupun kepada para pendukungnya.
Serangan dan cibiran tersebut juga secara tidak langsung menyerang poligami itu sendiri yang artinya juga menyerang Islam. Tentu saja kelompok yang kontra-Jokowi yang mayoritas umat Islam tidak terima tokoh dan ajarannya dicibir seperti itu.
Bila kita perhatikan akan terlihat kecerdasan teman-teman yang kontra-Jokowi dalam perang opini terkait poligami ini, mereka tidak memposisikan dirinya sebagai pihak tertuduh. Jadi saya hanya senyum-senyum saja melihat pertikaian itu. Karena terlihat kelompok pro-Jokowi sedang memamerkan kebodohan, bahkan orang awam bisa melihatnya.
Terlebih lagi di saat bersamaan perang opini poligami ini terjadi penggerbekan pesta gay. Tak main-main 50an laki-laki di grebek dalam pesta tersebut. Dan kelompok pro-Jokowi yang penulis sebutkan diatas yaitu Ade Armado, Ahmad Sakhal, dan Sumanto al-Qurtuby diam seribu bahasa terkait penggrebekan pesta gay ini.
Hal itulah yang membuat para netizen melancarkan pertanyaan-pertanyaan retoris. Kok bisa ya mereka mecibir pelaku poligami tapi mediamkan pelaku gay, pelaku seks bebas, bahkan pesta gay?
Bahkan kalau ditelusuri mereka yang suka menyerang poligami biasanya mendukung LGBT dan seks bebas. Kok bisa seperti itu? cara berpikir seperti apa yang mereka pakai?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut setidaknya akan membuat kita berfikir terkait standar ganda sebagian orang atau kelompok tertentu terhadap sesuatu. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai standar ganda kelompok tertentu terkait poligami dan LGBT termasuk seks bebas.
Bila kita perhatikan awalnya serangan terkait poligami ini dilancarkan oleh para orientalis barat di akhir abad 19 M dan awal-awal abad 20 M. Tujuan dari para orientalis ini adalah untuk merendahkan ajaran Islam dan membuat umat Islam menjunjung tinggi ajaran barat (liberalisme dan sekulerisme).
Kita bisa melihat itu melalui buku-buku dari para Ulama terutama ulama pergerakan yang hidup dan aktif pada awal-awal abad 20 M. Pada buku ulama-ulama abad 20an itu kental sekali perang gagasan dan pemikiran dengan nilai-nilai barat.
Diantara serangan terhadap ajaran islam saat itu adalah mengenai jilbab, cadar, dan poligami. Para orientalis menghukumi bahawa ajaran tersebut merendahkan martabat perempuan.
Bila kita lihat sekarang serangan para orientalis terhadap jilbab, cadar, dan khususnya poligami itu sudah tidak terlalu terasa lagi. Maksudnya adalah orang-orang yang menyerang ajaran-ajaran tersebut bukanlah lagi para orientalis tapi mereka digantikan.
Para orientalis ini digantikan oleh orang-orang yang sering disebut Islam liberal. Jadi perang pemikirannya adalah muslim (liberal) melawan muslim lagi. Ini tentu adalah strategi belah bambu (adu domba) orang-orang yang benci terhadap Islam.
Para orientalis melakukan hal tersebut untuk merendahkan ajaran Islam dan membuat kaum muslimin merasa rendah dengan ajarannya sendiri. Sedangkan orang Islam liberal melakukan hal tersebut untuk menipu kaum muslimin atas nama Islam. Intinya sama saja.
Lalu setelah kaum muslimin merasa rendah dan tertipu, para orientalis dan muslim liberal ini meng-endorse ajaran-ajaran barat agar diamalkan umat Islam. Ajaran-ajaran tersebut seperi pergaulan bebas, kesetaraan gander, LGBT, dan sebagainya.
Hasil dari serangan mereka khususnya di Indonesia, Turki, dan beberapa negara arab memang cukup mencengangkan mata. Ini terjadi pada pertengahan abad 20 M dan masih terasa sampai sekarang.
Bisa kita lihat sendiri putri-putri kaum muslimin membuka auratnya kemana-mana. Lalu khalwat dan ikhtilath yang menghasilkan freesex merajalela, pologami dianggap aib, dan yang terakhir adalah LGBT yang semakin membuat miris hati.
Dari rangkaian peristiwa diatas setidaknya kita akan tahu mengapa mereka menggunakan standar ganda terkait poligami. Seperti mencibir poligami dan mendiamkan pesta gay bahkan mendukung LGBT.
Itu dikarenakan memang tugas mereka seperti itu. Mereka orang Islam liberal memang bekerja untuk menipu kaum muslimin atas nama Islam.
Mereka orang Islam liberal melakukan itu agar umat Islam merasa mengamalkan ajaran Islam saat mengamalkan ajaran barat yang bertentangan dengan Islam. Atau paling tidak membuat kaum muslimin merasa tidak berdosa ketika melakukan pelanggaran syariat.
Perang pemikiran ini memang semakin terasa dan terlihat jelas pada awal abad 21. Kabar bahagianya adalah umat Islam perlahan tapi pasti semakin sadar dan melek atas serangan-serangan dan tipuan-tipuan yang dilakukan oleh para orientalis dahulu juga orang Islam liberal sekarang.
Setidaknya di Indonesia jilbab tidak dianggap tabu lagi, bahkan jilbab syar'i menjadi tren begitupun dengan cadar. Lalu ta'aruf dan khitbah mulai dikenal para pemuda dan menjadi pilihan untuk mengenal dan meminang lawan jenis.
Ustad-ustadz gaul bermunculan, ustadz-ustadz mukhlis, pemersatu umat, dan perkataannya lurus mulai naik daun. Kajian-kajian dipenuhi anak-anak muda bahkan sampai meleber ke parkiran. Lalu juga grup-grup WA keIslaman semakin ramai dan aktif.
Walau memang untuk masalah poligami masih dalam proses yang cukup alot, tapi tetap mengarah pada kemajuan. Hal tersebut bisa dilihat dari pembelaan umat terhadap sang Da'i yang dicibir orang Islam liberal terkait istri ke-tiganya. Disana juga muncul banyak edukasi positif terkait poligami.
Hal tersebut mesti kita syukuri dengan penuh rasa ridha kepada Allah ta'ala dan semakin giat beribadah serta berdakwah. Namun tentu saja musuh didepan kita yang mulai semakin terdesak dan terbongkar kedoknya ini tidak akan tinggal diam.
Kita harus tetap waspada dengan strategi-strategi baru mereka. Lalu kita juga harus mempersiapkan diri ketika mereka mulai kalah dalam ranah intelektual. Karena bisa jadi mereka akan menggunakan kekerasan atau paksaan ketika sudah kalah telak dalam ranah intelektual. Dan itu sudah terasa akhir-akhir ini.
Yang buat penulis tersenyum adalah ternyata perang opini ini dimotori oleh dua kelompok yang tak asing lagi di dunia maya Indonesia. Dua kelompok itu adalah kelompok yang pro-Jokowi dan kelompok yang kontra-Jokowi.
Cibiran-cibiran yang membuat otak ngilu pun dilempar oleh kelompok-kelompok pro-Jokowi ini (Ade Armando, Ahmad Sakhal, Sumanto al-Qurtuby). Baik cibiran yang ditujukan kepada sang Da'i maupun kepada para pendukungnya.
Serangan dan cibiran tersebut juga secara tidak langsung menyerang poligami itu sendiri yang artinya juga menyerang Islam. Tentu saja kelompok yang kontra-Jokowi yang mayoritas umat Islam tidak terima tokoh dan ajarannya dicibir seperti itu.
Bila kita perhatikan akan terlihat kecerdasan teman-teman yang kontra-Jokowi dalam perang opini terkait poligami ini, mereka tidak memposisikan dirinya sebagai pihak tertuduh. Jadi saya hanya senyum-senyum saja melihat pertikaian itu. Karena terlihat kelompok pro-Jokowi sedang memamerkan kebodohan, bahkan orang awam bisa melihatnya.
Terlebih lagi di saat bersamaan perang opini poligami ini terjadi penggerbekan pesta gay. Tak main-main 50an laki-laki di grebek dalam pesta tersebut. Dan kelompok pro-Jokowi yang penulis sebutkan diatas yaitu Ade Armado, Ahmad Sakhal, dan Sumanto al-Qurtuby diam seribu bahasa terkait penggrebekan pesta gay ini.
Hal itulah yang membuat para netizen melancarkan pertanyaan-pertanyaan retoris. Kok bisa ya mereka mecibir pelaku poligami tapi mediamkan pelaku gay, pelaku seks bebas, bahkan pesta gay?
Bahkan kalau ditelusuri mereka yang suka menyerang poligami biasanya mendukung LGBT dan seks bebas. Kok bisa seperti itu? cara berpikir seperti apa yang mereka pakai?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut setidaknya akan membuat kita berfikir terkait standar ganda sebagian orang atau kelompok tertentu terhadap sesuatu. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai standar ganda kelompok tertentu terkait poligami dan LGBT termasuk seks bebas.
Bila kita perhatikan awalnya serangan terkait poligami ini dilancarkan oleh para orientalis barat di akhir abad 19 M dan awal-awal abad 20 M. Tujuan dari para orientalis ini adalah untuk merendahkan ajaran Islam dan membuat umat Islam menjunjung tinggi ajaran barat (liberalisme dan sekulerisme).
Kita bisa melihat itu melalui buku-buku dari para Ulama terutama ulama pergerakan yang hidup dan aktif pada awal-awal abad 20 M. Pada buku ulama-ulama abad 20an itu kental sekali perang gagasan dan pemikiran dengan nilai-nilai barat.
Diantara serangan terhadap ajaran islam saat itu adalah mengenai jilbab, cadar, dan poligami. Para orientalis menghukumi bahawa ajaran tersebut merendahkan martabat perempuan.
Bila kita lihat sekarang serangan para orientalis terhadap jilbab, cadar, dan khususnya poligami itu sudah tidak terlalu terasa lagi. Maksudnya adalah orang-orang yang menyerang ajaran-ajaran tersebut bukanlah lagi para orientalis tapi mereka digantikan.
Para orientalis ini digantikan oleh orang-orang yang sering disebut Islam liberal. Jadi perang pemikirannya adalah muslim (liberal) melawan muslim lagi. Ini tentu adalah strategi belah bambu (adu domba) orang-orang yang benci terhadap Islam.
Para orientalis melakukan hal tersebut untuk merendahkan ajaran Islam dan membuat kaum muslimin merasa rendah dengan ajarannya sendiri. Sedangkan orang Islam liberal melakukan hal tersebut untuk menipu kaum muslimin atas nama Islam. Intinya sama saja.
Lalu setelah kaum muslimin merasa rendah dan tertipu, para orientalis dan muslim liberal ini meng-endorse ajaran-ajaran barat agar diamalkan umat Islam. Ajaran-ajaran tersebut seperi pergaulan bebas, kesetaraan gander, LGBT, dan sebagainya.
Hasil dari serangan mereka khususnya di Indonesia, Turki, dan beberapa negara arab memang cukup mencengangkan mata. Ini terjadi pada pertengahan abad 20 M dan masih terasa sampai sekarang.
Bisa kita lihat sendiri putri-putri kaum muslimin membuka auratnya kemana-mana. Lalu khalwat dan ikhtilath yang menghasilkan freesex merajalela, pologami dianggap aib, dan yang terakhir adalah LGBT yang semakin membuat miris hati.
Dari rangkaian peristiwa diatas setidaknya kita akan tahu mengapa mereka menggunakan standar ganda terkait poligami. Seperti mencibir poligami dan mendiamkan pesta gay bahkan mendukung LGBT.
Itu dikarenakan memang tugas mereka seperti itu. Mereka orang Islam liberal memang bekerja untuk menipu kaum muslimin atas nama Islam.
Mereka orang Islam liberal melakukan itu agar umat Islam merasa mengamalkan ajaran Islam saat mengamalkan ajaran barat yang bertentangan dengan Islam. Atau paling tidak membuat kaum muslimin merasa tidak berdosa ketika melakukan pelanggaran syariat.
Perang pemikiran ini memang semakin terasa dan terlihat jelas pada awal abad 21. Kabar bahagianya adalah umat Islam perlahan tapi pasti semakin sadar dan melek atas serangan-serangan dan tipuan-tipuan yang dilakukan oleh para orientalis dahulu juga orang Islam liberal sekarang.
Setidaknya di Indonesia jilbab tidak dianggap tabu lagi, bahkan jilbab syar'i menjadi tren begitupun dengan cadar. Lalu ta'aruf dan khitbah mulai dikenal para pemuda dan menjadi pilihan untuk mengenal dan meminang lawan jenis.
Ustad-ustadz gaul bermunculan, ustadz-ustadz mukhlis, pemersatu umat, dan perkataannya lurus mulai naik daun. Kajian-kajian dipenuhi anak-anak muda bahkan sampai meleber ke parkiran. Lalu juga grup-grup WA keIslaman semakin ramai dan aktif.
Walau memang untuk masalah poligami masih dalam proses yang cukup alot, tapi tetap mengarah pada kemajuan. Hal tersebut bisa dilihat dari pembelaan umat terhadap sang Da'i yang dicibir orang Islam liberal terkait istri ke-tiganya. Disana juga muncul banyak edukasi positif terkait poligami.
Hal tersebut mesti kita syukuri dengan penuh rasa ridha kepada Allah ta'ala dan semakin giat beribadah serta berdakwah. Namun tentu saja musuh didepan kita yang mulai semakin terdesak dan terbongkar kedoknya ini tidak akan tinggal diam.
Kita harus tetap waspada dengan strategi-strategi baru mereka. Lalu kita juga harus mempersiapkan diri ketika mereka mulai kalah dalam ranah intelektual. Karena bisa jadi mereka akan menggunakan kekerasan atau paksaan ketika sudah kalah telak dalam ranah intelektual. Dan itu sudah terasa akhir-akhir ini.
Makasih ya agan-agan yang udah baca sampai selesai

Diubah oleh RifanX 09-10-2017 23:00
1
10.5K
Kutip
79
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan